Balutan Harap di Penghujung Ramadan

Oleh : Siti Atikah

25 Ramadan 1442 H

Yaa Rabb….

Tak terasa RamadanMu tahun ini hanya tersisa beberapa hari lagi. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, sungguh terlalu cepat rasanya bagiku bulan istimewa ini berlalu. Hingga setiap menjelang berakhirnya, diri ini selalu saja merasa telah menyia-nyiakan kesempatan emas yang selalu Kau berikan untuk bermunajat serta beramal kebaikan. Bahkan semua doa akan Engkau ijabah dan amal-ibadah Engkau lipat gandakan pahalanya. Sungguh, aku malu….Terulang lagi, tak kumaksimalkan diri ini untuk menaati perintahMu… 

Yaa Rabb….

Hati ini masih saja risau tentang bagaimana esok ‘kan menjelang. Risau karena bekal diri tak kian cukup jikalau tiba-tiba Engkau menakdirkan bahwa waktuku telah usia. Sungguh, jauh di dalam hati kecil ini, hamba takut, Yaa Rabb…. Takut jika lidah dan hati ini tak mampu melafazkan namaMu di akhir waktuku nanti. Takut bilamana iman di dada ini melayang begitu saja tergoda oleh musuh abadiMu. Sungguh, hamba takut akan nerakaMu, Yaa Rabb…. Namun, hamba pun sadar bahwa diri ini masih jauh dari layak untuk mendapatkan surgaMu…. Maka, kumohon berikanlah lagi aku kesempatan bertemu RamadanMu di tahun mendatang, Yaa Rabb…. Ampunilah hambaMu yang penuh khilaf dan dosa ini.

Yaa Rabb….

Dua tahun terakhir, Ramadan berlangsung di tengah pandemi Covid-19. Masih saja pro dan kontra muncul di antara masyarakat tentang keberadaan makhluk tak kasat mata itu. Hingga akhirnya berimbas pada putusan pemimpin negeri tentang larangan mudik, baik itu ke luar provinsi atau dalam provinsi. Lagi-lagi, niat menjalin silaturahmi pun teruji. Perih hati ini, Yaa Rabb…. Mau nekat, risiko berarti ditanggung masing – masing pribadi. Tak nekat, siapa bisa menjamin bahwa umur orang tua dan sanak saudara kami masih ada di kala situasi pandemi nanti sudah dapat terkendali. Silaturahmi ‘kan ngga harus lebaran, Mba/Mas. Bisa hari di luar libur lebaran, toh. Sering ucapan senada muncul di antara kami. Akhirnya kami cukup memaklumi sambil mengelus dada. Mungkin mereka termasuk orang-orang yang pekerjaan dan pendapatannya fleksibel, sehingga bisa kapan saja mengajukan cuti untuk sekadar sungkem dan kumpul bersama orang tua dan sanak saudara. Aaaah, dilema…. Oleh karenanya, di penghujung RamadanMu kali ini, lagi-lagi aku memohon agar segera kau akhiri pandemi ini. Izinkanlah kami untuk dapat bersilaturahmi dengan perasaan yang aman tanpa dihantui rasa curiga dan ketakutan. 

Yaa Rabb….

Terhitung tiga tahun sudah kulalui Ramadan “sendiri” lagi, tanpa pendamping hidup. Sudah jalan takdir yang mengharuskan aku mengakhiri janji pernikahan saat itu, demi kemaslahatan diri dan kedua putraku. Kadang tebersit rasa iri melihat kerabat maupun sahabat yang masih utuh menjalani ibadah di bulan penuh berkah bersama pasangan halal dan keluarga kecil mereka. Satu visi menjalani hidup dan ibadah untuk meraih ridaMu. Saling mengisi dan mendukung dalam kebaikan sesuai tuntunanMu. Yaa Rabb…. Ingin rasanya kumemiliki kesempatan seperti itu. Berumah tangga dalam sakinah, mawaddah, wa rahmah dibimbing oleh seseorang yang terbaik menurut pilihanMu. Kuharap, suatu hari nanti Engkau perkenankan harapku ini. 

Yaa Rabb….

Namun, bagaimanapun keadaanku saat ini, meskipun tengah dirundung pandemi, sungguh tiada lepas rasa syukur kupanjatkan padaMu. KaruniaMu bagiku begitu besar. Bahkan sangat terasa setiap kali RamadanMu tiba. Di saat banyak orang di sekitarku yang sudah tak memiliki saudara ataupun kedua orang tua, aku justru masih dikelilingi oleh kedua putra, kedua orang tua, dan adikku, tanpa kurang satu apapun. Di saat orang yang kukenal tak memiliki hubungan baik dengan kakak, adik, maupun kedua orangtuanya, hingga saat-saat Ramadan terasa berat untuk dijalani, aku justru masih selalu dikuatkan oleh ucapan penuh semangat dari ayah, ibu, dan adikku. Di kala teman dan sahabat masih berjuang untuk memperoleh keturunan, Engkau menitipkan kedua putra yang luar biasa kepadaku, dengan segala tingkah polahnya yang membahagiakan maupun menguji hati. Ketika sebagian orang tak punya tempat berkeluh kesah maupun berbagi suka dan duka, aku justru dikelilingi mereka, para sahabat pelipur duka-lara serta teman berbagi tawa-ceria. Ketika banyak Ibu tunggal yang kesulitan menafkahi diri dan anak-anaknya, aku masih memiliki sumber penghasilan yang cukup dan bisa berbagi dengan yang lainnya. 

Sungguh, tiada satupun nikmatMu yang dapat kudustakan, Yaa Rabb…. Maka, sekali lagi di penghujung RamadanMu kali ini, kumohon tetaplah naungiku dengan rahmat dan karuniaMu yang kurasakan hingga saat ini. Serta anugerahkanlah karunia yang sama bagi umat manusia yang kerap mengagungkan namaMu di setiap sudut kehidupannya. Aaamiiin Yaa Rabbbal ‘aalamiiin…. 

-Catatan Ramadan Atik 2021-

#RamadanWritingChallenge

#RamadanProduktif

#Books4care


Photo by Levi Meir Clancy on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *