Cerpen Khoirul Muttaqin: Senja Tidak Datang Kali Ini

Aku menatapnya erat, seorang perempuan yang pada akhirnya bisa aku ajak ke tempat ini. Rika yang manis, Rika yang sintal, Rika yang aku damba-dambakan, Rika yang segala-galanya bagiku saat ini. Aku hampir tak percaya jika dia mau datang ke taman bunga ini.

Pukul empat sore, aku tengah melihat jam tangan Rolex saat ia bertanya, “Apa maumu?” dengan nada yang sangat aku suka. Tegas, dan terdengar “penuh emosi”. Dari suaranya, terngiang bagaimana Rika akan menemani hari-hariku. 

Hari-hari sebelumnya, aku sangat benci dengan Reno Armadion. Anak jurusan ekonomi yang coba menghalangiku bertemu Rika. Sebenarnya dia cupu, kutu buku, dan pendiam. Namun bisa-bisanya saat aku mendekati Rika, ia selalu berkata sinis. “Jangan dekati Rika, dia sangat rajin. Aku tidak ingin Rika bersamamu!”

Berkali-kali aku coba mengajak Rika keluar sekadar minum kopi, teh, atau apapun di kafe ternama. Tentu, semua perempuan akan mengiyakan ajakanku. Aku sangat yakin dengan hal itu. Saat itu, hampir saja Rika pergi karena ajakanku. Namun sekonyong-konyongnya terjadi, Reno menarik tangan Rika dan mengambilnya pergi entah ke mana.

Aku memakinya, menyumpah serapahi Reno sangat lama dan dengan kebencian. Rika sudah berkata “Ayo!” setelah beberapa waktu menimbang ajakanku. Setelah kami mau berangkat dengan motor matik milikku, ah, sial. Cecunguk itu datang begitu saja seperti mata-mata yang siap beraksi. Menyebalkan! Namun aku tak berani memakinya lewat kata-kata. Aku tak mau Rika mendengar kata-kata kasar dariku.

Kali lain, saat aku diam-diam menemui Rika di kelas. Siang hari, setelah mata kuliahnya aku pastikan berakhir. Justru hari itu Rika telah memiliki janji dengan Reno. Kali lain lagi saat aku menemuinya di depan indekos. Rina enggan meninggalkan temannya yang telah ada di tempatnya. Apalagi yang membuatku semakin kesal, Reno mewanti-wanti agar Rika tidak pernah menemuiku. Kenapa Reno begitu menyabalkan seperti itu padaku. Sudah seperti jongos bagi Rina, atau, anjing Rina yang menjaganya dariku. Anjing!

Bukankah anjing seharusnya baik dan lucu? Seharusnya Reno membiarkanku mendekati Rina. Membiarkanku menyentuh tangannya yang lembut, membiarkanku membelai rambutnya yang halus dan anggun itu. Membiarkanku bersanding perempuan yang sangat ingin aku pacari. Karena, sudah hampir sebulan aku selalu memikirkan Rina. Reno juga bukan pacarnya, bukan juga kakak atau saudaranya. Hanya temannya, hey! Menyebalkan, bajingan!

Namun aku tak habis pikir menghadapi Reno cecunguk itu. Aku tahu jika aku memiliki sesuatu yang pasti memperlancar keinginanku. Aku kaya, orang tuaku memberi banyak uang, tentu! Aku membayar Siska si kutu buku jurusan sastra agar membuat janji dengan Reno. Janji bertemu dalam waktu yang lama sehingga Reno tidak akan ada di samping Rika. Jika perlu dan memang perlu, rayu Reno agar baper sehingga ia pacaran dengan Siska. Aku yakin jika Siska suka Reno. Dia biasa mencuri-curi pandang ke arah Reno. Namun tak sampai mulutku berkata: rayu Reno!

“Habiskan waktu sampai malam dengannya, dan aku akan memberimu satu juta!” kataku.

Sekonyong-konyongnya anak pintar, bertekuk lutut juga dengan tawaran yang aku berikan. Tak butuh waktu lama agar Siska menerima tawaran. Aku telah memberinya tiga ratus ribu sebagai uang muka. Beres! Dan setelah itu juga, aku langsung mengajak Rika ke taman bunga. Taman yang indah ini.

Sebenarnya, Rika sangat gampang berunding denganku. Apalagi dia juga ada janji dengan Dinda bertemu di taman bunga ini. Namun masih dua jam lagi Dinda datang. Aku bisa menghabiskan waktu dengan Rika. Dengan perempuan yang sedang aku puja.

Seperti yang terlihat saat ini. Rika sedang duduk-duduk santai di atas rerumputan hijau. Memandang bunga-bunga bermekaran, memandang senja yang segera datang. Aku menyukai momem seperti ini. Karena aku bersanding dengannya tanpa gangguan Reno sama sekali.

“Kenapa kamu memberiku cokelat, boneka panda, camilan, dan tiket nonton? Aku pikir kamu mengajakku belajar bersama. Tentang mendesain poster yang bagus dan menjual,” kata Rika padaku.

Aku tak langsung menjawab pertanyaannya. Karena aku yakin, dengan segera, ia bisa tahu maksudku sebenarnya. Ia bakal bisa membaca gaya bicaraku. Rika bakal bisa membaca maksud dari tatapan mataku kepadanya.

Aku tersenyum ke arahnya dengan berkata-kata jika Rika adalah perempuan hang cantik, manis, dan anggun. Semua orang akan jatuh hati kepadanya. Tak terkecuali diriku.

Senyumnya merekah saat aku melantunkan pujian kepadanya. Setelah semua yang aku lakukan padanya. Dia pasti tahu, jika aku mencintainya sejak lama. Dia pasti telah menunggu momen ini. Karena buktinya, aku dengan mudah mengajaknya ke taman bunga yang indah. Saat tidak ada Reno bersamanya.

Setelah ia benar-benar paham dengan situasi. Jantungku berdegup semakin kencang. Apalagi, saat aku memberanikan diri untuk berkata padanya. Aku menyatakan cinta padanya, pada Rika saat itu juga.

Senja hampir datang waktu itu. Saat Rika membalas perasaan cinta dengan senyumannya. Membuatku sedikit kecewa.  

“Tidak mau,” katanya. “Kamu baru saja putus dengan Ratna! Setelah menidurinya!” ucapnya lagi.


Photo by Nick Herasimenka on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *