Aku masih dalam perjalanan pulang, ketika pikiranku dihujani ide bertubi-tubi. Ini tentang dunia literasi yang telah aku pilih untuk mengabdi bersama gerakan Books4Care enam tahun belakangan.
Ketika aku mendorong, mengajak dan mendampingi orang-orang untuk menulis buku, lalu terbit, tetap saja ada naskah-naskah yang tidak terpilih masuk ke dalam buku. Lalu diapakan? Pertanyaan itu yang terus aku rawat, dan kucari jawabannya.
Dan jawaban atas pertanyaan itu, baru menemukan jawabnya, ketika telah penat seharian bekerja, pada 16 Juni 2020. Saat aku melintasi Jalan Cinere Raya, tiba-tiba wangsit itu datang. Mengapa naskah-naskah itu tak kutampung saja dalam sebuah situs? Dengan situs itu pula, aku bisa mendorong orang lebih banyak, lebih cepat, dan efisien untuk menulis lalu mempublikasikan karya mereka. Baru kemudian, dari hasil yang sudah terbit di situs, bisa dipilih, dikurasi lalu diterbitkan menjadi buku. Atau mendorong para penulis potensial untuk bersetia menulis selama beberapa waktu di situs, lalu diterbitkan. Mencicil naskah bukunya di situs.
Malam itu juga, begitu sampai rumah aku segera memesan domain dan hosting Kinaraya.com, lalu melakukan pembayaran. Dan pada Selasa 16 Juni 2020 itulah, aku anggap sebagai kelahiran Kinaraya.
Paralel dengan itu, aku mengajak teman-teman mantan peserta Writing for Healing Challenge (WFHC) yang diselenggarakan Books4Care April lalu, untuk ikut bergabung. Aku jelaskan singkat, visi Kinaraya dan informasi agar dalam waktu singkat mereka bisa memahami. Aku mencari orang-orang yang sevisi. Sebab, tentu saja aku tak bisa sendiri mengurus dan membesarkan Kinaraya. Project ini, tak hanya memerlukan semangat, tapi juga tambahan tenaga dan pikiran.
Aku ingat kata pepatah, “Bila kau ingin berjalan cepat, maka berjalanlah sendiri. Tapi bila kau ingin berjalan jauh, maka bersama-samalah.”
Respons yang kuterima di luar dugaan. Tuhan menggerakkan hati para pecinta literasi ini untuk tumbuh bersama Kinaraya. Ada 14 orang yang bergabung hanya dalam waktu kurang dari tigahari. Mereka datang dari latar belakang yang berbeda. Ada guru, ibu rumah tangga, mahasiswa, mantan wartawan dan penulis lepas. Yang menakjubkan, mereka berasal dari berbagai daerah. Ada yang dari Bandung, Bengkulu, Sidoarjo, Depok, Padang, satu yang pasti, meski kami berbeda latar, namun kami disatukan satu hal yang sama, yakni semangat untuk memajukan literasi di Indonesia.
Selamat datang Kinaraya. Selamat mewarnai kanvas literasi Tanah Air.
Lufti Avianto, Chief Editor
Photo by Katie Moum on Unsplash