Oleh Lia Nathalia
Kepadaku dari Aku,
Senang akhirnya berkesempatan menyurati diri sendiri. Ini adalah sebuah kesempatan emas untuk berkomunikasi dengan diri sendiri.
Bersyukur karena masih diberi sehat sampai hari ini dan diberi kemampuan untuk bersyukur dalam segala situasi adalah hal berharga, karena kuyakini bahwa bersyukurlah yang menjaga kewarasan pikiran dalam berbagai situasi.
Dari pengalamanku, bersyukur juga mengangkat beban hati ketika menghadapi sebuah persoalan, kurang lebih dari takaran timbangan hatiku sekitar 50 persen. Soal benar tidaknya, namanya juga timbangan hati, jadi kemungkinan di rasa orang lain mungkin berbeda.
Di usia yang makin matang, walau tak bisa menandingi umur bumi, dan masih masuk kategori pemuda menurut organisasi buruh internasional atau ILO, banyak-banyak bersyukur memang hal wajar, karena kalau masih bangun hari ini, sehat, encok tak kumat rasanya telah memiliki semua harta di dunia.
Selain hati yang bersyukur, melalui surat ini, aku ingin mengingatkan diriku untuk makin mencintai diri sendiri. Bukan bermaksud untuk menjadi egois, namun bagaimana mungkin aku bisa berkata bahwa aku mencintai orang lain jika aku tak bisa mencintai diriku sendiri.
Mengutip ungkapan bijak Mahatma Gandhi; di mana ada cinta, di situ ada kehidupan; demikianlah harusnya kumaknai arti mencintai diri sendiri karena dengan mencintai diriku sendiri adalah caraku pula untuk menghidupkan kehidupanku.
Mencintai diri sendiri terlebih dahulu sebelum belajar mencintai orang lain atau sesama. Karena kalau kita memiliki kemampuan untuk mencintai, cintai diri kita sendiri terlebih dahulu, demikian yang diungkapkan pujangga Jerman Charles Bukowski.
Lalu aku akan bertanya, bagaimana caraku mencintai diri sendiri? Nasihatku untuk diriku menjawab pertanyaan itu adalah setidaknya beristirahatlah dengan cukup, berolahraga dan makanlah makanan yang sehat. Dan dari semua itu, tetaplah berpikir positif, berbuat baik untuk sesama dan makhluk hidup lainnya di alam semesta ini. Menjaga semangat, jiwa dan pikiran yang baik serta positif akan membuat kita menuai hal-hal baik karena demikianlah cara semesta bekerja, apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai.
Kepada mereka yang menyakiti, membenci dan berkhianat, tetaplah bersyukur untuk kehadiran mereka di kehidupanku karena tanpa mereka aku tak akan menjadi manusia yang lebih baik dan lebih baik. Tak berguna membalas perlakuan buruk dengan hal yang sama, tapi tetaplah hidup seakan hari ini adalah 24 jam terakhir kesempatanku untuk bernafas, hidup di dunia ini.
Dan sepanjang masih diberi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa, Sang Pemberi Kehidupan, jangan berhenti belajar, bergerak maju, bersukacita dalam segala situasi.
Hal lain yang perlu terus kulakukan adalah berani memaafkan diri sendiri untuk dapat mencintainya. Janganlah hidup dalam baying-bayang masa lalu, sebab kita tak ada yang bisa kembali ke masa lalu untuk mengubah apa yang telah terjadi, pernah kita lakukan yang saat ini kita sesali. Jadikan saja hal-hal di masa lalu sebagai pelajaran untuk menjadi manusia yang lebih baik hari ini.
Tak perlu juga membuat penuh sesak pikiran dengan kekhawatiran akan hari esok yang berlebihan, karena belum tentu ada kesempatan untuk tiba di perbatasan hari ini untuk menuju hari baru lainnya.
Sekali lagi, tetaplah hidup seperti saat ini adalah 24 jam terakhir kita menikmati kehidupan di dunia ini. Seperti kata Master Oogway dalam cerita Kungfu Panda : “Yesterday is history, tomorrow is a mystery, and today is a gift…that;s why they call it the present”. Ya, kemarin tinggal sejarah, hari esok masih menjadi misteri, dan hari ini adalah hadiah karena itu perlu mensyukurinya. Alangkah baik untuk menyambut setiap hari dengan merayakan kehadirannya dengan hati yang riang gembira.
Aku berharap, melalui surat ini diriku akan semakin memaknai kehidupan dengan kegembiraan yang semakin bertambah, menjalaninya dengan bijaksana dan bila masih diberi kesempatan tetaplah belajar tanpa henti dari kitab kehidupan.
Mengakhiri surat ini, aku ingin memeluk diriku dan berterima kasih untuk menjadi tetap kuat, berhasil melewati berbagai jenis badai kehidupan serta tak lupa bergembira dalam berbagai situasi.
Peluk sayang dan kasih,
Aku
Photo by Sixteen Miles Out on Unsplash