A Note for My Self

Oleh: Tyasya

Kebumen, 23 April 2022

Teruntuk diriku sendiri

Hai, diriku. Sebelumnya, kuucapkan happy anniversary pernikahanmu yang ke-11. Tepat di hari ini, sebelas tahun yang lalu kamu sah menjadi istri seseorang. Semoga selalu langgeng, ya. Aamiin.

Diriku, apa kabarmu selama 35 tahun ini? Aku tahu terkadang dirimu tidak baik-baik saja. Ada banyak hal yang hanya bisa kamu simpan sendiri dan tidak bisa diceritakan kepada orang lain.

Ya, sifat introvertmu tidak bisa hilang sepenuhnya. Walau dalam beberapa hal aku tahu kamu sudah berusaha untuk lebih terbuka.

Hai, diriku. Cobalah lebih dekat kepada-Nya. Kamu bukan lagi anak remaja yang dulu pernah kecewa karena doanya tidak dikabulkan. Kamu kini adalah seorang ibu yang menjadi panutan bagi anak-anaknya.

Aku yakin dalam hatimu tahu apa yang harus dilakukan saat ini. Aku percaya kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Hanya satu yang susah: hemat.

Tidak apa-apa. Semua membutuhkan proses. Tidak ada instan. Betul, tidak?

Mulai saat ini, rajinlah menabung. Tahan keinginanmu yang tidak perlu. Itu semua demi masa depanmu, kok.

Hai, diriku. Jadilah pribadi yang kuat. Seperti saat dulu kamu bisa berjuang untuk sembuh dan menjalani terapi setiap hari selama sebulan. Seperti saat berjuang mendapatkan nilai terbaik walau kemungkinannya kecil, tetapi kamu tidak pernah menyerah.

Jadilah ibu yang baik untuk anak-anakmu. Tidak lupa, jadilah istri yang terbaik untuk suamimu. Tahanlah sedikit lidahmu agar tidak mudah bertengkar dengan suamimu.

Ah, ternyata masih banyak kekuranganmu, ya? Namun, jangan jadikan itu penghalang dalam hidup.

Hai, diriku. Bekerjalah lebih keras. Agar mendapatkan hasil yang maksimal. Agar bisa membahagiakan seluruh keluargamu, termasuk ibumu.

Bukankah selama ini kamu merasa belum bisa menjadi anak yang baik? Justru lebih banyak dibantu oleh ibumu, bukan?

Ayo, kamu pasti bisa. Aku mengerti kegundahanmu, tetapi yakinlah selama kamu berusaha pasti Allah akah berikan yang terbaik.

Makanya, aku ingin sekali kamu lebih dekat kepada-Nya. Rajinlah salat dhuha seperti dulu, demi mendapat rida-Nya. Aamiin.

Hai, diriku. Aku tidak tahu lagi apa yang bisa kukatakan kepadamu. Aku hanya ingin kamu terus menjadi pribadi yang baik dan lebih sabar. Hal terakhir itu aku tahu susah sekali untukmu.

Apalagi jika menyangkut anak-anakmu. Terkadang rasa lelah setelah bekerja terbawa dalam rumahmu sehingga emosi bisa menguasaimu.

Astaghfirullah.

Hai, diriku. Hiduplah dengan santai, tetapi tidak meremehkan. Kalau kata suamimu, hidup itu jangan terlalu kaku. Apalagi di tempat kerjamu sekarang, ada banyak perubahan terjadi.

Kamu harus bisa menyesuaikan diri. Hanya, jangan sampai terbawa arus yang tidak baik. Membaurlah, tetapi bukan berarti harus ikut gaya hidup mereka. Ambillah segi positifnya saja. Bisa, kan?

Masih banyak kelebihanmu yang bisa kamu kembangkan. Terutama, jadilah dirimu sendiri. Lakukan semua kewajibanmu dan selesaikan setiap tugas tepat waktu. Karena sedikit saja kesalahanmu bisa menjadi bahan bulan-bulanan.

Naudzubillah.

Hai, diriku. Apa lagi yang bisa kusampaikan untukmu, ya? Kamu pasti lebih tahu tentang dirimu sendiri. Kamu paham inti sari dari surat ini.

Oya, kamu harus selalu ingat firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al-Insyirah Ayat 5-6 :

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Jadi, semua kesulitan hidup yang sedang kamu jalani saat ini suatu saat pasti akan menemui jalan penyelesaiannya. Yang perlu kamu lakukan hanyalah terus berusaha dan melangkah. Agar jalan itu semakin dekat denganmu.

Hai, diirku. Perjuanganmu masih banyak. Jangan sampai berhenti di sini begitu saja. Mungkin jalan di depanmu masih berliku dan terjal, tetapi selalu ingatlah ayat di atas. Tanamkan dalam hatimu hingga mengakar. Agar kamu bisa melawan bisikan setan yang memintamu menyerah untuk hidup.

Kalahkan dia seperti dulu, ya. Ada amanah anak yang harus kamu jaga. Ada banyak mimpi yang belum bisa kamu wujudkan.

Mungkin sekarang kamu belum bisa konsisten menulis. Masih terhalang rasa malas dan segala hal yang membebanimu. Namun, cobalah lebih keras. Dulu kamu bisa konsisten, kok.

Bisa menyelesaikan satu buah novel dalam waktu sebulan. Setelah itu belum ada karyamu yang tamat.

Hai, diriku. Aku yakin kamu bisa mewujudkan impianmu satu demi satu. Kuncinya hanya satu: jangan menyerah.

Seperti lagunya D’Massiv yang dulu sering kamu nyanyikan itu. Eh, ya. Sudah lama kamu tidak karaoke. Mungkin bisa luangkan sedikit waktu. Itu bisa menjadi salah satu caramu untuk healing.

Ah, tidak terasa begitu panjang surat ini kutulis. Pokoknya, tetap berusaha, ya. Aku yakin kamu bisa. Semangat!

Dariku,

Dirimu yang lain.


Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *