Oleh: Ida Fitriana
Euphoria di tempat tugas baru masih membara, ketika kabar buruk datang menerpa seluruh penduduk dunia, tak terkecuali pada daerah kami di Povinsi Kalimantan Barat. Wabah pandemi virus corona (covid-19) yang mulai ditemukan pada Desember 2019 di sebuah kota di China, Wuhan, telah menyebar ke seluruk pelosok dunia, termasuk Indonesia di awal Maret 2020.
Melihat cepatnya penularan virus yang mematikan ini, membuat Pemerintah membuat aturan untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah, kecuali bagi yang sangat penting, pada pertengahan bulan Maret 2020. Sejak saat itu, ritme kehidupan tak lagi berjalan normal, seperti sebelumnya. Banyak perubahan yang terjadi, mulai dari bekerja dari rumah (work form home), anak-anak belajar dari rumah (school from home), pembatasan aktivitas dan larangan berkumpul dalam jumlah ramai, serta harus mematuhi protokol kesehatan.
Menghadapi kondisi pandemi, tentu berbagai perasaan berkecamuk jadi satu, antara sedih, kecewa, takut, marah dan lain sebagainya. Tak sedikit pula yang menjadi korban dampak dari pandemi covid-19. Mulai dari para karyawan yang kehilangan pekerjaan, pengusaha yang bangkrut akibat penutupan ribuan tempat usaha, pedagang kecil yang kehilangan mata pencahariannya, anak yang kehilangan orang tuanya, orang tua yang kehilangan anaknya, bahkan konon dikabarkan jutaan nyawa melayang karena terpapar virus yang mematikan ini.
Tentu ini bukan perkara sepele, Pemerintah negara kita, mulai dari Pusat, Daerah, hingga ke lingkup terendah yaitu Rukun Tetangga (RT), bahu membahu membentuk satuan tugas (satgas) Covid. Tujuannya untuk memantau, mencegah, serta mengatasi penyebaran virus ini. Anggaran keuangan pun difokuskan untuk mendukung hal ini. Segala hal yang berbau pembangunan fisik dihentikan, diganti dengan pembiayaan aktivitas, sarana dan prasana terkait pencegahan penyebaran virus corona /covid-19.
Empat belas hari berlalu, berganti bulan demi bulan hingga tahun, kini memasuki tahun kedua virus ini berada di bumi. Kita pun terpaksa harus hidup berdampingan dengannya. Melaksanakan berbagai aktivitas hidup seperti bekerja, belajar, berusaha dan lain-lain. Berbagai istilah pun digunakan antara lain: New Normal, Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), PPKM Darurat hingga PPKM dengan berbagai level ( level 1-4, namun jangan samakan levelnya dengan tingkat kepedasan dari ayam geprek ya ().
Saat ini, inilah kondisi kita, sudah mulai melaksanakan berbagai aktivitas kehidupan. Pelajar sudah mulai melakukan pembelajaran tatap muka (PTM), para pekerja, kayawan dan karyawati sudah mulai bekerja di kantornya masing-masing, pemilik usaha sudah bisa kembali beroperasi, masyarakat yang ingin melaksanakan hajatan diperbolehkan dan lain-lain. Namun semuanya dilakukan dengan berbagai batasan yang diatur dalam berbagai aturan dan tetap melaksanakan protokol kesehatan.
Apapun yang telah terjadi, hendaknya kita tetap berprasangka baik kepada sang Pencipta. Dengannya akan banyak hikmah kebaikan yang akan kita dapatkan. Diantaranya terhindar dari rasa takut, dapat memperbaiki amal, memperoleh lindunganNya dalam setiap keadaan. Hal ini sesuai dengan hadis riwayat Bukhari dan Muslim berikut :
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي
Artinya: “Sesungguhnya Allah berkata : Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya.” (HR. Muslim no. 4849)
Kita harus tetap bersyukur, semangat dan optimis mengisi hari-hari ke depan. Tak ada sesuatu yang terjadi di muka bumi tanpa seizin sang Khalik, bahkan sehelai daun yang gugur, pasti atas izin dariNya.
Musibah pandemi mengajarkan banyak hal kepada kita seorang hamba, betapa kecilnya kita dibandingkan zat yang Maha Menciptakan, bahkan dengan sejenis virus corona ini, kita satu dunia dibuat kelabakan dan tak sedikit Negara yang terpuruk ( termasuk Negara adidaya) ketika diterjang gelombang puncak kasus covid-19.
Bersama kita meyakini, bahwa ada hikmah dibalik musibah pandemi yang terjadi. Rasa kekeluargaan kita meningkat, rasa empati kita meningkat, jiwa kepedulian meningkat, hingga peningkatan tingkat keimanan. Selalu ada harapan untuk hari esok yang lebih baik. Kita menjadi insan yang terbiasa menjaga kebersihan, lebih memperhatikan asupan yang dimakan, berhati-hati dalam berucap serta bertindak. Ritme hidup lebih teratur dan semakin dekat kepadaNya.
Tetap semangat, terus berdoa dan berusaha. Kita pasti bisa melewati masa-masa sulit ini, bukankah Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah swt. menjanjikan bahwa setelah kesulitan ada kemudahan.
Firman Allah di dalam AlQur’an Surat Al-Insyirah Ayat 5-6 :
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Photo by Ahmed Zayan on Unsplash