Sekali Seumur Hidup

Oleh: Agit Yunita

Ada pengalaman yang sebenarnya tidak semua orang harus merasakannya. Ya, satu orang dengan orang yang lainnya tak harus memiliki cerita hidup yang sama. Termasuk pengalaman dalam bekerja. Mencari pekerjaan, ditolak di saat melamar pekerjaan, hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan.

Ada dari kita mungkin berprinsip, bahwa pekerjaan yang kita dapatkan haruslah sesuai dengan keinginan, jika tidak, kita tidak akan mencoba untuk mendaftarkan diri. Namun banyak juga yang berpikir, pekerjaan apa pun boleh dilakukan yang penting halal. Jadi mau itu pekerjaan yang diinginkan atau bukan, yang penting punya pengalaman yang banyak terlebih dahulu. Dan dapat memiliki penghasilan sendiri. 

Bagaimana dengan kawan semua? Kalau aku sih jadi tipe yang kedua. Setelah lulus dari SMA yang penting harus bekerja. Setiap hari Sabtu selalu berburu koran, karena di sana pasti dimuat berbagai macam lowongan pekerjaan. Aku memasukkan banyak lamaran pekerjaan ke banyak tujuan.

Hampir berbulan-bulan menunggu. Akhirnya panggilan pekerjaan itu pun datang. Ya, itu akan menjadi pekerjaan pertamaku. Di sebuah Mall besar dan aku akan menjadi SPG di salah satu toko yang menyediakan pakaian olahraga.

Aku pun datang untuk mengikuti masa training. Namun ternyata jenis pekerjaan macam itu tak cocok untukku. Masuk sekitar pukul sembilan pagi dan pulang hampir jam dua belas malam. Sedangkan saat itu aku hanya mengandalkan transportasi angkutan umum. Yang ketika sudah larut malam, mereka akan susah sekali dicari. Pada akhirnya, aku mengundurkan diri. Tidak lagi melanjutkan masa training. Setelah itu, menghindari untuk melamar sebagai SPG di mana pun. 

Tak berapa lama, aku pun segera mendapatkan penggantinya. Kali ini kurasa lebih baik. Ya, sebuah kantor yang bergerak di bidang penyediaan obat herbal memberiku panggilan pekerjaan. Jaraknya pun tak jauh dari rumahku. Aku pun langsung datang untuk melakukan wawancara. 

Tanpa diduga, di Kantor Herbal itu aku bertemu dengan kawan lama semasa SMP. Dia pun menjadi salah satu administrasi di sana. Aku pun berharap untuk bisa diterima juga. Hingga tak menunggu lama, pihak kantor herbal itu menghubungiku dan memberikan kabar yang menyenangkan. Aku diterima di sana.

Sedikit cerita tentang Kantor Herbal itu. Kantor itu bergerak di bidang distribusi obat-obatan herbal salah satunya jenis-jenis madu. Kantor pusatnya berada di Bali. Sedangkan di Bandung tempatku bekerja, hanyalah satu dari kantor cabangnya yang tersebar di seluruh Indonesia. Jujur, aku tidak mahir dalam bidang akuntansi. Karena waktu SMA aku jurusan IPA. Tetapi karena teman sepekerjaanku dengan senang hati mengajari dan membantu jika aku menemui kesulitan, maka aku pun bisa menyelesaikan pekerjaanku dengan baik.

Yang aku tahu, di mana pun tempat kita bekerja. Sesuka apa pun kita dengan pekerjaan tersebut, selalu akan ada kendala yang dihadapi. Baik dari orang lain atau bisa jadi diri kita sendiri. Maka dengan rasa tanggung jawab yang tinggi, kita harus bisa menyelesaikan apa pun masalah yang dihadapi selama bekerja. 

Ini menjadi pengalaman pertama dan terakhir bagiku. Selama tiga tahun aku bekerja di balik meja. Berkutat dengan angka-angka, jumlah barang hingga gaji karyawan. Karena setelah selama itu, aku harus rela meninggalkan pekerjaan itu. Disebabkan oleh keadaanku menikah dan kemudian harus ikut suami yang tinggal di Surabaya.

Dan setelah itu, aku tidak pernah merasakan lagi, bagaimana rasanya bekerja di kantoran. Namun itu menjadi pengalaman yang sangat berharga, karena dengan aku bekerja di kantor herbal itu, aku bisa merasakan bekerja di luar kota juga. Saat itu, kantor membuka cabang Baru di Cirebon. Serta untuk pertama kalinya, menginjakkan kaki di Pulau Bali, meskipun bukan untuk berlibur, tetapi tetap saja setidaknya ada cerita yang bisa dikenang. 

Semua itu benar-benar pengalaman yang begitu berharga.

Bantul, 9 Juli 2021


Photo by Joshua Hoehne on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *