Damailah Indonesiaku. Janganlah Engkau Hancur Berkeping-keping!

Oleh Dudy Sofiandy

My Dearest Indonesia,

Aku terlahir di atas tanahmu dan, jika Tuhan mengizinkan, aku akan tetap berada bersamamu, apapun yang terjadi, sampai hari akhir itu tiba. Cintaku kepadamu tidak akan berkurang sedikit meskipun negara lain menawarkan banyak hal yang lebih menarik. Hujan batu di negeri sendiri lebih baik daripada hujan emas di negeri orang. Aku terlahir jauh sesudah kamu merdeka. Aku tidak pernah mengalami berbagai gejolak yang terjadi sebelum kemerdekaanmu. Hanya pada 1998 aku pernah mengalami gejolak yang hampir mencerai-beraikan kamu.

Sejak tahun itu, aku merasa ada banyak “invisible hands” (tangan-tangan tak kasat mata) yang ingin melihatmu berubah seperti Uni Soviet, yang kini pecah menjadi beberapa negara. Kini banyak anak bangsa yang mudah menghasut dan dihasut. Kemudian, mereka baku hantam seolah-olah mereka bukan saudara sebangsa dan setanah air. Meskipun agama dan pilihan politik mereka berbeda, itu seharusnya tidak membuat mereka saling membenci.Tangan-tangan jahil itu memancing di air keruh. Mata pemilik tangan-tangan itu senang melihat anak-anak bangsa bertikai satu sama lain. Mereka senang melihat anak-anak bangsa sedih dan sedih melihat anak-anak bangsa senang.

Terlepas dari itu semua, aku bangga telah menjadi bagian dari kamu selama lebih dari setengah abad ini. Meskipun terkikis, keramahtamahan wargamu masih diakui bangsa-bangsa lain dari berbagai penjuru dunia. Alammu masih memiliki pesona yang dapat memikat mata yang melihatmu dan hati yang merasakanmu. Tidak sedikit orang asing yang ingin menjadi bagian darimu. Banyak di antara mereka yang bangga telah menjadi bagian darimu meskipun kamu hanya menjadi yang kedua setelah negara di mana mereka dilahirkan. Semoga pesonamu tak lekang dimakan waktu atau hilang karena tangan-tangan jahat menjamah pesonamu.

Aku dan keluarga kecilku berjanji akan menjadi bagian dari mereka yang mencintaimu dan menjagamu agar tetap utuh. Aku harus akui bahwa kami hanya bagian kecil dari upaya itu. Namun, kami akan terus berupaya untuk menjaga simpul-simpul yang menyatukanmu sekuat tenaga kami. Bagiku, kamu adalah sebuah kumpulan berbagai kepingan yang menyatu menjadi sebuah mozaik indah bernama Indonesia. Memang tidak mudah untuk mempertahankan kepingan-kepingan itu agar tetap utuh. Semua anak bangsa, sekali lagi semua anak bangsa, harus terlibat di dalamnya, terlibat di dalam upaya untuk tetap bersatu. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Mereka harus menyingkirkan dan melupakan perbedaan yang ada di antara mereka.

Bagiku, kamu adalah segalanya. Cintaku kepadamu akan kubawa sampai mati. Tentu, aku akan sangat bersedih jika harus melihat mozaik itu menjadi kepingan-kepingan yang terpisah, tidak lagi merekat, karena ambisi dan ketamakan politik orang-orang yang ingin menguasai kamu untuk diri mereka sendiri. Mereka tidak mau berbagi. Padahal, kamu telah menyediakan sumber daya alam yang berlimpah di tanahmu yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke.

Siapapun yang mencintaimu, termasuk mereka yang ingin menguasaimu sepenuhnya, harus menyadari bahwa kamu, Indonesia, untuk semua, apapun suku, agama, atau ras mereka. Mereka berhak mendapatkan bagian dari kamu sesuai dengan yang mereka upayakan, tetapi tidak boleh berlebihan atau mengambil sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan orang lain.

Bangsa ini membutuhkan seorang pemimpin yang adil, yang dapat berdiri di atas semua golongan. Entah kapan kami akan mendapatkan pemimpin seperti itu. Mungkin pada 2045, saat kamu, Indonesia, berusia 100 tahun. Amin!

Dari aku yang selalu memperhatikanmu,

Dudy


Photo by CHUTTERSNAP on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *