Kebun Cengkeh Tak Seindah Dulu

Oleh : Nik Damayanti

Halo pohon cengkeh, apa kabar?

Kamu masih ingat aku, kan? Dulu, aku setiap hari menyapamu, saat berlibur di rumah kakak. Mengapa daun-daunmu sekarang kering? Begitu hauskah kamu sehingga air yang tersimpan di dalam tubuhmu tidak cukup untuk menghidupi? Akhirnya daun-daunmu yang menjadi korban. Betapa sedih aku melihat kondisimu sekarang.

Sejenak anganku melayang akan kejadian puluhan tahun yang lalu. Aku datang dari Surabaya khusus berlibur untuk melihat keindahanmu. O iya, aku tinggal di salah satu perumahan karyawan, kebetulan kakakku bekerja di pabrik cengkeh itu. Sepanjang perjalanan menuju perumahan terlihat hamparan pohon cengkeh tumbuh subur di lahan yang berbukit-bukit. Aku tidak sabar ingin segera melihatmu dari dekat. Saat masuk rumah, kakakku bilang kalau ingin melihat dari dekat pohon cengkeh tinggal membuka pintu belakang. Ternyata benar, setelah halaman belakang perumahan dengan lebar empat meter, ribuan pohon cengkeh tumbuh menjulang. Wow, sungguh takjub melihatmu. Aroma harum begitu kuat tercium saat kaki melangkah menuju ke arahmu

Nampak jelas kalau kamu sehat. Daunmu mengkilap, bentuknya lonjong dan ujungnya runcing. Warnamu ada yang hijau muda, hijau tua dan ada yang kemerahan. Hampir semua pohon-pohonmu sudah berbunga. Bunga keluar dari ujung ranting. Aku hitung dalam satu tandan bisa terdiri dari lima belas kuntum. Hebat sekali kamu, tumbuh begitu subur. 

Gemericik suara air yang mengalir melewati selokan-selokan sengaja dibuat oleh pihak perkebunan untuk menyiramimu. Tiupan angin menyebabkan rentak gemulai dadaunanmu, melambai, seakan mengundangku untuk ikut terbuai bersamamu. Oh, betapa indahnya saat itu.

Para pekerja dengan cekatan mengambil bungamu. Bunga yang sudah dipetik dimasukkan ke dalam karung yang diikat di punggung mereka. Untuk mengambil bunga yang cukup tinggi dan tidak terjangkau tangan, mereka memakai tangga segitiga berkaki empat. Pemetikan tidak boleh dengan memanjat pohon karena akan merusak tajuk tanaman. Semua itu dilakukan supaya kamu tetap tumbuh subur dan menghasilkan bunga yang banyak. Sambil sibuk memetik bunga, para pekerja saling membicarakanmu. Apabila bungamu lebat, mereka akan senang sekali karena memetik satu pohon sudah mendapatkan hasil yang banyak. Kamu pun pasti saling berlomba menghasilkan bunga yang banyak supaya memuaskan pekerja yang memanen. 

Kamu memang tanaman yang bermanfaat. Bungamu merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan rokok kretek. Daun dan tangkai bungamu bisa dibuat minyak atsiri dengan cara penyulingan. Minyak ini dimanfaatkan untuk aroma terapi maupun untuk obat sakit gigi. Belum lagi daun keringmu kalau ditumbuk halus dapat digunakan untuk pestisida. Hmm, aku semakin bangga padamu.

Kesuburanmu menunjukkan betapa kamu sangat dirawat pemiliknya. Tidak hanya kamu, para pekerja maupun karyawan seperti kakakku juga terjamin kehidupannya. Hampir setiap liburan sekolah aku berkunjung ke rumah kakak, tentu karena ingin melihatmu. Keindahanmu menenteramkan mata dan hatiku.

Tapi semua berlalu setelah dikelola manajemen baru. Karyawan yang lama disuruh mengundurkan diri, termasuk kakakku. Sejak saat itu aku tidak pernah mengunjungimu lagi. Betapa ingin merasakan kenyamanan seperti dulu, saat aku duduk di bawah pohonmu yang rindang. Keteduhanmu dan suara gemericik air membuaiku layaknya terapi yang dapat membersihkan pikiran-pikiran berat yang memenuhi otakku. Saat kupejamkan mata, aromamu kuhirup dalam-dalam agar memenuhi rongga dada. Kurasakan kesegaran alam pegunungan yang bebas polusi.

Saat ini, kami sengaja datang untuk melihat keadaanmu. Perjalanan kali ini sama sekali tidak direncanakan. Berawal dari sekedar ngobrol sambil minum teh, kakakku bercerita kalau kebun cengkeh tempat beliau bekerja dulu sudah tidak terawat. Informasi itu didapat dari salah seorang teman kakakku sesama karyawan dulu. Kenangan yang indah bersamamu menguatkan kami untuk mengunjungimu.

Memasuki lingkungan perumahan karyawan tampak bahwa rumah-rumah itu tidak terawat karena tidak berpenghuni. Sayang sekali kami tidak bisa mendekatimu seperti dulu, tetapi dengan melihat dari jauh sudah cukup aku tahu bagaimana penderitaanmu sekarang.

Aku berharap semoga kamu segera pulih seperti dulu, kembali sehat dan menghasilkan bunga yang banyak. Tidak selamanya kemarau mengunjungimu, ada saatnya hujan akan mengguyurmu sepuasnya. Puasamu bertahun-tahun suatu saat nanti akan tertebus dengan lebaran yang sangat membahagiakan. Tetap semangat pohon cengkehku, aku selalu mendoakan akan kelangsungan hidupmu.

Dari aku yang selalu memikirkanmu,

Nik Damayanti


Photo by Karsten Würth on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *