Di Mana Posisi Kita?


Oleh: Arya Noor Amarsyah

Mpok Ani dan Mas Dasuki, begitu sapaan pasangan suami istri itu.

Hari-harinya mereka berjualan sayuran, ikan, ayam mentah, bumbu-bumbu. Pendek kata, kebutuhan ibu-ibu untuk memasak.

Itu pagi hari. Kalau siang, mereka jualan masakan matang. Ada ikan tongkol dicabein, ikan tuna dicabein, sayur kacang panjang berkolaborasi dengan potongan tempe dsb.

Kira-kira seminggu yang lalu, mpok Ani dan mas Dasuki pergi jalan-jalan ke luar kota bersama rombongan.

Keesokkan paginya, para ibu kebingungan mencari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk dimasak.

Para ibu nampak begitu tergantung dengan barang dagangan yang dijual mpok Ani.

Karena barang dagangan mpok memang dikenal dengan kualitas yang bagus.

Bawang merah yang dijual ukurannya besar . Mereka tidak jual yang ukuran kecil. Cabe giling yang dijualnya sedikit mengandung air.

‘Ketergantungan’ masyrakat pada mpok Ani dan mas Dasuki tunjukkan bahwa mereka cukup punya peran. Bermanfaat bagi sekitar.

Bila tidak ada yang dicari di warung mpok Ani, maka masyarakat mencari ke warung alternatif.

Kalau diperumpamakan sebagai pemain sepak bola, mpok Ani dan mas Dasuki adalah pemain inti. Sedangkan warung alternatif sebagai pemain cadangan.

Baik sebagai pemain inti maupun pemain cadangan, meteka punya peran di masyarakat. Bermanfaat untuk mereka.

Di mana posisi kita?


Photo by Rezkytama Putra on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *