Alhamdulillah `Ala Kulli Haalin Wani`matin

By: Eulis Sri Rosyidatul Badriyyah

Itulah yang ingin saya katakan setelah melewati episode hidup yang menantang di tahun 2022, kata itu terilhami dari bukunya bunda Darmanelly yang berjudul “Pesan Mandeh”, dan Hidup itu seperti role couster kata Miss Novia dalam film Takdir Cinta Yang Kupilih, dimana dalam tahun yang sama ada rasa yang bercampur antara Bahagia, terkejut, sedih, merasa tidak percaya diri, kembali bersemangat dan berbunga-bunga. Apa sebenarnya yang terjadi?

Berawal dari kecelakaan tunggal di depan pintu masuk SLB Al-Huda Sadananya di tanggal 9 Agustus 2022 pagi, bersama anak ke 4 saya Aksa Niskala Iskandar Saleh terpeleset dijalanan yang menurun dalam kondisi hujan rintik-rintik setelah mengantar anak saya ke 3 ke RA Ar-Rohman untuk belajar bersama guru dan teman-temanya. Padahal lima hari sebelumnya, tepatnya 4 Agustus 2022 saya sangat bahagia sekali bisa menghadiri ujian sidang/Munaqosyah tesis adik, sahabat sekaligus putri saya di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Jujur, kecelakaan motor ini bukan yang pertama dalam hidup saya, mungkin sudah lebih dari 10x sejak pertama saya dibonceng kakak ke 2 saya sekitar tahun 2001, bahkan ada yang lebih parah dalam kaca mata dhohir saya ketika tahun 2020 mencoba menghindar motor yang memberikan lampu sein kanan mendadak, sampai antara badan saya dan motor terlempar sedikit jauh dan laptop saya rusak layarnya tapi qodarullah saya masih kuat berdiri dan seolah-olah tidak terjadi kecelakaan dan baru terasa sakitnya setelah sampai ke rumah, itu pun tidak lama kemudian sudah beraktivitas seperti biasa. Tapi anehnya, kecelakaan 9 agustus itu seperti sepele tapi membekas, kenapa? Seperti sepele karena saya menjalankan motor dalam kondisi merayap, kedua kaki sudah turun dari motor dan begitu dekat dengan jalan, tapai entah kenapa ban depan terpeleset dan saya beserta aksa juntai tak mampu berdiri sama sekali (sangat-sangat tidak biasa), sampai digotong oleh 4 apa 6 orang bapak-bapak yang ada disekitar komplek Yayasan Al-Huda Sadananya karena besarnya badan saya mungkin (hehehe). Sesampainya dirumah, saya telpon Ma Emi pijet dan mengabari suami yang diperantauan meminta do`a kesembuhan, sehari kemudian saya telpon bidan yang bantu persalinan saya untuk meminta diperiksa atau sekedar meminta obat anti nyeri dan luka di kaki serta tangan agar cepat mengering dan sembuh.

Ternyata kecelakaan yang dianggap sepele itu menorehkan sakit dan trauma yang lama, dan jujur membuat saya terkejut, itulah pandangan manusia, makanya benar tidak bisa menilai sesuatu hanya secara kasat mata. Biasanya hanya satu kali urut saya sudah sembuh, ini sampai 4x urut dalam satu bulan. Bahkan mulai berani bawa motor saja hampir 1 apa 2 bulan mengalahkan habis lahiran yang kadang sebelum 30 hari sudah berani bawa kendaraan, saya kira setelah berani bawa motor trauma itu hilang, ternyata sampai sekarang apabila melewati jalan tersebut dalam cuaca yang sama badan bergetar dan ketika selamat sampai didepan masjid nafas begitu berat sampai harus dihempaskan untuk meringankan dada yang sesak. Tahukan kamu? Jalan itu akan slalu dilewati setiap hari karena tepat di depan rumah mamah selangkah menuju rumah saya.

Dibulan yang sama kakak ipar saya yang pertama mengajak saya membantunya membimbing jamaah umroh yang dibawanya, karena beliau pimpinan cabang bb tour & travel Ciamis, jujur tawaran itu tidak membuat hati saya terenyuh sedikitpun, kenapa? Karena saya tahu, ibadah umroh itu bukan hanya ibadah lafdziyyah tapi fisik juga harus kuat, dari hotel ke masjid kadang jaraknya tidak dekat, apalagi dari hotel ke tempat miqot terus melaksanakan semua rukun umroh kaki terus bergerak minimal 3-5 jam jika posisi thowaf kita di pelataran ka`bah, kemudian dari pintu masuk lancar. Sedangkan dalam kenyataan dilapangan tiap rombongan jamaah tidak sama, ada yang harus diputarkan terlebih dahulu di lantai 2, belum lagi ketentuan yang sekarang ada perbedaan antara jamaah laki-laki dengan perempuan, maka bagi suami isteri harus siap jika terpisah. Dengan kondisi kaki yang masih sakit setiap menaiki tangga sekolah dihari Rabu dan Kamis dan dipijat dihari jum`at maka saya merasa tidak percaya diri dengan panggilan Ilahi melalui kebaikan kakak ipar saya yang pertama. Sampai akhirnya beliau meminta saya kembali di tanggal 21 november 2022 dan saya merasa, saya sudah siap memenuhi Undangan-Nya kembali, Labbaikallohumma labbaik, labbaik kalaa syariikala kala baik, innal hamda wani`mata laka wal mulk laa syariikalak.

“Pah, tanggal 24-28 bunda ada munas KAHMI di Palu Sulawesi, dan tanggal 21 teteh ngajak kembali umroh, kira-kira papah ngizinin bunda yang mana?” Tanya saya pada suami.

“Kalau sama papah masih ada seat nggak?” Suami balik nanya.

“Bunda coba tanya ke teteh ya pah.” saya menjawab

(Beberapa menit kemudian saya telpon lagi suami) “Pah, seat nya Cuma untuk bunda saja sebagai pembimbing, sudah sold out 99 seat. Kalau bunda diizinin akan secepatnya memperpanjang paspor, kalau tidak diizinin akan dijual ke jamaah majlis ta`lim teteh, kebetulan ada yang ingin berangkat”.

“Kalau umrohnya tidak sama papah jangan”, suami saya bilang.

“Kalau umroh tidak diizinin apa ke Palu boleh pah”, aku tanya balik suami.

“ Ya sudah, ke Palu aja” jawab suami, untuk sekedar membahagiakan istrinya yang ingin umroh tapi tidak diizinkannya.

Alhamdulillah `ala kulli haalin wani`matin, diluar dugaan suami mengajak saya umroh plus Turkey di Desember 2022, walaupun akhirnya qodarullah berangkatnya 7-18 Januari 2023. Bahkan di akhir tahun 2022 ini pun proposal pengajuan penerbitan buku ke laman Litapdimas Kemenag RI lolos penilaian reviewer dan saya berhak mendapatkan bantuan tersebut, yang alhamdulillah sudah cair 100% di tanggal 16 Februari 2023. Jujur 2 kado tersebut membuat saya merasa berbunga-bunga, karena perjalanan umroh kali ini sangat-sangat membuat kami bahagia, sampai saya menuangkannya dalam puisi di bawah ini:

Perjalanan Suci

Inilah perjalanan yang kami impikan di umroh pertama

Ternyata Tuhan berikan di umroh ke dua

Keni`matan beribadah bersama pasangan

Bak pengantin yang memadu cinta dalam gelap malam dihiasi rembulan

Canda tawa dan tatapan penuh cinta 

Saling sabar, saling percaya dan saling dukung adalah kunci bahagia

Mengarungi perjalanan suci kita bersama keluarga

Sebagai ibadah terpanjang sepanjang masa

Dalam perjalanan ini kami belajar

Bahwa hidup itu harus wajar

Jangan sampai juga lapar

Yang mengakibatkan hidup kita kurang ajar

Tuhan, berikan kami kekuatan

Untuk senantisa melakukan kebaikan 

Dengan semua makhlukmu di alam mayapada yang penuh dengan godaan

Agar kami tetap istiqomah dalam keimanan, keislaman dan ketakwaan. 

Bagaimana tidak Bahagia, dari sekian banyak orang yang mengajukan proposal penerbitan buku, saya termasuk dari 47 orang yang lolos penilaian reviewer tahap 1 dan 1 dari 4 orang yang lolos penilaian reviewer tahap 2 sehingga paling dahulu dicairkan dana hibahnya 100%.

Kini, setelah kebahagiaan itu, Tuhan kembali menguji saya dalam sakit yang sama, tepatnya setelah launching buku dikampus pada hari jum`at, sorenya saya terpeleset didepan kamar rumah karena lantai yang licin, padahal di hari selasa saya harus sudah dibandara untuk menerima hadiah ultah dari suami yakni berlibur ke Bali hanya berdua tanpa anak-anak, saya hanya bisa berdo`a minta taqdir terbaik bagi saya dan keluarga dimasa depan, serta tetap bersyukur dan menerima dengan semua qodo dan qodar-Nya Tuhan dalam senyuman disetiap keadaan. Lagi-lagi hanya dengan mengingat-Nya hati ini menjadi tentram.

Terimakasih atas tantangan yang diberikan oleh WAG Teman Books4care, tulisan ini saya persembahkan. Ciamis, Minggu, 19 Pebruari 2023 Pukul 11.45 WIB


Photo by Patrick McGregor on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *