
Cerpen Iecha: Moko Tahun ke Tujuh
[Moko bagus, ya?] Pesan singkat di LAN Messenger itu mengalihkan perhatianku dari mencari toko cokelat terlezat di Praha. Aku segera membuka lampiran yang dia kirimkan. Kini, di layar komputerku muncul …
Read More[Moko bagus, ya?] Pesan singkat di LAN Messenger itu mengalihkan perhatianku dari mencari toko cokelat terlezat di Praha. Aku segera membuka lampiran yang dia kirimkan. Kini, di layar komputerku muncul …
Read MoreKatakanlah rencana kami: aku, Lale, dan Geeta, bodoh. Menyedihkan lebih tepatnya. Apalagi setelah benar-benar terbukti berantakan hingga membuat kami terlunta-lunta di jalanan desa Kawaguchiko padahal saat itu suhu turun hingga …
Read More“Ibu, apa memang tidak mungkin ya, hubunganku dengan Galang?” “Coba kamu pikir sendiri, seusianya apakah mungkin ia mampu bersungguh-sungguh?” Tiara terdiam. Di usianya yang telah menginjak kepala tiga, pantaslah bila …
Read MoreAku menatapnya erat, seorang perempuan yang pada akhirnya bisa aku ajak ke tempat ini. Rika yang manis, Rika yang sintal, Rika yang aku damba-dambakan, Rika yang segala-galanya bagiku saat ini. …
Read MoreRuang administrasi fakultas teknik penuh, hampir sulit menemukan Pak Atang, petugas administrasi di antara kerumunan orang. Situasi semacam ini selalu berulang tiap mau ujian akhir semester. Suara-suara orang bernegosiasi, atau …
Read MoreEri, gadis hitam manis yang nasibnya tak semanis wajahnya. Berkali-kali gagal dalam percintaan membuat hatinya menebal. Kesendirian semakin nyaman bersemayam menemani kesehariannya. Di sisi lain semua orang seakan sepakat untuk …
Read More“Hari ini kamu pulang jam berapa?” tanyaku sambil menyiapkan sarapan paginya sebelum berangkat kerja. “Kira-kira jam 5 sore, De. Kalau tidak macet, seharusnya maghrib sudah ada di hadapanmu, ya,” jawabnya …
Read MoreSekolah ku berada jauh dari keramaian pusat kota, terbentang luas ilalang yang tinggi membuat sebuah keindahan yang tiada tara seperti padang safana. Aku memulai masa sekolah di tempat yang baru, …
Read More