Thanks, You Are Still Alive

Oleh: Tyasya

Dear, my self.

Thanks to you, you are still alive till today. Sorry,  a long time ago, I wanted to kill you. It was a bad memory that I want to forget.

Ah, kalau ingat masa itu rasanya ingin menenggelamkan mukaku ke bumi saja. Bukan perkara malu, tetapi menyesali kenapa aku bisa sebodoh itu.

Ya, terkadang aku merasa belum menghargaimu. Ada banyak hal yang masih kusiakan saat menjalani hidup.

Awal tahun ini menjadi titik nadir dalam hidup. Di sela kabar baik, terselip beban yang tidak mudah kubagi kepada orang lain. Hanya denganmu, my self,  kubagi beban itu.

Alhamdulillah, tahun ini ibuku mendapatkan jatah naik haji. Setelah tahun lalu terganjal pembatasan usia. Namun, bayang-bayang biaya ONH yang sangat besar itu menjadi beban tersendiri.

Aku dan keempat kakakku tentu tidak bisa membiarkan Ibu memikirkan kekurangan biaya itu sendirian. Beragam pikiran berkecamuk di dalam diriku. Tentu, kamu juga ikut memikirkannya.

Di tengah kegalauan itu, ada sedikit titik terang. Aku benar-benar berharap bisa mendapatkan suntikan dana untuk bisa membantu ibuku. Dulu, ibuku sudah memikirkan banyak cara demi membayar biaya pengobatanku. Bukankah sudah sewajarnya jika aku melakukan hal yang sama?

Namun, harapan itu mendadak menjadi bumerang. Aku malah merugi sekian juta, jumlah yang sangat besar bagiku. Sungguh, aku merasa tidak berguna.

Dari mana lagi harus kucari uang itu?

Hari-hariku tidak tenang. Walau aku terlihat baik-baik saja, tetapi tidak demikian adanya. Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa.

Aku ingin menangis, tetapi untuk apa? Itu tidak menyelesaikan masalah. Tidak akan ada yang berubah. Tangisan itu kusimpan dalam hati saja.

Namun, ternyata aku tidak sekuat itu. Di mana pun dan sedang apapun aku, pikiran itu selalu muncul. Bahkan saat aku cuci piring.

Aku ingat sore itu, di tengah kesendirianku, air mataku mengalir begitu saja. Aku teringat perjuangan ibuku dulu. Kini, ketika Ibu membutuhkan bantuanku, tidak ada yang bisa kulakukan.

Segera kuhapus air mata itu sebelum ada yang melihatnya. Hatiku terasa sesak. Sakit. Tidak berdaya.


Hingga awal Februari, belum ada kejelasan berapa biaya tambahan yang perlu dibayarkan oleh ibuku. Aku masih stuck, belum mendapatkan pencerahan apa-apa.

Aku sudah mencoba menghubungi koperasi sekolah, tetapi belum bisa meminjam. Saat ini sedang proses tutup buku untuk persiapan penghitungan SHU. Hmm.

Arrggh.

Aku ingin sekali berteriak agar rasa sesak ini hilang tak bersisa. Dalam setiap doa, aku meminta diberikan jalan terbaik. Apapun itu, aku akan terima.

Hidupku terasa tidak tenang, masih memikirkan bagaimana jika sampai uangnya tidak terkumpul? Bagaimana jika ibuku tidak bisa berangkat haji tahun ini? Ada begitu banyak andai yang lain dalam pikiranku.

Aku merasa menjadi anak yang tidak berbakti. Akan tetapi, memang tidak ada kelebihan uang dalam rekeningku. Beberapa bulan terakhir penjualan suamiku tidak sebanyak biasanya.

Aku mencoba bersikap seperti tidak ada masalah apa-apa, seolah semua sudah terselesaikan dengan baik. Ya, memang itu harapanku.

Hari demi hari berlalu. Kakakku juga belum menemukan titik terang dana tambahan. Apalagi kakak ketigaku, suaminya baru saja terkena PHK. Kami tidak tega memintanya untuk ikut patungan.

Pada pertengahan bulan Februari, Kementerian Agama mengumumkan biaya naik haji tahun 2023. Alhamdulillah, kenaikannya tidak seperti perkiraan awal. Namun, karena tahun lalu ibuku belum melunasi biayanya, otomatis tetap membayar sisa kekurangannya.

Dadi piro kurangane, Mba? tanyaku kepada Kakak.

Jarene Ibu duite cukup. Paling gari nggo selametan karo sangu,” jawab kakakku.

Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Aku bersyukur kepada Allah SWT, akhirnya memberi kami jalan terbaik. Thanks to my self, bisa bertahan dengan begitu baik. Walaupun dibayangi harus mencari uang sekian puluh juta, ditambah kerugian yang seharusnya bisa untuk menambahkan uang, tetapi tidak ada hal bodoh lain yang dilakukan.

Dari kejadian ini aku belajar, hal yang belum terjadi, jangan menjadi beban berlebih. Jalani saja dengan baik, karena Allah SWT tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan hamba-Nya.


Photo by Jovi Waqa on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *