Surat cinta untuk Tuhanku Terkasih

Oleh Ristanti Anistiya

Sebenarnya aku tak perlu menulis surat ini karena Engkau tentu telah mengetahui apa yang akan kutuangkan dalam kata-kataku. Namun tetap aku akan menuliskannya sebagai saksi atas apa yang kualami dalam perjalanan spiritualku.

Tuhan, di awal perjalanan mulai mengenal-Mu, aku mendapati adanya dua sifat-Mu yang bagiku lumayan kontradiktif. Aku sangat mengakui-Mu sebagai Tuhanku yang Maha Pengasih dan Penyayang yang tiada henti mencurahkan kebaikan untukku setiap saat. Namun aku pun dikenalkan pada sifat-sifat lain tentang-Mu dimana Engkau terkesan Pemarah, suka mengancam, membalas dan menyiksa pada hamba-Mu yang kurang mentaati-Mu. Dan sifat-sifat yang terakhir ini terasa lebih mendominasi segala tentang-Mu dalam perjalanan hidupku. 

Dan hal itu telah membuatku sempat menakuti ‘sosok’-Mu sekian lama, Tuhan. Engkau tentu tahu itu. Aku menerima semua ke Maha Baikan-Mu sepanjang hidupku namun sekaligus aku juga merasakan dalil-dalil yang mengungkap amarah-Mu saat aku melanggar perintah-Mu dan merasa tidak ada kesempatan lagi bagiku untuk meraih setitik ampunan-Mu.

Maka aku merasa jauh dari-Mu. Semua ibadah wajib kulakukan hanya untuk menggugurkan kewajibanku agar Engkau tak murka padaku. Dan leganya saat ibadah wajib telah kutunaikan dan merasa sudah aman dari mendapat angkara-Mu. Namun masih berani pula aku berharap curahan pahala-Mu saat aku diberi kesempatan untuk berbuat baik. Berpuluh tahun kujalani hubungan yang kering dan transaksional ini dengan-Mu, Tuhanku. Aku merasa Engkau semakin menjauh dan tak sudi lagi bahkan hanya untuk melirik hamba-Mu yang rendah ini.

Lalu Engkau pun menyaksikan dan mengarahkan petualangan batinku mencari jalan untuk dapat mendekati-Mu dari kajian ke kajian, dari dialog demi dialog dengan beragam pihak, dari buku buku spiritual yang kulalap habis  dari waktu ke waktu hanya untuk memenuhi dahaga jiwaku untuk mengenal-Mu lebih baik, lambat laun semua itu membawaku  pada pencerahan yang membuatku mempunyai pemaknaan dalam paradigma yang baru tentang-Mu. Melalui dialog, literatur dan kajian, mata hatiku seperti dibukakan tentang sosok-Mu yang sebenarnya. Tuhanku, sekarang aku dapat merasakan kasih sayang dan kelembutan-Mu terhadap diriku.

Ternyata Engkau adalah sangat penyayang dan pengasih melebihi apa pun dan siapa pun bahkan orang-orang terkasihku sekali pun. Ternyata Engkau sangat pemaaf yang selalu mau menerimaku kembali dengan tangan terbuka tanpa dendam apapun. Setiap kali diriku dibungkam dosa-dosa dan berputus asa dari rahmat-Mu, namun kemurahan-Mu yang tak terhingga justru menghidupkan kembali harapanku. Tuhanku, Engkau mengetahui bahwa ketaatanku tidak terus-menerus kulaksanakan, namun Kau tetap mengasihiku.

Dan ternyata Engkau tidak kemana-kemana. Tetap dekat menatapku dalam kasih-Mu. Ternyata Engkau tidak menjauh. Bahkan alangkah dekatnya Diri-Mu kepadaku dan justru akulah yang jauh dari-Mu padahal Engkau tetap membersamai dalam setiap hembusan nafasku dan detakan jantungku. Engkau bukanlah di suatu tempat di langit atas sana. Engkau ada di sini sekarang dalam seluruh keberadaan.

Sekarang aku dapat menemui-Mu dalam cinta. Tepat sekali yang Rumi sampaikan bahwa tanpa cinta semua ibadah hanyalah beban, semua tarian hanyalah rutinitas, semua musik hanyalah bunyian belaka. Apapun yang aku lakukan hari ini kulakukan karena cinta, bukan karena tekanan, beban mau pun ambisi. Bahagia adalah saat aku melakukan ketaatanku karena mencintai-Mu.

Sekarang aku memahami bahwa diajarkan untuk takut pada-Mu adalah tidak pada tempatnya karena pendekatan takut tidak akan pernah memunculkan cinta. Yang dibutuhkan olehku dan semua insan adalah hubungan cinta yang hakiki dengan-Mu. Dan aku tak perlu cemas lagi memikirkan jalan menuju dan menjumpai- Mu karena Engkau Maha Tahu niat baikku.

Semakin tersadarkan aku tentang mengapa Engkau menghadirkanku di tempat aku berada sekarang dan bersama orang-orang yang membersamaiku sekarang. Semakin Engkau sadarkan aku tentang apa dan siapa aku sekarang, siapa yang membutuhkanku, apa yang harus ku lakukan, apa yang sudah ku berikan kepada kehidupan dan kemana aku harus pulang. 

Tidak ada yang kebetulan. Semua telah tertuang secara detail dan sempurna dalam skenario kehidupan yang telah Engkau rancang dan mengalir dalam DNA-ku dan semua mahluk-Mu. Dan tidak ada yang akan meleset sedikit pun. Maka apa pun peristiwa yang Engkau hadirkan padaku, yang menyenangkan mau pun yang sebaliknya, semuanya adalah baik dan pasti ada hikmah di dalamnya. Maka aku lebih damai dalam menjalani hari karena yakin semua sudah ada dalam pengaturan-Mu yang tanpa cacat.

Tuhanku, kepada-Mu aku mendekat maka janganlah Engkau jauhkan. Di pintu-Mu aku berdiri makan janganlah Engkau usir. Semoga Engkau mudahkan aku untuk membentuk diriku agar dapat bermanfaat bagi semesta dan menebar kasih sayang bagi sesama. Semoga aku semakin Engkau mampukan untuk melakukan ucap dan tindak yang mampu menebar kedamaian dan kebahagiaan, untuk terus belajar untuk memaafkan, mendoakan, memperbaiki dan menolong sesama.

Terima kasih, Tuhan. Ijinkan aku untuk mencintai-Mu dalam kesahajaanku.


Photo by herhy Ad on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *