Adàn Sempat Menolong Orang, Sebelum Dirinya Ditemukan Wafat


Oleh: Arya Noor Amarsyah

Namanya Muhammad Adan salah seorang dari 24 korban meninggal Erupsi Gunung Marapi Sumatra Barat.

Jelang meninggal, Adan sempat komunikasi dengan ibunya tentang kondisinya.

Kondisi Adan, kaki yang satu remuk dan kaki yang lain patah.

Tim SAR berhasil sampai di posisi Adan berada. Ketika SAR mau mengevakuasi Adan, dia menolaknya.

Adan menolak untuk dievakuasi terlebih dahulu. Dia mengatakan dirinya masih kuat bertahan.

Adan menginfokan ada korban lain yang lebih parah darinya dan lebih urgent untuk dievakuasi terlebih dulu. Korban itu bernama Zhafirah.

Jadilah Zhafirah dievakuasi terlebih dulu. Perjalanan evakuasi untuk sampai pos di bawah memakan waktu 4 jam. Zhafirah selamat.

Sedangkan Adan telah menghembuskan nafas terakhir, saat tim SAR kembali sampai di posisi Adan.

Adan yang sejatinya dalam kondisi parah lebih mementingkan orang lain.

Padahal Adan dan Zhafirah tidak saling mengenal. Karena mereka berasal dari kelompok pendaki yang berbeda.

Sekali lagi, Adan sebenarnya dalam kondisi parah. Tentu akan bertambah parah bila tidak dievakuasi dengan segera.

Ketika tim SAR mengevakuasi Zhafirah, mereka harus menempuh perjalanan selama 4 jam.

Saat tim SAR kembali ke posisi Adan, tentu menghabiskan waktu 4 jam pula.

Paling tidak Adan harus menunggu selama 8 jam untuk peroleh pertolongan.

Belum lagi ancaman erupsi gunung Marapi berikutnya.

Namun Adan boleh tersenyum, karena dia menutup usianya dengan kebaikan. Dengan kondisi Adan seperti itu, mengutamakan Zhafirah untuk dievakuasi, merupakan salah satu kebaikan yang masih bisa dilakukannya.

Walau sempat selamat dan dirawat di rumah sakit, Zhafirah pun menghembuskan nafas terakhir pada Minggu 17 Desember 2023.


Photo by Yosh Ginsu on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *