Oleh Dwyne
Hi Sist,
Apa resep dari senyum terlebarmu setiap hari sih? Bagi tips dong!
Aku suka sekali dengan ide-ide smart yang engkau upload di media sosialmu. Tema ceria, segar dan bebas selalu membuatku tersenyum iri. Perjuanganmu sekarang sudah membuahkan hasil. Engkau tinggal menikmatinya dengan percaya diri.
Suatu hari setelah dua tahun lulus kuliah.
“Mbak, aku mau nikah ya!”
“Lebih baik kamu punya tabungan dulu, jangan buru-buru!”
“Usia produktif perempuan untuk melahirkan itu pasnya di usiaku sekarang.”
“Kalau kamu berkeluarga mungkin banyak hal yang tidak akan bisa kamu lakukan.”
Aku berusaha memahamkan kepadamu bahwa kariermu akan bersinar jika tidak dibebani oleh rumah tangga. Kalau mendapatkan suami yang pengertian maka kamu masih bisa bebas. Tapi jika suamimu orang yang menganggap laki-laki itu harus dinomorsatukan, maka kamu akan berhenti di tempat. Sayang sekali jika banyak kesempatan terlewatkan hanya karena terganjal izin dan sayang meninggalkan anak.
Orang yang cerdas adalah yang bisa memperjuangkan dirinya sendiri. Maka suatu hari engkau ajak seorang laki-laki muda yang pandai, santun dan cocok kalau dia bersama kamu. Cukup asik untuk dilanjut ke jenjang yang lebih serius. Satu profesi lagi jadi bisa saling memahami.
Suatu hari ibu memberi tahu kalau engkau serius dengan dia. Aku awalnya kurang setuju karena seperti terlalu cepat. Belum menikmati kesuksesan kok sudah memenjarakan diri dalam sebuah keluarga. Tapi aku sadar setelah diskusi dengan suamiku bahwa kalau memang sudah cocok ya diteruskan saja. Niat baik tidak usah ditunda-tunda. Bisa berangkat dari nol bersama-sama itu lebih baik.
Suatu kebanggaan tersendiri melihat kamu bersanding dengan pilihan hidupmu sendiri. Pesta pedang pora yang murni kamu biayai sendiri dengan pasanganmu itu luar biasa. Tahun berlalu, engkau kabarkan bahwa akan melahirkan. Seluruh keluarga mendukung karena jarak yang sangat jauh. Alhamdulilah lancar dan aman. Seorang anak laki-laki yang gemuk dan lucu. Semoga menjadi anak yang soleh.
Kapan hari aku lihat engkau menyulam. Bagaimana bisa disela-sela profesimu yang super sibuk, engkau masih ada waktu untuk membuat kerajinan tangan? Bagaimana engkau bisa menikmati hal yang sepertinya remeh disela-sela tugas untuk mengurus kesehatan banyak orang? Bukan, sebenarnya tidak remeh urusan menyulam. Itu butuh kesabaran dan detail tingkat dewa ha ha ha …
Waktu kamu upload ikrar ikut platform menulis novel aku semakin takjub saja. bagaimana kamu bisa seaktif itu? Mampu membagi waktu antara profesi, ibu rumah tangga dan your self improvement? Satu lagi poin plus untuk kamu yang aktif dan kreatif.
Engkau ikut tantangan tiga puluh hari menulis novel karena teracuni olehku. Ha ha ha … aku tersenyum oleh candaanmu. Dalam hati alhamdulilah masih ada dalam diriku yang membuat orang lain bisa bergerak menjadi lebih kreatif.
Salah satu mimpiku adalah bisa menginspirasi orang lain. Sedikit percaya diriku terdongkrak karenamu.
Ingat saat engkau datang pertama kali ke rumahku. Niat hati ingin menemanimu menggapai cita. Kenyataan ternyata berkata lain, aku terpaksa meninggalkanmu. Engkau yang masih kurus, kecil setelah lulus sekolah dasar harus berjuang, bertahan sendiri di rumahku. Tapi siapa yang mengira tempaan hidup membuatmu sekarang menjadi seseorang yang sangat membanggakan.
Hidup memang keras, untuk menjadi pemenang engkau harus lebih keras darinya. Alhamdulilah meski sebagian waktumu itu berjuang sendiri tapi engkau anak baik waktu itu sehingga orang bilang sekarang engkau sudah sukses. Semua orang mencintaimu.
Photo by mohammad reza razmpour on Unsplash