Belajar dari Pedagang


Oleh: Arya Noor Amarsyah

Kemarin Kamis, dengar kabar dari penjual nasi uduk yang bernama bu Yanti bahwa putranya diterima di UPI Bandung.

Oleh karenanya, 24 Agustus 2023 mendatang, dia tidak jualan, karena ingin mengantar anaknya ke Bandung.

Senang rasanya mendengar kabar ini. Menambah deretan para pedagang di sekitar rumah yang berhasil memasukkan anak-anaknya ke jenjang perguruan tinggi.

Pak Dasuki dan Mpok Ani berhasil menguliahi ketiga putranya ke perguruan tinggi yang berbeda.

Pak Dasuki dan Mpok Ani adalah pasangan suami istri yang berjualan sayur, daging, ikan, tempe, tahu. Pendek kata jualan bahan masakan.

Masuk siang hari, mereka berjualan masakan matang.

Selain mereka ada pasangan suami istri lainnya. Wignyo dan Mpok Iyam juga berhasil memasukkan buah hati mereka ke jenjang pendidikan perguruan tinggi.

Wignyo dan Mpok Iyam penjual makanan-makanan untuk sarapan. Mulai dari nasi uduk, lontong sayur dan makanan khas sarapan lainnya.

Selain membantu istrinya berdagang, Wignyo juga berprofesi sebagai buruh bangunan.

Juga ada mama Septi dan suaminya. Mereka juga menguliahi putranya. Sementara putrinya yang bernama Septi masih duduk di tingkat SLTP.

Mama Septi berjualan tepung, telur dan bensin. Sedang suaminya adalah seorang penjahit.

Yang terakhir ini bu Yanti. Seorang penjual nasi uduk, nasi kuning dan gorengan.

Sementara suaminya pedagang kripik singkong, slondok dan kue onde.

Putra mereka diterima di perguruan tinggi di Bandung.

Ada kesamaan dari keempat pasangan di atas. Mereka semuanya adalah pedagang. Bukan pengusaha besar alias konglomerat yang mudah memperoleh uang. Mereka adalah pekerja keras untuk peroleh pendapatan.

Pendapatan yang diperoleh dari memeras keringat dan membanting tulang itu setidaknya dibagi menjadi 3 bagian (tidak termasuk kontrakan rumah, jika masih mengontrak).

Tiga alokasi yang dimaksud adalah buat makan, modal kelanjutan usaha dan biaya kuliah buah hati.

Biaya kuliah dimasukkan kategori kebutuhan primer, bukan sekunder, apa lagi lux.

Apa pun kondisinya, anak-anak harus kuliah sebagaimana mereka harus makan.

Mereka tidak menyerah pada keadaan, yang penting anak harus kuliah.***


Photo by Damar Handyanjaya on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *