Oleh: Samsul Arifin
Bulan Ramadhan pun tiba. Seperti bulan ramdhan sebelumnya kami pemuda surau akan tidur
surau setelah tarawih dan kemudian di lanjutkan acara mubeng. Mubeng adalah sebuah acara yang di
lakukan oleh pemuda surau di desaku untuk berkeliling membangunkan warga saat sahur. Dengan di
bantu alat seperti bedug, kentongan dan alat musik lainya kami berkeliling desa dengan meneriakan
“sahur, sahur, sahur, sahur” atau juga menyanyikan yel yel agar lebih menarik dan tidak monoton.
Perkenalkan namaku Samsul Arifin. Aku lahir dan besar di kabupatem Nganjuk, Jawa Timur,
tepatnya pada 01 januri 2003. Di desaku aku sering di panggil Arif. Pada malam itu sekitar pertengahan
bulan ramadhan, Aku dan pemuda surau lainya akan tidur di surau seperti biasanya. Pada malam itu yang
tidur surau lumayan banyak. Ada Aku, Indra, Mashud, budi, willy, Satrio, Eki, Arsil, Dodi, dan Yobi.
Saat itu adalah masa di mana HP Android mulai berkembang. Beberapa dari kami saat itu ada
yang sudah punya dan ada juga yang belum. Indra pada saat itu punya banyak sekali handphone
dirumahnya. ada sekitar 6 handphone yang dimilikinya. Pada malam itu indra membawa tiga handphone.
Awalnya aku terkejut pada saat melihat indra ”kenapa kok tidur surau aja bawa 3 handphone, 1 ajakan
cukup dra!”. Lalu indra dengan santainya Indra menjawab, “ah santai aja, aku bawa ini biar nanti di
pakai sama willy dan budi, kan mereka nggak punya handphone”. Aku pada saat itu akhirnya diam
mendengar alasannya itu menurutku sikap itu berlebihan.
Pada malam itu kami tidak tadarus tapi kami malah bermain handphone. Sekitar pukul 23.00 rasa
kantukpun menghampiri kami. satu persatu dari kami pun akhirnya tertidur. Malam itu aku dan indra
belum bisa tidur. Agar tidak bosan akhirnya kami saling bercerita tentang pengalaman kami. satu jam
kami bercerita tiba-tiba pak uztad datang. Ternyata beliu datang di tengah-tengah malam untuk
melaksanakan solat malam. Pak uztad pun kaget kenapa kok kami belum tidur dan akhirnya beliau
menyuruh kami segera untuk tidur. Sebelum tidur indra meletakkan handphonenya di lemari bersama
handphone yang lainnya. Dan kamipun akhirnya tidur.
Sekitar pukul 02.00 pak uztad membangunkan kami. setelah membangunkan kami beliau pamit
untuk pulang. Satu persatu dari kamipun bangun. Saat itu kami bersiap untuk pergi berkeliling untuk
membangunkan orang sahur dengan senjata yang telah kami siapkan. Saat itu indra bangun paling akhir.
Dan Ketika bangun indra kebingungan karena handphonenya yang ada lemari sudah tiada. Saat itu kami
semua terkejut. Semua bingung siapa yang mengambilnya. Saat itu kami saling menuduh satu sama lain.
Setelah agak lama kami saling tuduh menuduh Akhirnya kami putuskan untuk tidak keliling karena
kejadian ini. lalu Kami sibuk mencari handphone indra. Saat itu indra terlihat murung sekali karena
handphone kesayangannya telah hilang.
Pagi hari pun tiba, handphone indra juga masih belum di ketemukan. Akhirnya saat itu kami lapor
kepada pak uztad. Setelah lapor pak uztad akhirnya beliau menyuruh kami untuk berkumpul di surau jam
10.00. sesuai dengan jam yang telah di tentukan kami bekumpul di surau. Saat itu pak uztad berbendapat
bahwa yang mengambil handphonenya indra adalah salah satu dari kami, karena kalau malam itu ada
pencuri dari luar maka bukan handphonenya idra saja yang diambil. Tapi semua handphone yang ada di
lemari pasti sudah lenyap.
Untuk menyelasaikan masalah ini pak uztad akhirnya memberi saran agar semua orang yang tidur
di suaru kemarin malam harus di sumpah pocong, termasuk pak uztad juga karena beliau juga termasuk
orang yang berda di surau malam itu. mendengar saran itu kami langsung terkejut dan takut. Dengan
perdebatan yang cukup alot pagi itu akhirnya di putuskan bahwa nanti setelah salat tarawih akan di
laksanakan sumpah pocong di surau ini. Semua orang yang tidur di surau malam itu harus datang bersama
orang tuanya, dan nanti pak RT juga di undang untuk datang malam nanti.
Setelah rapat itu selesai akhirnya kami semua pulang. Sesampainya di rumah aku berkata pada
ibu tentang kejadian ini dengan wajah ketakutan. Melihat ketakutanku itu lalu ibu berkata padaku bahwa
“kalua kamu memang tidak mencuri maka kamu tidak akan apa-apa nak. Yang terjadi apa-apa adalah si
puncuri tersebut”. Mendengar perkataan ibu akupun merasa lebih tenang. Namun disisi lain aku juga
merasa sangat bingung kenapa kok aku harus di sumpah pocong.
Setelah jamaah salat asyar, tiba-tiba pak uztad memberi kabar bahwa pelaksanaan sumpah
pocong nati malam di batalkan karena salah satu dari orangtua sudah lapor ke pak uztad kalau anaknyalah
yang telah telah mengambil handphonya indra. Saat itu pak uztad tidak menyebutkan siapa yang mencuri
handphone tersebut. Hal ini di lakukan agar si anak tidak merasa terkucilkan natinya di kemudian
hari.Mendengar berita tersebut aku dan teman-temanpun ikut lega dan Bahagia karena tidak harus
mengikuti prosesi sumpah pocong ini.
Sepulang dari surau aku memberitahukan kabar ini kepada ibu dan ibu ikut Bahagia dengan kabar
ini. setelah terjadinya peristiwa ini ibu berpesan kepadaku agar aku selalu menjadi orang yang jujur,
rendah hati, tidak mengambil barang yang bukan milik kita, serta selalu bersyukur atas semua nikmat
yang telah di berikan allah kepada kita. Mendengar pesan ibu aku pun berjanji akan selalu mengingat
pesan tersebut. akhirnya cetita ini pun selesai dan sampai saat ini aku belum mengetahui siapa yang telah
mengambil handphone tersebut.
Photo by Jonah Pettrich on Unsplash