Saat dirimu kehilangan harapan, kau akan mati.
~ Martin Luther King.
Tak semua peristiwa yang kita jalani, sesuai dengan yang kita harapkan. Boleh jadi, tragedi menghampiri. Ketika hal ini terjadi, Dalai Lama XIV pernah mengingatkan, “Ketika kita menemui tragedi nyata di dalam hidup, kita bisa bereaksi dalam dua cara; dengan kehilangan harapan dan jatuh ke dalam kebiasaan yang menghancurkan, atau dengan menggunakan tantangan tersebut untuk menemukan kekuatan batin kita.”
Dari nasihat ini, ada satu kata kunci yang akan menentukan kondisi akhir kita selanjutnya. Yaitu harapan. Apakah kita akan memilih binasa ketika harapan itu raib dari diri kita, ataukah bangkit dengan harapan yang ada?
Karena itu, pilihan terbaik adalah memiliki harapan. Peluklah ia, jangan sampai terlepas begitu saja oleh sebab dari dalam atau dari luar diri kita.
Dengan harapan, kita bisa bertahan di tengah situasi sesulit apapun, bahkan di tengah ancaman kemustahilan sekalipun. Kita pernah menyaksikan kisah orang-orang yang bertahan hidup pada kondisi ekstrem sekalipun. Karena harapan seolah menjadi energi bagi mereka untuk bertahan hidup.
Begitu juga, ketika kami memutuskan untuk menerbitkan antologi 12 cerita pendek berjudul “Memeluk Harapan” ini. Segala keterbatasan, ancaman dan situasi yang begitu tak menyenangkan akibat pademi Covid-19 ini, mungkin membuat kita kehilangan harapan.
Ada mereka yang kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja, atau mereka yang kehilangan keluarga dan kerabat akibat wabah ini. Di tengah apapun kesulitan hidup itu, kami ingin memberi pesan bagi kita semua, tetaplah berharap dan menjaganya, agar kita bisa tetap menjalani hidup dan meraih bahagia yang kita pilih.
Semoga, sekumpulan karya ini dapat memberi manfaat yang besar bagi para pembaca di manapun kalian berada.
Atas nama Books4care
Mewakili para penulis Lufti Avianto