Jejak Rindu Ramadhan antara Emirgan dan Pengungsian

Oleh: Lisa Adhrianti

Corona virus yang masih menyeruak hingga kini membuat kaki-kakiku mulai kaku dan merindukan pijakan-pijakan petualangan baru yang biasanya selalu ditunggu. Hingga menjelang ramadhan kali kedua sejak wabah virus itu merebak, otomatis semua gerak menjadi terbatas. Jika Ramadhan tahun lalu semua dikondisikan untuk lebih banyak beraktivitas di dalam rumah, maka agak berbeda dengan Ramadhan tahun ini. Euforia untuk kembali menghidupkan suasana ramadhan perlahan mulai tampak dengan kembalinya dibuka berbagai destinasi perjalanan dan aktivitas di ruang publik. Bagiku, setahun berdampingan dengan atmosfer Corona virus cukup untuk memupuk keberanian menghadapi kenyataan dalam medan peperangan luar ruang untuk mengaktifkan herd immunity atau kekebalan diri sendiri.

Berbekal vaksin lengkap yang telah mengalir dalam tubuh ini dan bayangan untuk dapat melemaskan kembali syaraf serta otot yang telah aktif setiap hari dengan berbagai tanggung jawab pekerjaan harian, maka  tawaran mendadak seseorang untuk melihat datangnya musim semi di negara Erdogan berhasil menggelitikku. Sejak lama aku membayangkan dapat berada di dalam Taman Emirgan berisi bunga Tulip yang bersemi di negara islam modern, yang teerletak di antara benua Asia dan Eropa tersebut.

Meski ramadhan akan menjelang, namun seolah tidak ada bimbang yang menghadang untuk menjejak di Turkey. Dalam bahasa Turki,  Taman Emirgan disebut Emirgan Korusu. Taman ini terkenal dengan koleksi tulipnya yang semarak, yang muncul secara massal setiap bulan April selama Festival Tulip Istanbul. Taman Emirgan tersebar di lebih dari 100 hektar tanah dan menawarkan beragam flora dan fauna membuat kita dapat merasakan berada di dunia metafisik karena pemandangan yang menakjubkan berpadu dengan pantai Eropa selat  Boshporus.

Keyakinan bahwa travelling is healing semakin membulatkan tekad untuk menggapai mimpi lama itu. Perjalanan yang akan semakin menebalkan kesembuhan dari berbagai goresan luka hati yang menghampiri selalu kutemukan dalam setiap langkah ketika proses tadabbur alam. Fabiayyi ‘aalaa’i rabbikumaa tukadzdzibaan? maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? betapa banyak syukur terucap ketika Sang Maha Kuasa senantiasa mengijabah kesenanganku akan perjalanan meski masih dalam kesunyian yang melingkupi ruang kesendirian hampir empat tahun ini. Ramadhan sejatinya adalah momentum untuk semakin menebalkan kesyukuran dan kesabaran atas setiap takdir dan rencana Allah yang harus dijalani setiap makhluk.

Kewajiban berpuasa yang berguna untuk menunjukkan jati diri sebagai seorang muslim/muslimah yang beriman dan bertakwa bukanlah hanya sebuah ritual menahan lapar dan dahaga dari terbit hingga terbenam matahari, melainkan pertarungan hawa nafsu untuk senantiasa dapat melatih sabar dan syukur.

Perjalanan ternyata semakin mengajarkanku akan dua esensi mulia tersebut ketika raga ini dimampukan untuk melangkah mandiri berbekal transortasi umum di negeri orang, setelah perencaaan yang matang sehari sebelum akhirnya tertunda kerana cuaca yang tidak bersahabat. Gaung menjelang ramadhan memang belum begitu terasa di Istanbul, namun bagiku hamparan bunga Tulip berwana merah jambu, maroon, ungu dan kuning yang berjejer di taman Emirgan itu telah siap menyambut Ramadhan dengan sukacita. Jika tanaman saja dapat berseri seharusnya kita sebagai manusia juga dapat bergembira menyambut Ramadhan.

Ketika mata ini diberi kesempatan untuk melihat impian sambil membuka lembar demi lembar novel seorang sahabat yang berjudul “taman bunga” di Emirgan Tulip Park jelang ramadhan kali ini, ada bait kerinduan yang akan tertinggal. Kerinduan akan kasih sayang Allah yang diharapkan akan selalu melingkupi hari-hari hingga ramadahan menyisakan kemenangan, serta kerinduan kepada orang-orang terkasih yang tidak bisa menemani langkah kaki ini.

Rona kelopak  warna-warni bunga Tulip itu mampu mengajarkan bahwa musim selalu berganti, bahwa roda kehidupan selalu berputar dan bahwa ramadhan pastinya akan selalu membawa tantangan keberhasilan atau kegagalan untuk yang menjalankan. Hamparan rumput taman yang hijau dan perlahan berlalu menjauh mengikuti kepergian juga membangkitkan kekhawatiran akan suasana kepulangan perjalanan musim pandemi yang harus melalui pengungsian dalam suasana karantina setiba di tanah air sendiri.

Emirgan memang indah, namun pengungsian karantina tentu juga banyak mengajarkan keindahan. Jika Emirgan menawarkan romantisme dan rasa syukur yang tinggi, maka pengungsian sementara di wisma karantina juga mengajarkan tentang kesederhanaan dan lapang dada yang tinggi. Semuanya diperlukan saat ramadhan dan aku merasakan sekaligus dua atmosfer yang berbeda tersebut, yakni perasaan ketika menjelang ramadhan di Taman Emirgan dan perasaan ketika harus menyambut ramadhan di pengungsian tanpa kebersamaan keluarga sebagaimana biasa.

Kedua suasana tersebut juga telah mengajarkan keseimbangan, pembelajaran tentang hakikat kehidupan dan mampu terhubung dengan makna ramadhan. Ramadhan adalan bulan baik, bulan penuh kemuliaan, bulan ujian sekaligus ampunan. Ramadhan mengajarkan kebajikan sebagaimana juga Emirgan dan pengungsian sementara itu. Allah SWT berfiman: “Bukanlah kebajikan itu dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan ialah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang-orang yang meminta-minta; dan orang yang memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang yang menepati janjinya apabila ia membuat janji, dan orang-orang yang bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” – (Q.S Al-Baqarah: 177). Ya..sungguh Emirgan telah mengajarkan syukur dan wisma pengungsian telah mengajarkan sabar. Keduanya telah menyisakan jejak kerinduan bagiku.


Photo by Cole Keister on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *