Sesingkat Februari di Bulan Desember

Oleh: Halima Maysaroh

Hai, Manis!

Apa kabar? Aku rindu.

Tergugah lagi ingatan tentangmu, kehadiranmu dan masa bersamamu yang terlalu singkat. Banyak hal yang belum sempat kita lakukan bersama, seperti mengantarmu sekolah, mengajarimu berenang dan menerangkan padamu arti hidup. 

Kau hadir meninggalkan jejak dua garis merah. Kau yang masih asing sering sebabkan kepalaku  pening. Aku mual dan kehilangan napsu makan. Rujak buah mendadak menjadi makanan terenak di dunia versi lidahku.

Aku menikmati jejak-jejak kaki kecilmu menari di ruang sempit dan gelap berlumur darah. Ada kehidupan baru di planet terkecil yang disebut rahim. Dari planet rahim, sesekali kau menyapaku, “Halo, Ibu!” 

Sebelum tidur kita selalu bercengkrama melalui telepati dari planet rahim ke planet bumi tempat aku berdomisili. Aku bercerita tentang cuaca hari ini,  musim buah yang pelimpah dan soal cinta yang rumit. Timbal balik kutanyakan, bagaimana suhu di planet rahim? Kau bilang hangat. Mungkin seperti daerah beriklim tropis, pikirku.

Pernah juga kau bertanya soal Bapak, kuceritakan bahwa bapakmu sibuk kerja. Kapan-kapan pasti Bapak pulang untuk menyapamu di planet rahim dan membawakan seperangkat perlengkapan untukmu hijrah ke planet bumi. Kebetulan bapakmu memang sedang sibuk kerja di seberang. 

Waktu itu kau janji akan menjadi pengawalku, menjagaku dari orang-orang jahat. Kau juga berjanji akan menjadi penghiburku, tak akan kau biarkan aku sedih. Ternyata janjimu hanya berlaku hingga 22 Desember. Bersamaan dengan perayaan Hari Ibu. Kau memberikan ucapan selamat Hari Ibu padaku. Benar saja, aku menjadi ibu yang selamat, tetapi aku tidak mampu menjadi penyelamat. Kau pergi ke perut bumi dalam bentuk gumpalan darah dan pamit meninggalkan planet rahim sebelum masa kontraknya selesai.

Hai, Manis!

Sesingkat Februari tanpa tanggal 30,  kau hadir lebih singkat dari manusia lain. Hanya 15 hari kau temaniku dalam balutan luka-luka torehan bapakmu. Jangan salahkan dia, mungkin bapakmu terpaksa. Besok atau lusa, Bapakmu akan datang dengan sekeranjang doa. 


Halima Maysaroh adalah seorang ASN dalam lingkup Pemkab Buru, Maluku. Penulis dari Pulau Buru ini memiliki nama pena Ha Mays pada buku-bukunya. Jejak menulisnya dapat diikuti pada akun Instagram @hamays_official


Photo by Ryan Graybill on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *