Siapkah Kau

Oleh Muhammad Abdul Hakim Faqih

Jakarta, 04 April 2022

Halo Faqih,

Tak terasa telah tiba Ramadhan di 1443 Hijriah. Sebelumnya kau hanyalah seorang perjaka. Dengan makna pemuda yang begitu melekat. Meski, sekarang kau pun masih seorang pemuda. Hanya saja, kini kau telah berdua bahkan hampir bertiga, dengan si kecil yang berada di perut si Bunda.

Tak terasa pula, sebentar lagi kau akan menjadi seorang bapak. Dengan usia pernikahan yang hampir genap setahun. Apakah kau makin matang?

Ramadhan tahun ini sepertinya perlu banyak dievaluasi dan ditingkatkan. Sebab banyak nilai-nilai yang mulai luntur. Banyak kebiasaan yang mulai pudar. Kau tak lagi sering membaca seperti dahulu. Entah buku yang ditulis Pramoedya Ananta Toer atau buku yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seolah waktu yang kau pakai hanya sibuk mengelap layar handphone dan terbuai pada cuitan tak karuan di dunia maya.

Menjadi seorang bapak tentu tidak sama dengan ketika berdua, apa lagi sendiri. Bahkan selama satu tahun pernikahanmu, ada banyak hal yang perlu ditingkatkan. Sudah terlalu banyak janji yang tidak kau jalankan dengan baik kepada istrimu. Kau tidak lagi membangunkannya di sepertiga malam. Kau tidak lagi memberinya nasihat rohani di kala malam. Meski semua aktivitas itu kau lakukan sendiri atau bahkan menghiasi pemuda-pemuda lain.

Menjadi seorang bapak tentu akan banyak hal yang perlu dimatangkan. Mulai dari membiasakan berjaga di tengah malam. Atau bahkan bersiap untuk membersihkan kotoran sang bayi. Kau perlu banyak bekal. Baik kemampuan ataupun bahasa yang lebih mudah dipahami dan digunakan untuk mendidiknya.

Apakah kau sudah siap Faqih?

Ketika nanti ditanya oleh anak yang kau beri nama Ahsan itu. Pertanyaan mengenai, siapa Tuhan kita? Atau mengapa burung terbang? Bahkan sampai pertanyaan, kenapa abba dan bunda berbeda? Berbeda dari jenis kelamin dan bentuk fisiknya. Kau harus siap akan banyak pertanyaan yang mungkin tak terpikirkan sebelumnya. Karena begitu lah mereka.

Waktu kelahirannya akan tiba di Bulan Syawal. Sedang Ramadhan, bukan hanya sekadar peningkatan ibadah personalmu. Banyak yang perlu dipupuk dalam Rahim si Bunda, seperti yang telah kau lakukan beberapa waktu belakangan. Mengajaknya berbincang, mengaji bersama atau bahkan bercerita tentang nasib Sophie yang memiliki sejuta pertanyaan.

“Kau akan banyak bertanya, nak. Mungkin seperti Sophie dan abba harus siap akan hal itu,” katamu sambil mengusap perut istrimu.

Dunia kita tidak lagi sama seperti Ramadhan-Ramadhan terdahulu. Sebab isinya yang semakin tak karuan. Bukankah kau sudah menyaksikannya. Apa yang kau lihat selama ini di media sosial. Entah cuitan tokoh-tokoh yang takt ahu asalnya itu. Bahwa dunia semakin kacau dengan segala isinya. Apakah kau akan membiarkan anakmu berjumpa dengan semua hal tersebut? Atau kau siapkan ia menjadi lebih pantas dari anak-anak pada umumnya.

Sungguh, jangan biarkan dirimu menyesal. Terkhusus pada waktu-waktu yang telah Tuhan berikan kepadamu. Kesempatan yang tak akan terulang di tiap waktunya.

Jangan sampai kau terus menyesal. Termenung dan terpaku dengan membuang waktu. Pada hari-hari yang tak terhindarkan. Dimana waktu-waktu tersebut kau renungi dengan kalimat, “seandainya aku melakukan begini dan begitu,” sedangkan semua waktu telah berlalu.

Tuhan dengan khusus telah hadir pada Bulan Ramadhan. Mengajarkan dan mendidikmu secara langsung melalui hikmah. Adakah yang kau ambil untuk mempersiapkan kehadiran bayimu? Atau sekadar memperkuat hubungan keluarga dengan istrimu.

Tanggung jawab mungkin semakin bertambah dalam pundakmu. Kau harus siap dan menikmati setiap perjuangan tersebut. Semua perjuangan itu akan kembali padamu juga. Pada istrimu, anakmu dan keluargamu.

Terima kasih karena telah berjuang selama ini. Semoga Allah mudahkan kau untuk melangkah menjadi lebih baik lagi.

Salam Sayang,

Muhammad Abdul Hakim Faqih


Photo by Heike Mintel on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *