Menunggu Sandal Usai Sholat Tarawih

Oleh: Dian Sulis Setiawati

Aku suka bercanda, tapi untuk benar-benar melakukan hal yang konyol sepertinya sesuatu yang sangat tak terpikirkan hehe. Okelah setelah berhari-hari memikirkan hal konyol yang pernah kulakukan, akhirnya teringat suatu kejadian saat selesai shalat tarawih. Bagiku cerita inilah yang paling terpikir akan menjadi hal konyol yang pernah kulakukan.

Jaman kita masih kecil atau bahkan mungkin sampai saat ini sandal hilang di masjid pasti masih terjadi. Ya, walaupun kejadian seperti itu untuk saat ini pasti jarang terjadi. Selain takut dosa, masyarakat cukup mampu lah untuk membeli sandal. Lain lagi cerita kalau misal ternyata sandal itu bermerk dengan harga mahal seperti yang digunakan oleh para sultan (sebutan orang kaya bergengsi jaman now, hehe).

Eh, cerita ini bukan tentang aku nyolong sandal ya. Walaupun sandal jepitku butut banget dulu, tak pernah terpikir lah untuk nukar sandalku sama sandal milik orang lain yang lebih bagus.

Jadi ceritanya, saat itu seperti biasa aku dan teman-teman shalat tarawih. Di masjid dekat rumah shalat tarawih kita 23 rakaat, terhitung sama shalat witir.

Selesai shalat, anak-anak pasti pada antri untuk meminta tanda tangan. Biasalah itu sudah tugas wajib anak sekolah saat bulan ramadan tiba.

Aku ada diantrian terakhir untuk mendapatkan tanda tangan. Setelah aku mendapatkannya, aku bergegas untuk pulang. Saat itu hanya satu teman saja yang menungguiku.

Setelah ada diluar aku tolah-toleh, “dimana ya sandalku”, ucapku. Sandalku hilang, aku muter di seluruh bagian luar masjid tak ada. Di tempat-tempat yang kira-kira jadi bercandanya teman-teman menyembunyikan barang-barang temannya pun tak ada.

Temanku sudah mengajak pulang, tapi aku tak mau pulang tanpa membawa sandal, bisa dimarahi nanti dirumah. Aku suruh temanku pulang duluan, sementara aku masih menunggu di masjid. Aku hanya berpikir ada yang tak sengaja memakai sandalku. Mana ada orang yang sengaja mengambil sandal tapi sandalnya butut seperti punyaku.

Aku tunggu sampai masjid sepi, kenapa? Ya, aku menunggu siapa tahu ada sandal yang tertinggal milik orang yang memakai sandalku. Sandal yang tertukar begitu, hehe. Kukira masjid sudah benar-benar sepi, tak ada orang di dalam ada satu sandal di samping selatan masjid. “sudah sandal ini saja aku bawa pulang, besok ku bawa lagi siapa tahu ada yang mencarinya”. Baru beberapa langkah, entah darimana asalnya ada seorang bapak-bapak yang lumayan tua, beliau mencari sandalnya. Aku agak merinding karena sudah sepi tadi tak ada orang eh tiba-tiba ada seseorang setelah aku beranjak.

Aku memberanikan diri untuk kembali, dan bertanya pada beliau. Sandal kulepas dan ku jinjing. “Bapak mencari sandal ini?”, tanyaku. Bapak itu megiyakan lalu berterima kasih padaku. “Ya Allah baik sekali kau nak”, ucapnya. Aku hanya tersenyum. Senyuman bingung, aku yang seharusnya akan mengambil sandalnya, malah aku yang dipuji. Konyolkan? Untung segera ku putuskan untuk mengembalikannya segera jadi tak ada penyesalan setelahnya.

“Ah, dimana sandalku?”. Kini tinggal ada dua sandal disana, aku tunggu sampai orangnya keluar aku tak mau mengulang kesalahan seperti tadi. “nak sudah sepi apa yang kau tunggu?”, ucap seorang juru kunci masjid. Sambil mematikan beberapa lampu disekitar masjid. Ya, beliaulah orang terakhir yang keluar dari masjid. Setelah itu masih ada satu sandal berwarna merah, aku yakin sudah tak ada lagi orang di masjid itu. Kalaupun besok ada yang mencari besok akan aku pakai lagi, siapa tahu ada pemiliknya. Namun hingga ramadan usai tak ada yang merasa kehilangan sandal merah itu.

Bagiku ini sungguh konyol, jika hal ini terjadi saat ini aku pasti akan pulang dan membeli sandal lagi saja. Tak perlu aku tunggu sampai sepi dan menunggu sandal terakhir yang tertinggal di masjid. Apalagi kutambah kekonyolan saat aku yang hampir mengambil sandal bapak tua itu, dan malah dianggap anak baik karena dianggap menemukan sandal beliau setelah ku kembalikan.

Dan kekonyolan terbesar adalah siapa sih yang mengambil sandal bututku? Karena setelah hilang itu berhari-hari aku masih mencari tetap tak kutemukan sandal itu. Jadilah sandal merah yang masih lumayan baru itu menemani hari-hariku.


Photo by Ruan Richard on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *