Terima kasih Alam

Oleh : Nur Asiah

Serang, 17/04/2022

Untuk : Alam

Dear Alam,

Aku selalu terpesona akan indahnya rupamu. Bagian alam yang mana yang paling aku suka? Tentu semuanya. Aku tidak bisa berpaling dari semua pesonamu. Dari mulai aku terbangun di pagi buta, aku disambut oleh remang syahdu dan nyanyian jangkrik yang menemaniku disepertiga malam untuk bercumbu dengan Rabb ku.  Segala kebisingan dan hiruk pikuk manusia seolah ditelan gelap. Hanya menyisakan simfoni damai.

Fajar pun menyingsing. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengajak gadis kecilku berkelana menyusuri komplek menghirup udara pagi yang segar, mengamati bunga-bunga, tanaman, hewan sekitar, dan berburu matahari terbit dengan riang.  Pagi yang sejuk juga merupakan saat yang tepat untuk aku dan si kecil berburu nasi uduk di gang ujung komplek, atau sekedar hunting sayuran dan ikan segar di warung belakang gang rumah dengan gembira.

 Siang datang. Sang mentari menerangi bumi dengan gagahnya. Cahayanya membawa berkah bagi seluruh makhluk. Emak-emak senang saat cucian bajunya kering dengan cepat. Bahkan disaat pandemi, sang Surya  diburu  sinarnya untuk terapi pengobatan COVID-19.

Terimakasih alam

Terimakasih karena telah menumbuhkan tanaman dan buah-buahan  yang beraneka ragam dan penuh warna. Pun pada pohon belimbing depan rumahku. Aku tak lupa mengucap syukur atasnya.  Di usianya yang ke 13 tahun, ia sangat menggemaskan. Kami sempat  mengobrol tentang bunga dan daun yang sangat rimbun. Terimakasih belimbing. Kau telah menyuplai oksigen dan membuat rumahku teduh. Namun aku juga sempat bertanya padamu. Mengapa buahmu tak muncul? Bisakah kau berbuah lebat? Agar kau bisa memberi faedah lebih. Agar buahmu menjadi ladang sedekah bagi tetangga, ibu hamil dan orang-orang lewat yang menyukaimu. Pintaku kala itu. Dan, wush! Beberapa bulan kemudian belimbingku berbuah sangat lebat, besar-besar dan tidak pernah putus untuk berbuah. MasyaAllah…

Allah maha besar. Diciptakannya langit, hutan, gunung, dan alam beserta isinya dengan sempurna. Ke arah manapun kita pergi, ada karunia-Nya. Kemanapun kita memandang, ada tanda-tanda kuasa-Nya –bagi orang-orang yang berpikir–.

Deru ombak, kicau burung, gemericik air, semilir angin, adalah suara-suara alam yang menentramkan jiwa yang Lelah dan penghilang penat di raga yang lara.

 Astagfirullah…

kami mohon ampun ya Allah. Kami manusia tampat lalai dan lupa. Kami terkadang merusak alam-Mu yang indah. Kami mengeruk, menimbun, dan menguasai alam-Mu dengan pongah, rakus dan membabi buta. Hutan-Mu kami bakar, sungai-Mu kami kotori, dan awan-Mu kami cemari hingga alam marah dan murka. Longsor, banjir bandang, pemanasan global adalah petaka yang kami tuai.

Maafkan kami ya Allah. Jangan hukum kami dengan berbagai malapetaka. Jadikan kami sebagai khalifah di muka bumi. Jadikan kami sebagai manusia pembawa rahmat bagi semesta. Jadikan kami insan yang senantiasa taat pada-Mu. Jadikan kami sosok yang mampu mewariskan kebaikan, kebajikan dan keindahan budi pekerti bagi anak-cucu dan generasi penerus kami. 

Terima kasih alam. Terima kasih Allah

Terima kasih atas bumi yang hangat ini. Bumi yang nyaman ini. Bumi yang indah ini. Wahai manusia, hentikan peperangan. Hentikan tangis dan luka. Hentikan segala angkara murka. Mari kita saling merentangkan tangan,mengokohkan bahu dan menguatkan kaki untuk bahu membahu menjaga dan merawat bumi dan alam kita tercinta. Untuk alam semesta yang lebih baik. Damai itu indah. Sangat indah jika hidup kita penuh damai, adil dan sejahtera.


Photo by Nicole Avagliano on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *