Harusnya Aku Yang Kamu Cinta

Oleh: Rama Aditya Firdaus

Hujan deras membasahi bumi. Orang-orang berlarian mencari tempat teduh atau tetap berjalan di tengah hujan sambil membawa payung. Tetapi tidak bagi satu orang. Wanita berkerudung biru itu berlari di tengah hujan tanpa payung. Satu tangannya mengusap mukanya karena menangis. Dadanya terasa sesak karena perasaan emosional yang bercampur aduk. Sedih, cemburu, sakit, patah hati, luka…

Rasanya dia masih sulit percaya dengan apa yang dia lihat beberapa saat sebelum dia berjalan di tengah hujan. Dia tidak percaya melihat sosok laki-laki yang dicintai dan dirindukannya sekian lama, bersanding dengan wanita lain. Mereka duduk bersama di atas pelaminan. Diberi ucapan selamat oleh orang-orang atas pernikahan mereka.

Andika…

Wanita itu tersedu-sedu. Kenapa akhirnya perjumpaan yang sangat dia harapkan ini harus berakhir tragis seperti ini? Kenapa…? Padahal harusnya dia yang dicinta, bukan oleh perempuan itu. Harusnya dia yang mendampingi Andika, bukan oleh perempuan itu. Harusnya dia yang menjadi pengantin Andika, bukan perempuan itu…

Kerudung biru yang dikenakannya terasa berat akibat basah karena hujan. Tetapi wanita berkerudung biru itu tidak peduli. Dia terus saja berlari membawa tangisannya. 

“Hyun Jung!”

Perempuan itu menghentikan langkahnya lalu memutar badannya. Dia melihat seorang perempuan berkerudung cokelat tergopoh-gopoh membawa payung menghampiri dirinya. 

“Diana!” perempuan yang dipanggil Hyun Jung itu menghambur dalam pelukan Diana. Dia menumpahkan tangisan sejadi-jadinya. Sakit sekali rasanya. Dia merasa sangat terluka.

Diana tidak berkata apa-apa. Dia hanya mengelus-elus punggung Hyun Jung. Dia merasa sedih dan kasihan melihat sahabatnya yang datang dari Korea, karena rindu mau bertemu Andika, sosok pemuda yang dicintainya, ternyata telah menikah dengan orang lain. Orang itu adalah sebelumnya adalah tunangan Andika yang bernama Eva. Mereka menikah karena perjodohan keluarga Andika dan keluarga Eva. Dua keluarga yang sangat kaya, berpengaruh dan mempunyai kekuasaan di Indonesia.

Selama perjalanan pulang di taksi, Hyun Jung mengenang pertemuan pertamanya dengan Andika di Korea, hubungan mereka yang spesial, sifat Andika yang sangat baik kepadanya, penuh perhatian, peduli, dan sayang kepadanya. Selama hubungan mereka, Hyun Jung menjadi muslim. Dia sangat mencintai Andika dan juga agama yang dipeluknya. 

Sayangnya hubungan mereka harus berakhir. Andika dipanggil pulang oleh orang tuanya ke Indonesia. Hyun Jung syok mendengar Andika akan pulang. Dia masih ingat enam bulan yang lalu, saat dia mengejar Andika ke bandara dan menahan cowok itu sebelum masuk ke pintu imigrasi.

“Kenapa kamu tinggalkan aku? Bukankah kamu berjanji akan bersama aku?” mata Hyun Jung berkaca-kaca.

“Maafkan aku,” Andika mengusap air mata Hyun Jung, “aku terpaksa harus pulang. Ini sebagai wujud baktiku pada orang tuaku. Aku tidak bisa membantah.”

“Aku mencintai kamu…” isak Hyun Jung, “sungguh…”

Andika menatap Hyun Jung agak lama. Sepertinya dia terkejut karena Hyun Jung menyatakan cinta kepadanya. Dia bingung harus berkata apa, selain hanya mengucapkan, “Terima kasih, aku menghargai perasaan kamu.”

“Apakah kita bisa bertemu lagi?”

“Hanya Allah yang tahu.”

“Kalau kamu tidak kembali ke Korea, biarlah aku yang mendatangimu ke Indonesia.”

Andika tersenyum sedih kepadanya, “Aku akan menunggu kamu di sana.”

Tangis Hyun Jung tumpah melihat punggung pemuda itu menjauh darinya. Dirinya tidak rela membiarkan pemuda itu pergi dari pandangannya. Sungguh, Hyun Jung mencintainya. Hyun Jung akan berusaha melakukan segala cara untuk bisa terbang ke Indonesia, menemui Andika lagi.

Tetapi setelah enam bulan dia sampai di Indonesia, bukanlah pertemuan menyenangkan yang dia temui, melainkan pertemuan yang menyakitkan. Hyun Jung datang ke pernikahan Andika di gedung mewah di tengah kota karena ajakan Diana padanya. Diana memberitahu Hyun Jung bahwa Andika akan melangsungkan pernikahan di sana. Diana merasa tidak enak hati memberitahunya. Diana sudah lama menjadi sahabat Hyun Jung selama bekerja di Korea. 

Hyun Jung tidak percaya saat mendengarnya. Dia menganggap Diana bercanda. Namun saat diajak ke gedung pernikahan itu, ternyata Diana serius. Andika berdiri bersanding dengan perempuan lain. Mereka memakai baju adat pengantin. Hyun Jung syok berat. Tidak… tidak mungkin…

Harusnya aku yang di sana, dan bukan dia…

Harusnya aku yang kamu cinta dan bukan dia…

Harusnya kamu tahu bahwa

Cintaku lebih darinya…

Harusnya yang kamu pilih bukan dia…

Kenapa kamu tega, Andika? Kenapa…?

Hyun Jung tidak tahu apakah Andika sempat melihatnya di tengah keramaian tamu undangan. Hyun Jung hanya sadar diri, bahwa dia tidak mau berlama-lama di tempat itu. Tanpa memedulikan Diana, Hyun Jung langsung melarikan diri. Tidak tahu bahwa di luar gedung sedang hujan deras. 

“Hyun Jung, aku minta maaf,” kata Diana pelan. “Seharusnya aku jujur sama kamu dari awal, sehingga kamu tidak perlu merepotkan dirimu datang ke Indonesia.”

Hyun Jung membersihkan air matanya, “Aku bodoh, sudah terbutakan oleh cinta, terlalu berharap pada Andika, tapi ternyata hanya luka yang aku dapat.”

Diana semakin merasa tidak enak hati. Dia menggenggam tangan Hyun Jung erat-erat, “Hyun Jung, aku… aku menyesal…”

Hyun Jung menggeleng, “Tidak perlu kamu sesali. Kamu kasih tahu atau tidak, lama-lama aku pasti akan tahu kalau Andika sudah menikah.”

Taksi mereka masih melaju membelah hujan di tengah kota. Dua wanita itu sama-sama diam sekarang. Diana langsung memecah kesunyian, “Apakah setelah ini kamu mau kembali ke Korea?”

Hyun Jung menggeleng lagi, “Aku lupa memberitahu kamu. Aku dipindah tugaskan oleh perusahaan ke Indonesia. Aku akan tinggal dan bekerja di sini.”

“Benarkah?” kata Diana terkejut.

Hyun Jung sedikit menyunggingkan senyum, dan mengangguk.


Kantor tempat Hyun Jung bekerja adalah kantor pusat perusahaan multinasional Indonesia yang punya beberapa cabang di negara-negara Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, dan Timur Tengah. Grup Yudhistira. Hyun Jung ditempatkan di kantor pusat sebagai perutusan dari cabang Korea. Orang-orang terkesima melihatnya sebagai wanita Korea muslim. Dia bekerja seperti biasa, dalam diam, berinteraksi sewajarnya, sambil melancarkan bahasa Indonesianya. 

Saat jam istirahat kantor, Hyun Jung pergi ke pantri untuk mengambil secangkir teh hangat. Di pantri kosong, tidak ada orang. Hyun Jung mengambil gelas cangkir dan menuangkan teh hangat ke dalam cangkir yang dipegangnya.

“Hyun Jung?”

Hyun Jung diam. Dia menghentikan pergerakannya. Dia sangat mengenal suara ini. Suara yang akrab di telinganya bertahun-tahun lalu di Korea. Luka di hati Hyun Jung seperti terbuka kembali. Hyun Jung menolehkan kepala, melihat Andika berdiri di depan pintu pantri. Mereka berdua kembali bertemu.

“Hai, Andika.”

Andika tampak canggung. Dia berdeham, “Aku… terkejut melihat kamu di sini. Tadi aku memerhatikan kamu dari seberang lorong.”

“Selamat ya, sudah menjadi Direktur di perusahaan ini. Kamu memang pantas menjadi pewaris keluarga kamu.”

“Aku tidak tahu kamu ditugaskan di sini. Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini.”

“Selamat juga untuk pernikahan kamu, ya.”

Andika diam sesaat, “Jadi, aku tidak salah lihat. Memang kamu yang datang waktu itu ke pernikahanku.”

Mereka diam lagi. Kesunyian membetot ruangan pantri. 

“Diana yang mengajakku. Aku baru sampai di Indonesia dan dia memberitahuku kamu menikah. Tadinya aku tidak percaya tapi setelah aku melihat, ternyata benar…”

“Aku bisa menjelaskan…!”

“Tidak apa-apa, aku mengerti. Mungkin tujuan kamu dipanggil pulang ke Indonesia adalah untuk itu. Menikah dengan gadis pilihan orang tuamu. Sebagai anak berbakti, kamu harus menaati orang tuamu.”

Hyun Jung melangkah pergi melewati Andika di sampingnya, tapi Andika cepat-cepat menahan lengannya. Hyun Jung terkejut.

“Jangan pergi. Aku akan menjelaskannya padamu.”

“Menjelaskan apa?”

“Eva, aku tidak tahu dia akan dijodohkan denganku. Dulu dia adalah cinta pertamaku di kampus, tetapi dia membuatku sakit hati setelah melihat sifat aslinya. Aku sudah tidak mencintainya lagi sejak saat itu.”

“Lalu kenapa kamu mau menikah dengannya?” tanya Hyun Jung tidak mengerti.

“Karena aku dipaksa oleh ayahku. Pernikahanku dengan Eva akan memperkuat kedudukan keluargaku dengan keluarga Eva di mata publik. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.”

Hyun Jung melepaskan tangannya dari cengkeraman Andika, “Selama enam bulan aku rindu sama kamu. Aku cinta sama kamu. Tapi sepertinya aku harus melupakan kamu. Cintailah istrimu yang sekarang.”

“Tidak, Hyun Jung. Aku.. aku justru juga mencintai kamu. Aku sadar bahwa selama ini aku kehilangan kamu.”

“Lalu kamu mau apa? Kamu sudah terlanjur menikah. Harusnya aku yang mendampingi kamu, bukan dengan dia. Harusnya aku yang kamu cinta. Tapi bagaimana? Takdir sudah terjadi.”

“Aku…” Andika belum sempat menyelesaikan kalimatnya, ketika dia mendengar suara perempuan lain sedikit keras memanggilnya dari ujung lorong, “Andika!”

Seorang perempuan berkerudung hijau muda menghampirinya. Langkahnya sedikit cepat dan dia menggamit tangan Andika. Mulutnya sedikit manyun, “Aku cari kamu ke mana-mana!”

Hyun Jung melihat dengan tatapan cemburu. Dia ingin sekali pergi dari tempat ini. Tidak mau melihat sejoli itu bermesraan di depan matanya.

“Kamu sedang apa di sini?” 

“Ah, tidak, aku…” Andika gugup bersuara, bingung harus menjawab apa.

Istrinya melihat Hyun Jung berdiri di hadapan mereka.

“Siapa perempuan ini?”

“Dia… dia karyawan baru yang ditugaskan di sini. Namanya Hyun Jung dari Korea.”

Perempuan itu menatap Hyun Jung dengan pandangan penuh selidik. Hyun Jung entah kenapa tidak menyukai tatapan matanya, seperti mengintimidasi. Mata perempuan itu tajam sekali seperti elang. Dia seperti melihat raut tidak suka yang terpancar dari ekspresinya. 

Tapi perempuan itu menyunggingkan senyum, sambil mengulurkan tangan kepada Hyun Jung, “Hai, aku Eva.”

Hyun Jung ragu-ragu menerima, tapi dia segera menjabat tangan Eva, “saya Hyun Jung.”

Eva terus tersenyum menatap Hyun Jung. Entah apa yang ada di pikirannya saat melihat Hyun Jung. Hyun Jung merasa tidak nyaman dengannya. Pandangan itu sangat mengintimidasi dirinya. Cepat-cepat dia segera pergi meninggalkan Andika dan Eva. Andika melihat kepergian Hyun Jung dengan tatapan kesedihan. Dia merasa bersalah karena telah terlambat menjawab cinta Hyun Jung enam bulan yang lalu. Dia merasa menyesal karena tidak berani mengungkap cintanya lebih awal kepada Hyun Jung. 

Andai saja waktu bisa diputar lagi

Aku minta maaf, Hyun Jung

Aku terluka

Tak bisa dapatkan kau sepenuhnya


Inspirasi: Armada – Harusnya Aku


Photo by Kate on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *