Oleh: Tyasya
“Tahun demi tahun berlalu. Banyak hal sudah terjadi di dalam hidup. Apakah hal baik akan terjadi di masa depan? Tentu, itulah harapanku.”—Tyasya.
Sebagai seorang manusia biasa, tentu aku menyimpan keinginan dan juga harapan. Baik itu yang tersampaikan maupun yang hanya dipendam sendirian. Aku adalah salah satu makhluk introvert yang pandai menyimpan rahasia dalam hatinya.
Sejak dulu, aku jarang sekali mengungkapkan apa yang benar-benar diinginkan kepada orang lain. Aku takut, hal itu akan ditolak ataupun ditertawakan. Pun kepada sahabat sendiri, selalu ada sisi yang tidak kuperlihatkan. Maaf.
Ada yang bilang, tuliskan impian dan harapanmu. Agar lebih mengikat ke dalam jiwa. Hingga suatu saat, itu akan menjadi nyata.
Namun, jika sekarang aku ditanya, apa sih yang diinginkan sebenarnya? Sudah tercapaikah di tahun ini? Jawabanku, belum semua.
Aku punya banyak harapan yang ingin diwujudkan. Apakah itu secara individu atau keluarga? Semuanya ada. Serakah? Tidak juga.
Tahun lalu, aku pernah berharap bisa pulang kampung menengok Ibu dan baru terwujud tahun ini. Ada pula mimpi, yang meski sudah kutuliskan, bahkan mendekati terwujud saja tidak. Aku tahu sebabnya, hanya tidak mengakuinya saja.
Oke, aku hanya akan bercerita tentang harapanku sebagai individu, yaitu guru dan penulis. Sebagai seorang guru, aku pernah berharap menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) tentu saja. Meski akhirnya, hingga batas usiaku, kesempatan itu hilang. Bukan sekali dua kali aku gagal, dan hanya bisa menghibur diri, jalanku bukan itu.
Tahun ini, tidak ada pendaftaran CPNS guru. Hanya ada PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Karena mengajar di sekolah swasta, aku hanya bisa mengikuti seleksi tahap dua, di mana formasi yang dibutuhkan sangat terbatas. Hasilnya, belum beruntung.
Dulu, aku memang tidak langsung mengajar di sekolah, karena prioritasku bukan itu. Ada harapan lain yang coba kukejar, meski tidak berhasil.
“Coba dulu kamu langsung ngajar di sekolah, sekarang mungkin udah dapat sertifikat pendidik.”
Hmm … ya, selalu ada andai dalam hidup. Akan tetapi, aku tidak mau fokus kepada hal itu. Kecewa pasti ada, hanya tidak perlu dibesar-besarkan.
Di sini, kutuliskan harapanku sebagai guru, yang semoga bisa tercapai tahun depan. Tolong aminkan, ya.
Aku berharap, di mana pun aku mengajar tahun depan, bisa menjadi seorang guru yang baik. Terus menambah ilmu, sehingga bisa benar-benar mencerdaskan murid-murid. Sesuai dengan semboyan : Guru Merdeka Mengajar, Murid Merdeka Belajar.
Tidak muluk-muluk, bukan? Aku rasa itu harapan semua guru di mana pun. Eh, tambah satu, boleh, ya. Semoga, tahun depan dimudahkan untuk mengganti notebook yang seumuran dengan pernikahanku dengan laptop baru. Harapannya, bisa menunjang setiap pembelajaran yang kulakukan. Aamiin.
Nah, sebagai penulis amatir yang masih terus belajar, salah satu impianku sudah tercapai di tahun ini. Alhamdulillah. Melihat deretan buku yang di dalamnya ada tulisanku, rasanya sungguh bahagia. Apalagi ada satu novel solo yang sudah diterbitkan. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.
Aku sama sekali tidak menyangka tahun 2021 menjadi awal mula bagiku membukukan tulisanku.
Tentu harapan tidak berhenti sampai di situ saja. Aku berkeinginan bisa menulis satu buku per bulan. Buku ini tidak harus karya pribadiku, tetapi bisa juga berupa antologi.
Selain itu yang pasti, harapanku yang paling utama sebagai penulis adalah bisa menjual buku sampai menjadi best seller serta menembus penerbit mayor. Aamiin yang kenceng.
Aku tahu itu semua tidak akan mudah. Butuh proses yang panjang. Namun, sampai hari itu tiba, semoga semangatku terus membara seperti apapun kondisinya.
Aku sungguh berharap Allah SWT mengijabah setiap doa, memberikan jalan dari setiap permasalahan yang ada. Selain itu, semoga kesabaran selalu ada dalam hatiku. Karena tanpa sabar, akan terasa menyakitkan jika yang terjadi tidak sesuai dengan harapan.
Sungguh, hanya kepada Allah SWT aku meminta pertolongan. Aamiin. Hanya kepada-Nya lah aku bisa mencurahkan semua isi hati tanpa takut dicurangi. Karena kepada-Nya aku akan kembali. Semoga, aku kembali dengan kondisi yang terbaik. Aamiin.
Photo by Dmitry Ratushny on Unsplash