Oleh Puspa Indah
Kedatanganmu selalu dinantikan, ditunggu banyak orang. Tidak hanya manusia saja, tapi juga tumbuhan dan binatang. Saat cuaca panas, semua kering, semua haus, semua berharap engkau datang memberi kesejukan, menghilangkan dahaga dan kekeringan yang melanda. Namun kadang kami takut, takut saat kau hadir begitu deras, bak ditumpahkan dari langit. Apalagi jika engkau membawa juga angin yang kencang dan petir. Cemas, takut, kuatir jika nanti terjadi banjir. Banjir yang pastinya membuat semuanya sedih. Binatang banyak yang mati, rumah-rumah rusak, barang-barang banyak yang hilang kau bawa pergi, seakan semuanya tiada arti.
Datanglah dengan lembut, sirami bumi ini dengan kasihmu, pasti semua akan senang, gembira menyambutmu. Bahkan anak-anak akan gembira bermain denganmu. Mereka bermain sepak bola, berlari-larian, berolah raga, bahkan orang dewasapun tetap bekerja tanpa memakai perlindungan. Apalagi para petani, tanamannya disawah dan dikebun selalu gembira menyambut kedatanganmu. Kedatanganmu selalu dinantikannya karena kaulah kebutuhan utamanya untuk tumbuh kembang tanaman-tanamannya.
Datanglah penuh kasih sayang, jangan kau luapkan amarahmu di negeriku tercinta ini. Ya Alloh ya Tuhan kami, lindungilah negeriku. Jauhkan kami dari mala petaka, mara bahaya, jauhkan kami dari amarahmu, murkamu. Ya Alloh, ya Rohman ya Rokhim. Berilah kasih dan sayangmu pada kami, bumi kami, negeri kami. Ya Alloh, Engkau maha kuasa, maha berkehendak. Engkau maha pencipta, yang menciptakan seluruh alam dan seisinya. Engkau jua yang menciptakan hujan. Kami sangat membutuhkan hujan, untuk menyirami tanaman-tanaman kami, menyirami tanah-tanah kami supaya tetap subur dan tidak kekeringan. Namun besar harapan kami, mohon jangan kau turunkan hujan terlalu deras sehingga menyebabkan banjir dan tanah longsor.
Sedih rasanya ketika mendengar ada daerah yang terlanda banjir dan akhirnya para penduduknya mengungsi. Binatang ternak yang merupakan kekayaan mereka, mati. Tidak itu saja, harta mereka dirumah banyak yang rusak, hanyut, bahkan tidak sedikit rumah-rumah rusak. Ketika dipenampungan tempat pengungsian, banyak yang sakit. Ada yang gatal-gatal karena beberapa hari tidak bisa mandi, diare karena makanan yang dikunsumsinya dimasak dengan air yang tidak bersih, tidur hanya beralaskan tikar, selimut juga tidak ada. Lebih menyedihkan lagi tatkala melihat bayi baru lahir harus hidup dipengungsian. Setelah banjir surut, mereka pasti ingin pulang kerumah mereka masing-masing, namun yang rumahnya hancur terkena banjir, harus pulang kemana? Bagaimana mereka akan membangun lagi rumah mereka, dari mana biayanya? Ya Alloh…. Tidak bisa aku membayangkannya.
Lagi-lagi kemiskinan bertambah, anak yatim atau piatu atau bahkan yatim piatu ada disana sini. Ratapan dan rintihan kesedihan, kenestapaan terdengar meruntuhkan dinding- dinding keangkuhan. Jerit tangis anak-anak menahan lapar karena tak ada bahan makanan yang bisa dimasak, hanya air yang bisa diminum untuk mengisi perutnya. Tapi …. Apakah kita yakin, hanya dengan minum air bisa membuat perut kenyang? Semua itu karenamu… ya, karena luapan emosimu semua itu terjadi.
Terimakasih aku ucapakan atas semua kebaikanmu. Kau sirami, kau sejukkan bumi pertiwiku hingga subur. Kami akan selalu menantikan kedatanganmu setiap saat, setiap waktu. Dan kami sangat bersyukur, Alloh mengirimkan kamu yang menjadikan rahmat, berkah bagi kami. Tapi kami sangat berharap, kamu tidak datang dengan membawa emosi, karena emosi hanya akan membawa malapetaka. Menelan korban tidak hanya harta benda, tapi juga nyawa dan pastinya akan menimbulkan kepedihan dan kesengsaraan bagi yang masih selamat.
Maafkanlah aku. Aku tidak menghujatmu, tapi aku meminta keiklasanmu demi kesejahteraan umat manusia dan seluruh penghuni bumi. Sekian terimakasih.
Photo by Vicky Sim on Unsplash