
Cerpen Lufti Avianto: Resign
5+ “Lo mau resign…?” Tiga detik kemudian, “… lagi?” Suaraku terdengar mengambang di udara, tak mendapat balasan suara. Hanya anggukan kepala, dengan tatapan yang kembali ke langit-langit kafe, sore itu. …
Read More5+ “Lo mau resign…?” Tiga detik kemudian, “… lagi?” Suaraku terdengar mengambang di udara, tak mendapat balasan suara. Hanya anggukan kepala, dengan tatapan yang kembali ke langit-langit kafe, sore itu. …
Read More3+ Ayan terperanjat melihat situasi yang ada di hadapannya kini. Ia merasa awalnya bisa mengubah kondisi sekitarnya dengan usahanya menjajakan minuman, yang digadang-gadang bergizi serta dilengkapi nutrisi seimbang. Namun, tak …
Read More3+ Suara radio tua dan suara hujan memecahkan keheningan. Sesekali suara petir saling bersautan, seakan ada yang ingin disampaikan. Di rumah kontrakan seharga 300 ribu inilah aku dan bapak tinggal. …
Read More2+ “Jangan menatapku seperti itu…” suara lelaki paruh baya itu terdengar lirih. Mukanya terlihat keruh. Terlihat kontras dengan kemeja putih yang disetrika licin dan rambutnya –yang didominasi warna perak- yang …
Read More2+ Gelap, sunyi, dan mencekam. Tempat yang paling kubenci adalah tempat yang memiliki tiga kriteria itu. Terlebih lagi jika nyawamu ada di ujungnya. Ditambah kebodohanku yang memunculkan ide untuk bersembunyi …
Read More1+ Badannya yang kurus tertatih melangkahkan kaki menuju ruang tamu untuk menemui bapak. Tangannya mendekap erat sebuah celengan tanah liat berbentuk ayam berukuran kecil. Kakinya yang lelah bergerak perlahan mendekati …
Read More0 Penulis: Aizeindra Yoga Teriknya sinar matahari pada tengah hari, tak membuatku panas dan gerah. Di dalam rumah kecil ini, aku merasa begitu damai. Sudah beberapa saat, aku memandangi ibu …
Read More1+ Penulis: Lufti Avianto Cahaya lampu kamar menusuk-nusuk mataku yang terpaksa dibuka. Aku masih seperempat sadar ketika selimut disibak. Lelaki di sebelahku membuat gerakan yang gaduh sehingga kesadaranku berangsur-angsur mulai …
Read More