Komunikasi Rasa

Oleh Lisa Adhrianti

Menghadapi Ramadhan selayaknya merupakan momentum untuk kembali berpikir tentang berbagai target-target dan peluang akan hal-hal yang bermanfaat. Bagiku hampir empat tahun ini ramadhan terasa datar saja, terlebih sejak hanya bersayap satu, akupun melalui ramadhan dengan semampunya, tidak ada gairah akan implementasi dunia akhirat. Ramadahan tahun lalu yang diharapkan merupakan saat-saat fase “move on” ternyata juga harus dihadapkan lagi dengan kondisi pandemi yang membuat banyak orang tekurung dalam rumahnya masing-masing dan bagiku hal tersebut sangat membosankan. Virus mematikan Corona tersebut membuat segala tatanan kehidupan menjadi berubah termasuk juga terhadap kualitas hubungan pribadiku dengan berbagai sahabat di sekeliling.

Hari-hariku hanya banyak dihabiskan di seputaran rumah dengan peralatan yang siap diajak “tempur”  seperti laptop dan berbagai aktivitas akademik yang harus aku jalankan. 

“Hei mbak, apa kabar” ujar pesan singkat dari salah seorang sahabat lamaku. Lalu kemudian percakapan seru pun tercipta menghabiskan waktu berjam-jam dalam sebuah genggaman mesin kecil yang dinamakan handphone itu.  Seketika aku lupa dengan lapar , dahaga dan faedah Ramadhan lainnya ketika orolan itu mengalir dalam ketukan jemari yang seru dan mampu memecah sunyi ruang kesendirianku. 

“Mbak…jadi kamu tuh udah ga di tempat lama ya? Sejak kapan pindah kesitu? ujar sahabat masa SMA yang menyapa di bagian lain ruang chatku. 

“Ramadhan ini harus ngapain yaaa?” ujarku.

“Ya banyak-banyakin sedekah saja mbak”.

“Iya si kalau itu aku sudah hafal sebenarnya”. 

“Lalu gimana maksud kamu ini mbak?”

“Hemmm……maksudku sepertinya menarik  ya  jika kita bisa beramal dalam bentuk yang dekat dengan keseharian kita, misalnya kalau aku kan pendidikan tinggi maka hal apa yang dapat menjadi manfaat di Ramadhan kali ini? Begitulah kira-kira”

“Oiya menarik si ya…tapi kita jadi lalai ga ya? 

“Ya…janganlah……mengerikan! tapi malas harus diberantas” hahahha tawa pun kemudian mendaadak renyah dalam percakapan yang disponsori brand elektronik Korea ternama.

Setelah percakapan itu, otak ini masih diusik oleh pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang bisa dilakukan saat Ramadhan. Bagiku menarik jika dapat menghubungkan komunikasi dengan berbagai ayat-ayat Allah yang berfaedah besar jika sajikan.

“Ya Allah aku harus bikin apa ya di bulan suci kali ini? Ya Allah beri petunjukMU aku ingin dapat berkontribusi terhadap pilihan ilmu yang aku senangi sejak pertama kali melangkah dan memutuskan memilih Ilmu Komunikasi sebagai identitas kuliah kala menempuh jenjang sarjana itu. 

Otakku terus bergeliat, mata berputar, kaki mondar-mandir, dahi berkerut, tangan banyak meremas untuk terus memancing pengeluaran ide masa depan di pentas berbagai pertemuan digital yang boomimg kala pandemic ini. . 

“Aaaakh EUREKA! Komunikasi Ramadhan bersama Lisa alias Komunikasi Rasa. Sambut batinku kegirangan. 

Ya aku bertemu dengan ide Komunikasi Rasa untuk kemudian membuatnya terdiri dari tujuh episode yang siap untuk mengajak berbagai sahabat-sahabat akademisi yang ingin beramal di bulan Ramadhan dengan sharing keilmuan komunikasi kepada seluruh peserta yang dapat diikuti oleh orang-orang di seantergo penjuru negeri karena menggunakan format pertemuan virtual (online).

Komunikasi Rasa yang merupakan bahasan ringan dan ilmiah yang dirancang terdiri dari 7 episode tersebut menjadi sebuah jawaban atas kegelisahanku diantara pinta dan doa untuk dapat berkontribusi terhadap perkembangan keilmuan Komunikasi di setiap bulan penuh berkah. Sebuah bahasan ringan ilmiah yang juga sekaligus akan menghubungkan kajian keilmuan dengan perspektif keagamaan yang bertujuan untuk mempopulerkan nilai-nilai kebajikan menurut Islam.


Photo by Pablo Merchán Montes on Unsplash

One Comment on “Komunikasi Rasa”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *