Hikmah Merahasiakan Pelaku Perbuatan Baik


Oleh: Arya Noor Amarsyah

Kekurangan menjadi masalah. Kelebihan juga tidak kalah jadi masalah.

Kekurangan makanan jadi problema. Kelebihan makanan pula perlu solusi.

Belakangan ini rumah sedang kebanyakan makanan. Ada buah-buahan seperti apel, buah kiwi, buah naga, pisang, jeruk dan lainnya.

Pula ada kue basah, bolu talas, bolu kacang dan kismis.

Sebagaimana kebiasaan ibu, bila kondisinya seperti di atas, maka membagi-bagikannya kepada orang lain.

Ketika menerima parcel berukuran besar berisi buah-buahan, ibu meminta keponakannya untuk membawa beberapa buah-buahan.

Walau sudah diberi ke keponakan ibu, makanan di rumah masih cukup banyak.

Ibu langsung terpikir untuk “mendistribusikannya” ke tetangga.

Ketika kue basah diantar, ucapan salam tidak ada jawaban. Kue basah yang berada dalam kotak berplastik, dikaitkan ke pintu pagar.

Pada mulanya ingin men-WA tetangga itu untuk beritahu ada makanan yang digantungkan di pintu pagar.

Namun begotu tahu makanan sudah diambil, tidak jadi me-WA tetangga saya.

Terpikir juga tidak perlu diberitahu. Bukankah perbuatan baik tidak perlu diumumkan pelakunya.

Tapi hari ini, tetangga penerima kue basah bertanya pada saya. Terpaksa diberitahu bahwa pemberinya adalah ibu saya.

Tetangga memberitahu bahwa dia sempat mengira bahwa pemberinya adalah pak Waluyo.

Ternyata merahasiakan pelaku perbuatan baik dapat menimbulkan prasangka baik terhadap orang lain.


Photo by Dima Pechurin on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *