Love Me Love Myself

Oleh: Riyan Suatrat

Ternyata enggak segampang itu mempraktikkan self love. Kata self love sendiri juga baru aku dengar beberapa tahun terakhir ini. Maknanya pun aku pahami perlahan-lahan—sungguh perlahan-lahan. Frasa ini langsung nyangkut di otak karena terdengar pro banget ke diriku.

Tantangannya adalah ketika aku ingin menjalankan self love. Kok sulit ya. Setelah aku pikir-pikir ini dia beberapa alasan, kenapa aku enggak langsung bisa mempraktikkan self love.  Pertama, karena aku belum terbiasa. Kedua, konsep bahwa aku harus selalu menyenangkan orang lain, ingin selalu tampil menarik, baik hati—seperti ibu peri—sudah begitu melekat di alam bawah sadar. Begitu mau memberikan cinta kepada diri eehhh jatuhnya malah merasa bersalah. Rasa-rasanya kok aku ini jahat banget ya. Padahal memang kadang jahat beneran. Jangan ditiru ya. 

Tapi eh tapi dari tadi ngomongin self love, self love itu apa sih? Emang penting ya? Kalau dimaknai kata per kata, self itu artinya diri dan love itu artinya ayang eh salah ding, cinta. Jadi self love itu cinta diri. Kayak sama dengan egois. Iiih apa bagusnya punya sifat egois.  Eits beda dong. Antara self love dan selfish. Nah si selfish ini nih yang sama dengan egois. Jangan ya jangan jadi orang yang egois alias selfish. Kasihan orang-orang di sekeliling kita. Ini juga jadi warning buat diri saya sendiri. Inga, inga. Ting!

Kita balik lagi omongin self love. Self love ini sebuah tindakan di mana kita memberikan penghargaan kepada diri kita sendiri. Kalau biasanya kita suka meninggalkan perasaan ini dan mengutamakan kebahagiaan orang lain, sudah saatnya nih kita memberikan diri kita haknya yang selama bertahun-tahun usia hidup kita, kita abaikan.

Aku sendiri mengalami perubahan setelah berkenalan dengan self love. Aku takjub ternyata ada ya yang namanya self love. Dan itu indah banget. Sekali lagi self love bukan sesuatu yang buruk ya. Dari pengalamanku justru ketika aku tahu apa itu self love cara pandangku terhadap diri sendiri banyak berubah. Apa aja yang berubah? Intip yuk.

Aku gak takut difoto lagi. Loh yang bener. Yap ini beneran. Dulu aku takut banget difoto. Alasannya karena hasilnya jelek banget. Disaat banyak-banyaknya orang suka selfy aku justru menghindarinya. Tapi setelah aku tahu apa itu self love, aku enggak alergi lagi sama kamera hehehe. 

Perubahan berikutnya, aku enggak lagi membanding-bandingkan diri dengan orang lain yang lebih-lebih. Lebih kaya, lebih cantik, lebih sholeha, lebih beruntung, lebih berat badan hahaha. Kalau yang terakhir enggak ya karena aku sendiri ndut. Dan aku enggak minder lagi meskipun ndut. Yeee. Lagian capek cuy terus-terusan membandingkan diri dengan orang yang jelas-jelas memiliki berbagai kelebihan. Mau sampe kapan coba?

Berikutnya aku jadi lebih berani. Bukan berani berantem ya. Aku anaknya cinta damai. Peace. Beraninya itu lebih ke berani mengambil tanggung jawab, berani mengekspresikan diri, berani bermimpi. Gila ini sih, bahkan bermimpi aja—dulu—aku tuh enggak berani. Aku merasa enggak pantes aja punya mimpi atau cita-cita. Otakku bekerja dengan banyak keterbatasan. Dan aku sendiri yang membatasi diri dengan berpikir kalau aku enggak bisa ini-enggak bisa itu. Sedih banget mengingat diriku yang dulu, hiks.

Kadang nyesel juga sih napa baru sekarang tahu tentang self love. Emang ini kosa kata baru? Zaman dulu memangnya enggak ada frasa self love? Atau akunya aja yang kurang update. Kalau alasan terakhir ini memang bener sih. Aku memang agak-agak kudet nan kuper. Tapi ya sudah lah ya apapun itu, masa lalu adalah pelajaran, masa depan adalah misteri, dan masa kini adalah anugerah. Ciieeee sok amat.

Apapun itu dan bagaimanapun aku, dulu maupun sekarang, aku patut bersyukur. Setidaknya aku bisa keluar dari kondisi melelahkan itu. Aku jadi lebih percaya diri dengan memberikan diriku haknya yang lama aku abaikan. Terima kasih diri. Terima kasih sudah bertahan selama ini. Enggak mudah menjadi diriku yang sekarang. Semua kelakuanku yang kadang malu-maluin, songong, aneh bin ajaib, dan banyak randomnya. Terima kasih sudah memutuskan untuk menerima jiwa dan raga sebagaimana diriku sekarang. 

PR terbesarku adalah mempertahankan semua kemajuan yang sudah aku upayakan sejauh ini. Teruslah belajar, perbaiki diri, bersyukur, dan banyak-banyakin berbagi. Catet. Jangan lagi membandingkan diri dengan orang lain ya. Karena Aku baik dan Aku berharga. 


Photo by Shaurya Sagar on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *