Surat Untuk Vicky, Dek Manis

Oleh: Winda Ariyanita

Jakarta, 7 April 2022

Dear Adik manisku, Vicky N. Tiara

Apa kabar, dek? Semoga baik, dengan iman islam yang terjaga, dan selalu dalam keadaan bersyukur. Sungguh, bagiku, keadaanmu, kapan pun itu adalah salah satu prioritas. Karena sepanjang yang  aku tahu, hatimu yang galau akan membuatmu tidak mood sehingga keruhlah suasana kamar kita.

Dek, surat ini kutulis sebagai ungkapan betapa aku begitu menyayangimu sampai kapan pun. Kau adalah salah satu hadiah terindah dari Allah untukku dan keluarga kita. Tidak terbilang rasa syukurku ketika di usia tujuh tahun, aku mendapatkan seorang dan satu-satunya adik perempuan yang akan menjadi seperti temanku saat berusia dewasa. Seorang adik yang begitu cantik dengan pemikiran random yang bisa membuatku mencicipi berbagai rasa setiap hari. Senang, kagum, kesal, marah, jengkel, bahkan terkadang puas menertawakan kebodohanmu, kebodohan kita.

Kau tahu kan, Dek? Di usia yang tak lagi muda ini, di usia yang seharusnya kita tak lagi sekamar berdua-karena menurut budaya masyarakat kita, mestinya aku sudah menikah-aku ingin kau menjadi seorang perempuan tangguh. Tidak hanya soal pemikiran, namun juga soal gerak dan sikap. Janganlah kau menjelma seperti pepatah, indah dan hebat dalam bertutur, namun nihil dalam tindakan. Allah tidak suka itu. Dan aku yakin, kau akan berusaha untuk mengerjakan apa-apa yang keluar dari lisanmu dengan sigap tanpa harus berpikir berulang kali atau menunggu mood-mu membaik.

Sebagai kakak perempuanmu, aku masih sama seperti dulu, saat kau meminta pendapatku untuk kuliah. Dalam keadaan selemah apa pun, seperti misalnya dengan minimnya kemampuan finansial kita saat itu, aku akan tetap mengatakan “Kejarlah impianmu, kejarlah cita-citamu”. Jangan ragu, Dek. Aku akan selalu mendukungmu melakukan hal-hal baik. Apalagi hal itu berhubungan dengan impian dan cita-cita. Kita sudah berjanji kan, akan menjadi perempuan hebat? Sebab itulah kita harus berjuang lebih tekun dan gigih.

Lakukanlah itu dengan niat untuk meraih ridlo-Nya. Dengan begitu, dayamu akan bertambah berkali-kali lipat, tanpa rasa takut akan segala rintangan yang menghadang. Fokuslah. Biarkan tubuhmu berkontemplasi dengan segala atom pembentuk takdir kesuksesanmu. Kerahkan seluruh daya yang kau punya agar tak melahirkan kecewa.

Jika kau harus mencicipi kegagalan, ingatlah untuk terus mencoba. Jangan patah semangat. Aku yakin, kau sudah khatam dengan hal ini. Kau punya amunisi, rencana terbaik, juga samudra kesabaran. Betapa pun keluarga kita tak mengerti dan tak bisa memberikan support sistem terbaik yang mampu menenangkan di kala terpuruk, aku yakin kau punya banyak di luaran sana. 

Dek, aku tahu kau penakut. Kau sulit tidur saat malam karena over thinking terhadap sesuatu tak kasat mata di sekitar kita. Aku ingat ceritamu yang baru tertidur jam 1 pagi saat menginap di kamar hotel, untuk kemudian harus bangun jam 3 pagi untuk melanjutkan aktivitas. Redamlah, Dek. Belajarlah untuk mengendalikannya. Beranilah. Hei, bahkan kita tidak pernah mematikan lampu kamar. Seharusnya semua akan baik-baik saja. Percayalah bahwa rumah yang disholati dan diisi dengan lantunan ayat-ayat Allah secara istiqomah akan selalu berada dalam penjagaan terbaik-Nya.

Terakhir, di tahun yang di bulan Ramadhannya aku, kau, dan kakak laki-laki kita berganti usia, tambahkanlah rasa tanggung jawabmu sebagai manusia dewasa dan sebagai hamba Allah, Dek. Meski tak tertulis, kau adalah pewaris perjuanganku. Aku ingin kita sekeluarga bertemu lagi di surga. Saling mencari ketika tak menemukan, dan bukan termasuk orang yang saling berbantah-bantahan di hari akhir nanti. Sebab itu, teruslah berproses meningkatkan keimanan.

Perbaiki sikapmu terhadap keluarga. Lembutkan suaramu ketika bicara. Ringankan tanganmu membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Bersabar terhadap orangtua. Maniskan wajahmu dengan senyuman yang merekah. Sepele ya? Tapi boleh jadi hal-hal kecil itulah yang akan membawa kita ke surga. Sambil tak berhenti berdakwah di keluarga dan lingkungan sekitar. Aku yakin, itu akan meningkatkan value kita sebagai manusia.

Sudah. Sekian dulu dariku. Semoga setiap pesanku di surat ini selalu kau ingat. Jika suatu saat aku telah tiada, semoga surat ini mampu menghangatkan ingatanmu tentang aku, kakak perempuanmu yang selalu menyayangimu.

Salam cinta dan peluk hangat.

Kakakmu, Winda

Catatan: Aku akan selalu merindukan dialog kita saat di kamar

Kau: Kakak, mau Iky tendang nggak?

Aku: Mau dooong…

Dan kau akan kebingungan dengan jawabanku… ^_^


Photo by Josue Michel on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *