Ramadhan Ceria: Kilas Balik Kembali ke Masa Kecil

Oleh: Maydina Zakiah

“Benteng!” teriak salah seorang teman kecilku yang telah menggapai benteng tempat kami.

“Yah kalah deh kita…” kataku.

Masih ingat dengan permainan benteng? Mungkin bagi kita yang mengalami masa kecil di tahun 90-an tidak asing dengan istilah permainan benteng. Permainan tersebut membagi tim menjadi dua dimana masing-masing tim menentukan dinding atau tiang tertentu menjadi benteng mereka. Kemudian masing-masing tim mengutus anggota timnya untuk berupaya bisa menyentuh benteng lawan. Tim yang anggota timnya dapat memegang benteng lawan duluan tanpa terkena terpegang oleh lawan, menjadi pemenangnya.

Yup.. permainan benteng adalah salah satu permainan konvensional yang menghiasi kehidupan masa kecilku bersama teman-teman di kompleks tempatku tinggal sampai saat ini. Berbagai permainan tradisional yang konvensional di masa kini membuat keceriaan menghampiri kami di sore dan malam hari di kala bulan Ramadhan datang, memancarkan semangat kebersamaan sebelum berbuka puasa ataupun setelah sholat teraweh yang umumnya kami lakukan di mushola kompleks dekat rumah.

Sedangkan sore hari, manakala jarum jam telah menunjukkan pukul 4 sore, satu per satu anak kecil di kompleks, termasuk aku bergegas untuk keluar rumah, bermain bersama di sepanjang jalanan depan rumah, tepatnya di depan rumahku biasanya.

“Main apa ya kita hari ini?” ujar salah satu temanku.

“Galaksin yook!…” sahutku.

Setelah berdiskusi ala anak-anak, akhirnya aku dan teman-teman sepakat bermain Galaksin. Pernah dengar permainan tradisional ini? Itu lho Permainan yang membagi kelompok menjadi dua tim. Satu tim yang menjaga wilayahnya, di mana masing-masing anggota tim punya teritorial khusus yang harus dijaganya dengan penuh tanggung jawab dengan cara bergerak ke samping kiri dan kanan sesuai jalur/garis teritorialnya, sembari merentangkan kedua tangannya sejajar pundak. Jikalau tim lawan ada yang terpegang penjaga tersebut, maka tim yang jaga berganti peran. Tim yang menang adalah yang bisa membawa semua anggotanya tidak terkena/terpegang oleh anggota tim yang jaga. Kalau timnya berhasil selalu lolos, maka tim yang berjaga, tidak berganti.

“Kena!…yee! Gantian yang jaga yow hehehe!… yuk teman-teman, gantian kini kita yang main, mereka yang jaga!” seruku kala itu.

Biasanya kita bermain hingga menjelang maghrib, sekitar pukul setengah 6 sore. Jikalau bosan dengan permainan tersebut, kita menggantinya dengan permainan lain seperti tak jongkok, tak umpet ataupun engkle. Setelah energi terkuras, tapi gembira dan waktu telah menunjukkan pukul stgh 6 atau salah satu orang tua kita memanggil untuk pulang, maka itulah saatnya waktu bermain di sore hari berakhir. Eiitt… tapi nggak berhenti di situ saja, kadangkala atas izin orang tua, selepas sholat teraweh lanjut bermain benteng sebentar seperti yang sudah diceritakan di awal. Ini berlangsung saat bulan Ramadhan tiba sepanjang masa kecilku saat berada di Sekolah Dasar hingga awal Sekolah Menengah Pertama.

Tak hanya di saat bermain saja, manakala di waktu-waktu penting seperti waktunya belajar Iqro di Mushola ataupun sholat Teraweh, biasanya saling mengunjungi rumah teman dan mengajak melakukannya bersama-sama. Aku selalu senang manakala panggilan temanku terdengar nyaring terdengar dari depan rumah untuk melakukan hal tersebut…

“Assalamu’alaikum… Dinaaa… teraweh yook!” Terdengar suara teman dari arah depan rumah.

“Waalaikumsalam… Iyaaaa bentaar!” Bergegas kuhampiri mereka, beberapa teman perempuanku yang sudah siap sedari tadi menunggu di depan pagar. Dan kemudian kita pun menuju mushola bersama-sama sembari kadang mampir dahulu ke rumah teman yang lain yang searah dengan mushola untuk menjemputnya.

Itulah sekelumit cerita yang sedikit menggambarkan seperti apa keceriaan pada bulan Ramadhan di masa kecilku. Nah… Bagaimana dengan keceriaan anak-anak zaman now saat ini? Masih adakah momen-momen kebersamaan beraktivitas dengan teman-teman yang menjadi tetangga di sekitar rumah? Masihkah ada kegiatan mengasah keterampilan motoriknya dan kecerdasan kinestetiknya dengan permainan-permainan konvensional? Apakah orang tuanya juga mengenalkan permainan tradisional dahulu ke generasi zaman now masa kini atau yang juga dikenal dengan istilah generasi centennial? Atau sudah tersibukkan oleh gadget, baik anak maupun orang tuanya?


* Penulis adalah peminat dunia kreatif, kreativitas, inovasi, dan pembelajaran. Pernah menjadi kontributor aplikasi perangkum buku pada sebuah startup rangkuman buku best seller terkait manajemen, marketing, SDM, dsb disamping juga pernah menjadi kontributor pada sebuah web portal industri kreatif. Penulis juga merupakan salah satu founder forum sebuah komunitas pembelajaran kreatif. Lebih lanjut tentang karya dan kiprah penulis dalam komunitas dan profesional bisa dilihat pada https://linktr.ee/maydina 

Photo by Spikeball on Unsplash

One Comment on “Ramadhan Ceria: Kilas Balik Kembali ke Masa Kecil”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *