Oleh: Arya Noor Amarsyah
Sejatinya ajal seseorang tidak ada yang tahu. Kapan, dimana dan dalam kondisi apa, ajal menjemput, masih misteri.
Kalau kata Sherlock Holmes di dalam kisah Kasus Identitas, “Hidup ini jauh lebih aneh daripada apa pun yang dapat kita khayalkan,”
Apa yang direncanakan, diniatkan, bahkan yang sudah dijalani dan diusahakan, tidak ada yang tahu hasilnya.
Manusia tidak ada yang tahu apa yang terjadi esok, bahkan 5 menit ke depan. Termasuk ajal.
Banyak orang mengira bahwa panglima perang, gugurnya di medan perang.
Mungkin banyak para sahabat Rasulullah saw menduga bahwa panglima perang mereka, Khalid bn. Walid akan syahid di medan perang. Ternyata tidak. Khalid wafat di atas tempat tidurnya.
Sebenarnya wajar saja bila menganggap panglima perang gugur di medan perang. Lumrah saja muncul dugaan bahwa mereka yang berada di zona perang, akan gugur di medan perang.
Terlebih serangan yang dilancarkan Israel membabi buta. Sehingga korbannya wanita, tenaga medis dan anak-anak.
Tercatat sejak 7 Oktober 2023 hingga 20 Oktober 2023, anak-anak Palestina yang syahid berjumlah 1524 jiwa. Ini belum termasuk anak-anak yang jadi korban luka.
Karena banyaknya korban syahid dari kalangan anak-anak, banyak anak yang menuliskan namanya di tangan dan di kaki.
Kondisi perang yang semrawut tentu lebih padat dan semrawut dari sebuah pasar yang kadang memisahkan orang tua dan anaknya.
Serangan Israel yang membombardir tanpa pandung bulu, kadang menyebabkan korban tewas dan tidak dikenali lagi.
Karena alasan-alasan inilah, anak-anak menuliskan namanya di tangan dan kakinya.
Tindakan anak-anak menuliskan namanya di tangan dan kaki, seolah mengisyaratkan mereka sedang mempersiapkan diri hadapi ajal.
Photo by Gayatri Malhotra on Unsplash