Oleh : Eny Sofie
Cerita ini terjadi pada awal bulan Ramadan beberapa tahun yang lalu. Kejadian yang sangat lucu dan konyol menurutku. Memang sih… kejadian ini bukan aku yang mengalami secara langsung, namun sampai saat ini jika teringat hal itu, aku selalu tak bisa menahan tawa. Iya…hal yang sangat konyol dan lucu itu dilakukan oleh orang seumuran kami yang notabene sudah emak-emak dan bapak-bapak.
Kejadian itu berawal saat kami akan pergi takziyah ke rumah salah satu orang tua teman kami yang meninggal dunia. Rumah orang tua teman kami itu berada di daerah Semarang yang saat itu cuacanya sangat panas sekali. Sengaja kami tidak ikut rombongan kantor kami yang naik mobil. Kami pergi berenam dengan berboncengan naik motor. Hal ini kami lakukan karena lebih efektif dan untuk menghemat waktu agar cepat sampai di tempat tujuan.
Kami sampai di alamat yang dituju terlebih dahulu. Setelah beberapa saat kemudian, rombongan teman kami tiba . kami pun beramah-tamah sebentar sebelum akhirnya berdoa untuk almarhum. Setelah acara doa selesai, kami semua berpamitan kembali ke kantor dan melanjutkan pekerjaan. Kami berenam yang berboncengan sedikit enggan kembali ke kantor karena cuaca yang begitu panas. Saat itu kota Semarang memang sedang panas-panasnya. Tapi karena kewajiban kami sebagai umat Islam maka kami masih berpuasa.
Setelah itu kami berjalan meninggalkan rumah duka. Panasnya cuaca tak menyurutkan niat kami untuk terus berkembali ke kantor. Banyaknya penjual di pinggir jalan pun tak menggoyahkan niat kami untuk tetap berpuasa. Sampai tibalah kami berenam di suatu daerah yang tidak terlalu ramai. Salah satu motor teman kami rodanya kempes. Kami bersaha salng membantu untk mencarikan tukang tambal ban terdekat. Kami bertanya kesana kemari pada orang yang kebetulan lewat di dekat kami. Namun yang kami temukan malah tukang tambal ban sejauh hamper 4km dari tempat kami.
Kami akhirnya memutuskan berjalan membantu teman kami yang kesusahan. Kami berjalan sambal bercerita. Kami pun menahan haus dan lapar dibawah teriknya sinar matahari. Di tengah perjalanan menuju tukang tambal ban, kami melihat ada orang yang sedang menggiling tebu untuk diambil sarinya, Sari tebu itu di masukkan dalam wadah kaca dan di tambah es batu. Melihat itu, kami saling berpandangan. Kami berpandangan lumayan lama, sampai salah satu dari teman kami nyeletuk “ seger ya…” . Salah seorang teman kami menggoda kami untuk membeli. Dan ternyata candaan itu ditanggapi serius oleh salah seorang teman kami yang langsung bilang “ Pak…es tebu 6 ya “. Kami berlima terkejut, namun kami tak kuasa menolaknya. Akhirnya 4 teman kami meminum es tebu itu. Kami lalu meneruskan perjalanan sampai ke tukang tambal ban.
Singkat cerita, kami berenam sampai di kantor. Kami sepakat diam tak menceritakan kejadian tadi. Kami hanya menjawab bahwa ban kami kempes, Ketika ada yang menanyakan kenapa kok kami lama sampainya. Sampai beberapa hari kami masih kuat menyimpan rahasia itu. Hingga pada akhirnya kami cerita pada saat ada teman lain yang menceitakan hal-hal yang yang lucu lainnya. Kami semua tertawa terbahak-bahak mendengan pengakuan teman kami yang kahirnya tak kuat menahan godaan es tebu yang ternikmat di dunia. Bahkan sampai sekarang pun tetap sama, kami akan tertawa bersama jika kami mengingatnya.
Photo by S O C I A L . C U T on Unsplash
Menarik bun, senajan tidak semanis comentnya…