Oleh Rr. Indira Dewi Anggraeni
Kepada Yth.
Ibu pertiwi (Bumi)
Di tempat.
“Kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati
Air matanya berlinang, mas intannya terkenang
Hutan, gunung, sawah, lautan. Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa“
Assalamualaikum Bumi, bagaimana kabar mu hari ini?
Ahh sepertinya pertanyaan ku salah.
Apakah kamu dalam keadaan baik-baik saja?
Apakah kamu merasa sudah gak mampu lagi menampung kami, sebagai makhluk hidup beserta elemen pendukung?
Apakah kamu sudah lelah dengan semua drama yang dibuat para manusia sebagai ras makhluk terkuat di sini?
Aku yakin, di lubuk hatimu yg paling dalam pasti akan menjawab :
Diriku sedang tidak baik-baik saja. Manusia telah merusak diriku secara perlahan, membuatnya seperti ‘Silent killer’. Aku sudah lelah, sudah muak dengan semua drama yang dimainkan oleh manusia, seperti gak ada habisnya!
Kenapa sih kalian ini?!
Kalian ini munafik, hey para manusia!
Kalian makhluk hidup paling serakah yang pernah Tuhan ciptakan!
Kalian juga makhluk hidup paling bar-bar!
Kalian tuh…
Ahh sudahlah!
Aku sudah kehabisan kata untuk mendeskripsikan sifat kalian, terlalu menyakitkan untuk dinarasikan bagaimana cara kalian menghancurkan ku perlahan tanpa disadari, bahkan sudah sejak lama kalian berusaha menghancurkan aku. Salahku apa?
Padahal aku telah memberikan semuanya pada kalian TANPA MEMINTA IMBALAN APAPUN.
Atlas sepertinya sudah gak kuat menopang ku dikarenakan semakin lama semakin berat karena banyak karya yang kalian buat di tubuhku ini, hingga menambah massa tubuhku. Aku pun heran, karya yang kalian buat memang ada yang membuatku terlihat lebih estetik, indah nan eye catching namun ada juga yang membuatku makin lebih kumuh, kotor dan berdarah.
Hah, berdarah?
Iya bener, kalian gak salah membacanya. Kalian nih, para ras terkuat di muka bumi : Manusia, juga hobi membuatku berdarah. Rupa ku sudah hancur berantakan gak berbentuk, berbeda dengan dulu saat pendahulu kalian masih menghormati dan bersahabat baik dengan ku, belum berani bertindak bar-bar seperti kalian.
Namun saat ini aku sudah lelah, massa ku sudah tua dan Atlas hampir tak sanggup lagi menopang ku. Tolong kepada kalian para ras terkuat dan paling sempurna yang hidup di dalam tubuhku : Manusia, ini adalah kesempatan terakhir kalian untuk menyelamatkan aku sebagai rumah kalian semasa hidup. Rawatlah aku dengan baik, berikan karya yang indah nan rupawan di tubuh ku agar aku dapat kembali fresh, sehat nan bugar seperti sedia kala. Ingat, yang tinggal di dalam tubuhku bukan hanya kalian saja, masih ada flora dan fauna, mereka juga memiliki hak hidup dengan layak di dalam tubuhku.
Wassalamualaikum
Tertanda,
Bumi yang semakin senja
Photo by Elena Mozhvilo on Unsplash