Oleh Shovy Ramadhanti
Teruntuk sungai di sekitar rumah,
Jujur, ini pertama kalinya aku menulis surat untuk sungai. Aku bingung harus memulainya dari mana, aku pun bingung harus menulis apa saja. Yang pasti aku akan berterima kasih dan meminta maaf ke sungai.
Terima kasih karena pernah menjadi tempat bermain yang menyenangkan. Aku jadi ingat dulu belajar berenang di sungai, walaupun smpau sekarang tetap enggak bisa berenang. Bisa sih, gaya batu. He he. Setiap sore selalu main air bersama teman, kadang bersama sepupu. Lomba mencari batu-batu sungai yang bentuknya unik.
Sepulang sekolah pun aku sering bermain di dekat sungai. Entah itu main masak-masakan dengan daun dan bunga di sekitar sungai atau bermain perahu daun. Bila ingat itu rasanya rindu sekali. Dulu, dengan bermain di alam sekitar sudah sangat gembira. Bermain dengan tanpa adanya gadget.
Kamu tidak hanya menjadi tempat bermain yang menyenangkan, tapi tempat berkumpulnya ibu-ibu yang mencuci baju, mereka tidak punya pilihan lain selain mencucinya di sungai. Kamar mandi di kampung sangat jarang. Meskipun kamu dipakai menjadi tempat mencuci baju dan kadang dipakai warga untuk mandi, tapi tak sendikit pun airmu berubah menjadi keruh. Hujan yang turun setiap hari pun tetap tak bisa membuatmu berubah keruh.
Hujan deras pun tidak membuat volumemu bertambah dan menyebabkan banjir. Warnamu tetap bening dan volumemu tetap seperti biasanya. Aku bersyukur sekali bisa mempunyai rumah yang dekat denganmu, sungai. Banyak sekali kebaikan yang telah kamu berikan padaku dan pada warga kampungku. Aku sangat berterima kasih untuk itu.
Setiap hari senin airmu akan disurutkan oleh petugas perairan. Jadi, banyak anak yang berlomba menangkap ikan. Ada beberapa ikan yang ketemui padamu. Ada ikan lele, ikan mas, ikan indosiar. Entah nama aslinya apa, tapi warga di kampungku menyebutnya ikan indosiar karena bentuknya mirip dengan logo ikan salah satu televisi swasta di Indonesia, yaitu Indonesiar. Ada juga ikan kecil-kecil yang biasanya anak kecil sebut iwak cemblung. Bentuknya kecil dan perutnya besar. Anak-anak sering menangkapnya menggunakan tempat yang banyak lubangnya atau jaring yang mereka pinjam dari ibu masing-masing. Aku juga termasuk sering menangkapnya. Ditangkap dan nanti dilepaskan di kolam ikan milik kakek.
Aku tahu, tidak hanya ikan yang berada di dalammu. Ada banyak sekali binatang kecil yang tak bisa dilihat oleh mata yang hidup di sana. Ada kepiting sungai atau yang sering disebit geruyu oleh orang tua di kampungku. Ada kerang cuncung yang biasanya ditangkap oleh anak-anak kecil untuk dibuat mainan. Bahkan, tak jarang kita melihat ular air di dalammu. Bahkan, kamu dijadikan tempat katak bertelur. Sering kali, aku menjumpai kecebong di pinggir-pinggir sungai. Sungguh, kamu menjadi tempat yang nyaman untuk beberapa hewan.
Sering kali para tetua kampung mengatakan kalau kamu banyak memakan korban. Korban yang jatuh akan langsung meninggal. Sampai detik ini pun masih menjadi misteri, padahal kamu tidaklah dalam. Kamu juga bukan sungai yang besar. Ada juga yang mengatakan kalau pada zaman nenek moyang dulu sering mengadakan acara selamatan di dekatmu. Selamatan dengan tradisi yang sangat jawa sekali. Dari sering diadakannya acara tersebut, orang-orang meyakini kalau kamu bisa meminta tumbal. Itu semua hanya cerita yang beredar di warga. Aku sih, antara percaya dan tak percaya.
Seperti yang kukatakan di awal, aku tidak hanya ingin mengucapkan terima kasih padamu. Aku meminta maaf karena sekarang kondisimu sudah tak seperti dulu lagi. Sekarang banyak sampah, airnya kotor dan sering menyebabkan banjir. Semakin bertambahnya umurmu dan banyaknya populasi manusia, mereka banyak yang tidak sadar telah menyakitimu. Membuang sampah padamu. Kamu pun bisa marah, buktinya ketika hujan turun dengan deras dan setiap hari volumemu naik dan menyebabkan banjir. Kamu sudah tak bisa lagi menjadi tempat bermain yang menyenangkan. Tidak ada kegiatan seru lainnya yang semasa aku kecil bisa dilakukan di sungai. Aku meminta maaf karena banyak warga yang tidak bisa merawatmu. Sudah sering kali diadakan sosialisasi, tapi warga tetap tidak sadar. Semoga mereka segera diberi kesadaran bahwa menjaga lingkungan sekitar terutama menjaga sungai itu sangat penting. Semoga kelak kamu bisa kembali seperti sungai yang kutahu dulu. Menjadi sungai tempat yang sangat mengasyikkan untuk bermain.
Dari Salah Satu Anak Yang Gemar Bermain di Sungai.
Photo by Kelly Sikkema on Unsplash