Oleh: Meli
One thing leads you to another. Itu yang kurasakan di setiap awal perubahan. Melakukan hal yang berbeda dari biasanya untuk pertama kalinya. Akan jadi awal sebuah perubahan. Entah menjadi baik atau buruk. Yang kujalani sesuatu yang menuju perubahan pola pikir.
Kali ini, aku akan bahas tentang karya pertama. Bikin aku senyum-senyum sendiri tidak jelas. Untung tidak di pojok kamar yang membuat reputasiku sebagai manusia bisa turun.
Kamu tahu kenapa? Ya, tidak lah! Aku belum cerita ya. Jadi begini, karya pertamaku dalam dunia penulisan adalah membuat cerpen. Isinya tentang sahabatku di masa perkuliahan. Bahas tentang sahabatku dulu, ya. Dia hadir seperti seorang psikolog yang tahu bagaimana baiknya seseorang seperti aku yang suka merasa tidak jelas akan hidup ini. Mungkin karena kami sering bersama. Kadang aku berpikir tentang masa depannya akan baik seperti apa jika dia bekerja di perusahaan apa dan sebagai apa.
Sahabatku ini seorang pria dan aku adalah gender sebaliknya. Kami hampir setiap hari bersama. Mulai dari berangkat kuliah hingga sore menjelang malam. Itu kalau kami tidak menyusun rencana untuk jalan ke suatu tempat. Eits, jangan berpikir yang aneh-aneh. Pernah ada rasa yang tertinggal kan, maksudnya? Tidak! Kami bukan orang yang seperti itu.
Kalian tidak percaya? Pantas. Semua orang tidak percaya. Kami berhubungan seperti layaknya saudara. Siapa saja yang merasa sedang susah hati maka secara otomatis bergerak membantu. Keren kan? Persahabatan kami membuat semua orang iri. Keyakinan mereka terhadap kami adalah sepasang kekasih yang selalu akur.
Bingung? Kok, bisa?! Bisa saja. Benar yang terjadi di antara kami. Tak pernah ada kata cinta yang mengudara. Tidak ada sentuhan-sentuhan yang membuat kami merasa risih satu sama lain. Tak pernah ada pertanyaan siapa kami yang dulu. Kami berteman untuk hari ini dan masa depan. Bagaimana kami di luar tanpa ada aku atau dia, tidak ada pertanyaan. Selalu mendukung apapun tujuan kami. Salah atau benar memang hasil dari proses hidup yang tetap akan kami jalani apapun yang terjadi. Bikin dahi berkerut? Iya lah. Mana ada pertemanan seperti itu. Aneh dan ada.
Kebiasaan kami, menonton apapun bersama. Kebiasaanku bertanya kepadanya apa adegan yang akan terjadi selanjutnya dari sebuah film atau serial televisi. Yang pasti, sahabatku ini selalu tidak bisa jawab. Aku akan menjawab panjang kali lebar. Jadi luas, kan? Iya, sama panjangnya kayak sinetron di Indonesia. Jika analisis aku benar, maka dia selalu tertawa lebar tanpa bicara. Aku tak pernah menanyakannya. Yakin, pasti dia heran kenapa otakku bisa begitu nyambung dengan penulis skenario itu.
Suatu hari, di suatu sore, saat aku sedang menonton bersama, aku bilang padanya, ” Aku ingin jadi penulis skenario. Bisa bikin film yang bagus. Saking bagusnya sampai tidak akan pernah masuk proses edit karena adegan yang memaksakan.” Dia tidak komentar sepatah kata pun.
Tugas kuliah sedang banyak. Minta temani dia untuk ke “warnet”. Tahu kan ya, tempat apa. Kalau usia menuju 50an, pasti tahu. Iya, warung Internet. Buat anak “Zaman Now” mungkin tidak tahu apa “Warnet”. Suatu tempat di mana kita bisa pinjam komputer untuk berselancar di dunia maya. Dia tepat duduk di sebelahku. Apa yang aku butuhkan, dia yang cari. Jarang sekali aku mengerjakan tugas bersama teman sekelasku. Dia selalu jadi tempat bergantung agar aku bisa sedikit santai. Alhamdulillah, dia pasti bantu tanpa ada drama muka memelas.
Aku masih asik berselancar di dunia maya. Mencari bacaan yang unik dan seru. Pastinya bukan politik.
“Kalau lu jadi penulis nanti, ceritain tentang hidup gue ya, ” katanya tiba-tiba dengan suara lembut. Lalu, aku menoleh ke sebelah kanan. “Janji, ya! Harus!” lanjutnya lagi.
“Iya!” responku hanya sekedar mempersingkat waktu.
Beberapa hari kemudian, setelah parkir motor, dia mengeluarkan majalah dari dalam tasnya.
“Ikh, sejak kapan lu baca yang kayak begini?”
“Apaan sih! Gua bawa buat lu.” katanya dengan wajah kesal dan mulut sedikit manyun.
“Nih, liat ada apa di sini!” ujarnya yang sudah membuka halaman.
Dia membawa majalah remaja “Kawanku” dan memperlihatkan ada sayembara menulis.
“Lu ikut ya!”
“Nulis apa? Belum ada ide,” respon ku sambil memberikan kembali majalah itu dan terus pergi menuju kelas.
Jalanku terasa berat. Ternyata, tas ditarik dari belakang. Kalau sudah begini susah bergerak. Badannya yang tinggi besar. Beratnya 2x dari aku susah dilawan oleh aku yang memiliki bobot hanya setengah darinya. terpaksa, aku mundur mendekatinya.
“Ntar, gua mikir dulu idenya.”
“Kan, ada gua. Lu ceritain tentang gua, aja. Kenapa pusing?” Aku masih diam berpikir. “Kan, kemarin, udah janji.”
Gesture jempol tangan kanan saja yang kuberikan sebagai tanda iya. Tangannya yang memegangi tas langsung dilepas. Wajahnya langsung merekah.
Untuk karya pertama, aku bingung menulis dari mana. Untuk cari ide cerita dibentuk cerpen kayak apa. Bikin tulisan juga kayak apa. Cari info di perpus kampus, toko buku, buku kuliah karena aku mengambil jurusan sastra dan baca ulang novel yang bagian dari tugas kuliah. Semedi berhari-hari di kamar. Orang tua mengira aku mengerjakan tugas kuliah.
Akhirnya jadi 1 karya. Judulnya “Sahabat yang Pergi”. Temanya, tentang sahabat yang secara mental sudah jauh pergi karena keadaan memaksa dia untuk jadi orang yang melanggar aturan di masyarakat. Menjadi Pekerja Seks Komersial atau biasa disingkat menjadi PSK.
Kuhubungi setelah jadi. Dia langsung datang ke rumahku. Membaca isinya. Dia tersenyum. Lalu berkata, ” Bagus! Gua suka! Kirim, deh!”
Sudah pasti bagus. Lah, wong dia malas baca. Mana tahu tulisan hancur atau bagus. Keesokannya, dia bantu kirim melalui email.
Ditunggu beberapa bulan. Aku ke tukang koran yang terdekat dari kampus. Untuk melihat hasil pengumuman hasil pemenang sayembara. Tertulis siapa saja nama pemenangnya. Sudah mulai menarik ujung bibir ya? Tertawa, lah! Karena sudah paham ya? Iya, lah! Sudah pasti aku tidak menang. Majalah remaja. Kisahnya yang ringan dari remaja. Aku bikin tentang kematian seorang “PSK”.
Jadi momen yang sulit dilupakan kami berdua. Lucu dan bodoh tuh, dekat sekali. Hehe.
Photo by saeed karimi on Unsplash