Ramadhan dan Introvertku

Oleh: Suci Raharjo

Bejo, yah begitu biasa orang tua dan sahabat-sahabatku memanggilku. Entah dari mana awal mula panggilan itu berasal yang pasti bagi beberapa orang yang benar-benar mengenalku terbiasa memanggilku dengan nama itu. Aku lahir 30 tahun silam disebuah kota kecil dipinggiran Jakarta. Bekasi, yah, aku lahir di Bekasi, namun sayangnya 7 bulan setelah aku lahir, ayah dan ibu ku bercerai dan hak asuh ku jatuh di ibu ku. Aku dibawa Ibu dan Nenek pindah ke Koja Jakarta Utara. Wal hasil kisah masa kecil hingga dewasa aku habiskan di tempat itu. Terlalu banyak kenangan Indah kisahku yang inginku tuangkan kedalam sebuah tulisan, yah untuk sekedar mengingatkanku maupun kelak dapat menjadi warisan bagi anak cucuku bagaimana kisah ayahnya menjalani kehidupan sedari kecil.

Alhamdulillah takdir membawa ku bergabung dengan event menulis ini. Bermula dari stalking status Instagram teman-teman dunia mayaku dan menemukan event menulis yang dibuat salah seorang seniorku yang memang sudah ku kenal lama, Bang Lufti biasa aku memanggilnya, ternyata ia juga membuat komunitas menulis dan membuat event menulis yang aku ikuti saat ini.

Kali ini temanya adalah “Ramadhan dan Masa Kecil”. Sejenak ku melihat tema itu langsung terlintas dalam benak ku bayang-bayang beberapa bagian dari masa kecilku yang aku ceritakan diatas. Pada kesempatan ini aku mencoba menuangkannya sebagian, sesuai tema, sepenggal kisah kecilku dalam melewati Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.

Lahir dan besar dengan kondisi keluarga yang tak lengkap membuatku tumbuh menjadi anak yang beda dengan anak-anak seusiaku saat itu. Saat anak-anak seusia ku lebih senang bermain dan berkumpul dengan teman sebayanya, aku malah lebih memilih menghabiskan hari-hari ku di dalam rumah dengan kesenangan ku sendiri, termasuk disaat Ramadhan tiba.

Belakangan setelah dewasa aku baru menyadari bahwa ternyata aku memiliki kepribadian instrovert, Pantas saja ketika itu aku melihat keanehan yang terjadi dalam diriku disbanding dengan anak-anak lain terutama saat Ramadhan tiba. Disaat anak-anak lain asik dengan bermain bola, main petasan setelah sholat tarawih dan jalan-jalan setelah sholat subuh aku malah asik dengan diri ku sendiri.

Yah, sebagai muslim tentunya senang sekali dong bertemu dengan Ramadan lagi. Bulan yang memang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di berbagai penjuru dunia. Dan sebagai anak instrovert tentunya aku bahagia sekali dengan momentum datangnya Ramadhan, kapan lagi bisa berpuasa dengan berlimpah pahala, berkumpul bersama keluarga, serta dapat menghabiskan lebih banyak waktu dirumah dengan nonton Lorong Waktu saat sahur dan menjelang berbuka. Hehe. Tidak hanya Sinetron Lorong Waktu tapi setelah beberapa Jilid Sinetron itu berakhir tahun setelahnya diganti oleh Film Para Pencari Tuhan (PPT).

Bicara tentang Sinetron Lorong Waktu, bagi generasi 90-an seperti ku tentunya akan selalu ingat dengan Sinetron ini. Sinetron yang tayang pada bulan Ramadan ini pertama kali ditayangkan salah satu stasiun televise swasta pada tahun 1999 silam, saat aku berusia 9 tahun dan masih duduk di Kelas 4 SD Negeri Lagoa 02 Pagi di Jakarta Utara.

Lorong Waktu mengisahkan Ustadz Addin yang menciptakan sebuah mesin waktu untuk bisa kembali ke masa lalu atau masa depan. Ustadz Addin merupakan anak angkat sekaligus murid Haji Husin. Bersama seorang bocah bernama Zidan, ketiganya berpetualang menjelajahi waktu untuk berdakwah dan menyebar kebaikan. Banyak pelajaran yang tersirat disetiap episodenya, tidak hanya pelajaran tentang bagaimana Makhluk dengan Tuhannya, namun juga bagaiana hubungan Makhluk dengan dirinya sendiri dan sesama Makhluk lainnya.

Hari – hariku melewati Ramadhan setiap tahunnya aku lewati bersama Sinetron Lorong Waktu, hingga jilid dan episode terakhirnya di tahun 2006 kalau saya tidak salah ingat. Setelah Lorong Waktu berakhir, aku melewati Ramadhan di tahun berikutnya dengan Sinetron Para Pencari Tuhan (PPT). Sinetron ini dimulai Ramadhan 2007 tepat setelah Lorong Waktu Habis di 2006. Sinetron ini bercerita tentng kehidupan seorang merbot atau lebih dikenal dengan penjaga mushola bernama Bang Jack dan ketiga muridnya yang mantan narapidana, yaitu Chelsea, Barong, dan Juki.

Setelah keluar dari penjara, Barong diusir dari komplotan curanmor lantaran sering menyanyi di pengadilan. Setali tiga uang, Juki yang mantan copet, ditolak mentah-mentah saat kembali ke rumah ibunya. Nasib Chelsea agak berbeda. Ketika akan mengajak rujuk kembali dengan mantan istrinya, Marni. Ternyata sang istri sudah menikah dengan Sumarno, polisi yang menjebloskannya ke penjara.

Akhirnya mereka bertiga secara tak sengaja bertemu dan luntang-lantung menyusuri Jakarta yang tak lagi ramah. Seharian mereka menjumpai warung tutup. Hati mereka makin sakit, merasa dunia sudah benar-benar menutup diri bagi mereka. Mereka baru tersadar saat ada yang memberitahu bahwa hari ini adalah hari pertama bulan puasa, sehingga tak ada orang makan di warung. Ketiganya kemudian terdampar di sebuah mushala bernama At-Taufiq.

Di sana ada Bang Jack, penjaga mushala yang fanatik dengan bedug. Dia tak mau azan jika belum menabuh bedug. Mantan tukang jagal ini akhirnya tak hanya menerima ketiga narapidana tersebut tetapi sekaligus sudi membimbing mereka ke jalan yang benar. Banyak hikmah yang dapat aku ambil dari Sinetron ini. Tidak hanya permasalahan agama, pencarian jati diri, percintaan, hingga permasalahan rumah tangga. Bahkan pada Ramadhan kali ini 1442 H pun Sinetron Para Pencari Tuhan (PPT) yang sudah mencapai Jilid 14 kembali tayang menemani santap sahur.  

Lambat laun aku sadar keanehan itu harus aku rubah. Aku mulai berfikir “mau sampai kapan yah gue begini terus? Gue harus berubah dan mulai coba bersosialisasi dengan banyak orang”. Untung saja momentum Ramadhan terdapat pesantren kilat di Sekolah Menengah Pertamaku. Aku dipaksa untuk mengikutinya karena memang bagian dari kegiatan sekolah. Akhirnya aku mengikuti kegiatan tersebut.

Pesantren diadakan hari jum’at sepulang sekolah sampai dengan hari minggu pagi. 3 hari 2 malam tinggal bersama teman-teman yang tadinya hanya bergaul seperlunya saat sekolah kini melewati masa 3 hari bersama-sama dengan mereka, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Makan, belajar, bermain dan tentunya beribadah. Setelah selesai seluruh rangkaian kegiatan di hari minggu pagi, ada perasaan lain yang timbul di jiwaku. Rasa tidak ingin berpisah dan terus melanjutkan kegiatan tersebut, rasa bahagia memiliki banyak teman dan melewati semuanya dengan teman-teman yang sebaya.

Setelah kejadian itu, perlahan akupun mulai berubah, aku yang sadar bahwa introvert dan berniat untuk merubah sifatkupun mulai membuahkan hasil. Aku mulai membuka diri dan bergaul dengan banyak teman sebayaku. Mulai aktif mengikuti berbagai macam kegiatan yang ada di SMP itu mulai dari Pengurus Harian OSIS, kegiatan Rohani Islam hingga yang aku geluti sampai saat ini Palang Merah Remaja. Aku tidak segan dan sungkan untuk bersama dengan banyak orang dan Instrovertku pun aku dapat mulai kendalikan.

Bekasi, 15 April 2021


Photo by Igor Cancarevic on Unsplash

17 Comments on “Ramadhan dan Introvertku”

  1. Mantap mas bejo,,,, semoga sukses selalu n diberi kesehatan
    Teruslah berkarya n menginspirasi bayak orang🙏

  2. Mantap mas suci,,pemilihan kata yg bagus sampe bisa hanyut seolah2 kita betul2 ngerti apa yg mas suci rasakan,,👍👍👍

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *