Oleh Putri Fazriyanti
Bogor, 15 April 2022
Kepada sayangku si Putri Hitam Manis
Dimanapun kamu berada,disitulah aku ada.
Assalamualaikum sholeha..
Senangnya menyapa dirimu dipagi ini dengan semburat cahaya matahari bercampur kabut. Dingin, sejuk, serasa ingin menarik kembali selimut dan bermimpi. Jika tak sadar bahwa pagi ini hari yang istimewa untukmu, aku yakin kau hanya akan bermalas dan masa bodoh dengan semuanya.
Selamat ulang tahun sayang.
Kau bertambah usia tetapi wajahmu tetap seperti dulu dan statusmupun tak berubah. Sebegitu sulitnya kah mencari jodoh diusia menjelang kepala empat?
Apa kau hanya lebih senang menyendiri tanpa beban sebagai pekerjaan pelampiasanmu?
Sayangku, apakah kau bahagia?
Asalkan kau bahagia, maka jalanmu akan terasa lapang. seperti yang kau bilang, usia hanyalah angka. Ya itu bagimu. Bagaimana dengan orangtuamu? Obrolan basa basi saat berkumpul dengan keluarga besar. Apakah pertanyaan itu tak cukup melukai hatimu? Tapi aku yakin dalam hati kecilmu jika kebahagianmu cukup, apalah kata orang? Tak penting bukan?
Perempuan lajang yang memiliki kulit hitam manis semanis hatimu. Sejujurnya, aku bangga padamu. Berdiri dengan kakimu sendiri sebagai perantau jauh di kota orang. Hanya mengandalkan kerja sampingan sebagai guru les untuk menambah pemasukan selain dari orangtuamu. Ingat kah kau waktu itu ketika kau masih kuliah, bekerja sebagai guru les anak berada yang memiliki rumah besar dan indah, tanpa sadar kau tertegun dan melihat dirimu sendiri. Berkerudung dan berbaju sangat sederhana sangat tidak sesuai dengan kehidupan itu. Lantas baru sehari kau mengajar, kaupun dikabari untuk bertukar dengan yang lain karena sang empu rumah hanya melihat rupa dan penampilanmu. Penolakan dunia sangat kejam sobat. Dan kaupun hanya terdiam lalu menyadari banyak hal saat itu. Aku sederhana, hitam manis tetapi aku pintar.
Halo perempuan kuat.
Bukan sok kuat atau hanya ingin dikira kuat. Bagiku kau kuat hati dan raga. Apakah kau ingat, kerja kerasmu membuahkan hasil. Kau lulus hanya dalam waktu 3.5 tahun. Cumlaude. Anak teknik loh. Lulus dalam waktu seperti itu termasuk cepat. Anak desa, datang ke kota pelajar, tanpa keluarga dan saudara mampu menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa campur tangan orangtua. Kau hebat sobat. Bahkan ketika saat wisuda tiba, orangtua dengan begitu bangga naik kapal tiga hari dua malam hanya untuk melihatmu memakai toga dan disebut namanya di mimbar. Ayah dan ibumu bingung, pakaian apa yang pantas untuk dipakai di hari penting itu. Seperti biasa, batik paling tepat saat itu. Uang dari ladang mereka pakai untuk membeli tiket dan baju. Sedangkan kau ketika yang lain bermake up dan berkebaya dengan sewaan maupun beli dengan harga mahal,kau cukup memakai baju seperti saat kau ospek. Baju putih dan kerudung serta rok berwana hitam dengan make up tipis pinjam dari teman. Kau berfikir, ah pakaianku tertutup toga. Tak ada yang tahu. Tapi aku tahu sayang..
Bagiku kau hebat.
Cukup sudah perjalanan hidup yang kau lalui. Mencari kerja kesana kemari selepas lulus. Membantu dosen dalam proyeknya. Masih aktif dal am kegiatan kemanusiaan dibidang medis. Padahal engkau anak teknik. Bagimu membantu hanya masalah mau apa tidak, bukan yang lain. Akhirnya karena berbeda jurusan yang lain dokter, perawat,dan farmasi, kaupun bertugas dibalik layar bagian administrasi atau seksi bolak balik. Hahahaha. Kalau ingat itu akupun bingung, buat apa ikut? Toh kita tidak membantu secara langsung dan tidak dibayar lagi. Ya itulah kamu.
Putri sayangku.
Terima kasih kau telah mengajarkan banyak hal padaku. Tetaplah menjadi dirimu sendiri terlepas banyak orang berkata kau terlalu baik dan mudah dibohongi. Tapi yakinlah Tuhan tahu itu. Semangatlah mencapai apa yang kau inginkan. Yang terpenting berbahagialah. Nikmati pekerjaanmu saat ini menjadi aparatur staf negara hasil ikhtiar dan doamu. Tetaplah rajin memberi kepada sank saudara dan orangtua serta yang lebih membutuhkan. Tetaplah hemat karena apa yang ada pada kita akan ada hisabnya.
Aku sayang padamu putri
Aku sayang pada diriku sendiri
Hidup penuh misteri, aku tak tahu apa yang akan terjadi kemudian, tapi aku yakin kita bersama bisa melaluinya.
Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash