Dituduh Mencuri

Oleh Firsty

Hai Miss D, apa kabarmu? Semoga kamu baik-baik saja ya. Tapi kalau kulihat dirimu tadi, saya yakin kamu dalam keadaan yang sangat baik bersama anak-anakmu dan (mungkin) juga suamimu. Karena aku tadi tidak melihat suamimu jadi aku tidak tau apakah kamu tadi bersama suamimu atau tidak. Tapi ketika tadi kita bertemu aku benar-benar tidak menyangka, tidak mengira sama sekali.

Aku tidak menyangka, dan aku tidak mengira bahhwa kamu begitu hangat dan ramah sekali kepada aku yang pernah yang sakiti sedemikian dalam. Serius ya, aku tidak menyangka sama sekali setelah kita tidak pernah lagi bertemu setelah sepuluh tahun lebih. Mungkin sebelas atau dua belas tahun kita tidak pernah ketemu lagi sejak aku keluar dari rumah kos yang pernah kita tempati bersama selama empat tahun.

Ketika kamu tadi menyapaku, aku langsung tau itu kamu, tapi entah kenapa tiba-tiba saja lidahku kelu, tidak bisa berkata apa-apa. Aku tau itu kamu tapi pikiranku beku karena orag yang berdiri dihadapanku adalah kamu yang pernah menuduhku mencuri beberapa potong pakaianmu yang tiba-tiba hilang pagi hari setelah semalam kamu jemur di teras atas.

Kamu menyapaku, “Hai, Kak Firsty!” dengan hangat dan riang. Aku terdiam, dan aku yakin wajahku langsung kaku karena aku (seperti yang kubilang di atas) aku langsung mengenal dirimu. 

Aku masih (seperti orang) bengong. “Aku Dinar! Kita satu kos dulu di Gunuang pangilun!” ucapmu, masih dengan riang.

“Oh, iya! Aku ingat!” sahutku sambil berusaha tersenyum. Entah kenapa semua bayangan wajahmu, ekspresi mukamu saat menuduhku telah mencuri pakaianmu terbayang jelas dalam ingatanku. Semua seperti sebuah video yang terputar dengan jelas dalam ingatanku tadi.

Lalu tiba-tiba ada satu anak kecil erengek memanggilmu, lalu kamu jawab, “iya, sayang, sebentar! Ini Bunda ketemu teman Bunda!” katamu menjawab rengekan anakmu. Saya dengan arif dan bijaksana hanya bisa berkata, “ya udah ngga apa-apa, itu anaknya udah menangis,” kataku kepadamu. Lalu kamu pamit dan meninggalkanku yang masih bengong dengan pertemuan ini.

Ternyata ya, aku yang bilang sudah memaafkanmu ternyata belum bisa melupakan kejadian itu, kejadian kamu menuduhku yang telah mencuri beberapa potong bajumu yang terjemur di teras atas. 

Kamu tau, Din, awalnya aku tidak tau sama sekali kalau kamu kehilangan baju. Tapi kemudian kamu dan beberapa geng-mu di ruah kos seakan-akan telah menyindir seseorang telah mencuri bajumu yang hilang. Salah seorang diantara mereka,Yet namanya, berkata, “udah dijual kali bajumu, Din, trus udah dimakan duitnya, masuk ke perutnya!”

Jujur, aku bingung aku ngga tau kejadian kamu kehilangan baju karena kesibukanku selama dua atau hari tersebuit. Lalu aku bertanya pada Ira, teman kos yang lain ada kejadian apa, dan dijawabnya bahwa si Dinar telah kehilangan beberapa potong baju yang sedang terjemur dua hari yang lalu. Saya bertanya hari apa, dijawab hari pada saat hujan turun deras subuh-subuh, jawab teman kita tersebut.

Loh, itu kan saat aku pergi berangkat pagi-pagi banget, sebelum jam enam, dan hari masih agak gelap. Dan aku juga pulang setelah lewat magrib. Aku bertanya pada Ira apakah kamu sebenarnya menuduhku, karena menurutku mereka seakan-akan yakin bahwa ada pencuri di atas rumah kos ini, dan menuduh seseorang di atas rumah ini. Lagian hanya kepadaku saja mereka bersikap aneh. Ira menjawab tidak tahu, tapi aku yakin ia sangat mengetahuinya.     

Aku paham sekarang, kenapa tiba-tiba teman-temanmu di kampus agak bersikap aneh kepadaku. Karena ternyata kamu tidak hanya menuduhku tapi juga menyebarkan kejadian tersebut kepada teman-temanmu di kampus. Iya, kamu telah mengumbar cerita aku si pencuri bajumu yang hilang kepada teman-temanmu di kampus, lalu mereka memandang sinis kepadaku saat aku bertemu mereka. 

Kamu tidak hanya menuduh tapi juga akan membawaku ke dukun. Itu yang kalian bicarakan saat kita semua sedang menonton. Iya, kamu akan ke dukun untuk mengguna-gunai si pencuri bajumu? Entahlah. Tapi karena aku yakin kamu telah menuduhku, maka aku berkata, “siapa saja yang menuduh aku yang mencuri, Demi Allah aku berdoa apapun yang ia dan dukunnya lakukan padaku, maka semuanya akan berbalik ke dia!” kataku tegas.

Entah karena apa atau karena takut dengan omonganku, kamu berkata, “Kalau bukan Kak Firsty, ya udah, aku minta maaf!” Whatt? Ka,u berkata pakai kata “kalau”? Itu artinya kamu masih tetap menuduhku. 

Tau ngga kamu apa artinya kejadian itu padaku? Tuduhanmu kepadaku telah menyakiti hatiku selama belasan tahun. Dan kamu sama sekali tidak inta maaf. Jujur saja aku berharap kamu, suamimu  atau anak-anakmu akan menerima balasan yang setimpal atau malah lebih dari tuduhan yang telah kau berikan padaku. Aamiin.

Aku tau doaku tidak bagus, tapi aku adalah orang yang teraniaya oleh mulutmu. Jadi berhati-hatilah kalau berbicara ya. Ingat akibat yang ditimbulkan bagi orang yang kamu tuduh. Forgive not forget, kata orang bule sana. 

Ttd

Firsty  


Photo by Vanessa Rauer on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *