Bertahan

Oleh: Riyan Suatrat

Aku teringat pengalaman Toto Chan dalam bukunya yang berjudul “Anak-Anak Toto Chan”. Buku itu berisi kisah perjalanannya ketika mengunjungi beberapa Negara di Benua Afrika. Dia melihat banyak sekali anak-anak yang menderita kelaparan tetapi, tidak ada satu pun dari mereka yang mati karena bunuh diri.  

Sementara di Negara asalnya, Jepang, banyak anak-anak—yang tidak kekurangan makanan dann minuman, cukup sandang pangan—justru berbondong-bondong memilih untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.

Kalian pernah enggak mendengar pernyataan ini, “Manusia dapat bertahan dalam kelaparan dan kehausan dalam beberapa hari tetapi, tidak dengan harapan. Hanya membutuhkan waktu satu detik untuk seseorang memutuskan bunuh diri jika dia kehilangan harapan.”

Sedahsyat itu kekuatan sebuah harapan. Bahkan hanya dengan mendengar kata itu saja, kita akan spontan tersenyum di tengah kekalutan hidup. Hati yang tadinya cemas dan gelisah serta merta menjadi tenang jika datang seseorang membawa harapan berupa kabar baik.

Harapan. Hanya dengan mendengarnya hati kita terasa tenang. Jantung berhenti melakukan debaran yang berlebihan. Perut seketika terasa nyaman hanya karena ada harapan.

Menurut KBBI harapan bermakna sesuatu yang (dapat) diharapkan. Keinginan supaya menjadi kenyataan. Orang yang dapat diharapkan atau dapat dipercaya.

Dengan demikian dapat aku katakan; harapan adalah sebuah kondisi di mana dunia dialiri hawa baru dalam sebuah ruangan (kehidupan) yang terasa pengap oleh berbagai kesulitan hidup.

Hidupku jungkir balik, naik turun, terjun bebas dari satu luka ke luka lainnya yang menyebabkan jiwa mendadak kaku. Otak serasa berhenti bekerja. Himpitan hidup yang semakin menyempit memaksa otak dan hati untuk menyerah dan menyudahi semua aktivitas hidup. Jiwa merintih kesakitan.

Namun, aku lupa bahwa ada pagi setelah malam. Pagi senantiasa membawa kedamaian. Kicau burung , udara yang bersih mengisi paru-paru, dan ketenangan. Itulah pagi, yang Tuhan hadirkan untuk manusia setelah melewati malam yang gelap—mencekam dan menakutkan—terkadang menghadirkan mimpi yang menyebabkan tidur kita terganggu. Pagi hadir membawa janji bahwa matahari akan bersinar meskipun tak jarang hujan mengambil alih tugas sang matahari. Tapi toh Tuhan tetap menjaga kita dari guyuran hujan tersebut.

Itulah harapan. Seperti pagi setelah malam atau pelangi setelah hujan.

Kemarin-kemarin aku diingatkan akan hidup—segala nikmat dan tantangannya—hikmah, hysteria, dan humor.

Berbagai peristiwa seputar hidupku yang meninggalkan hikmah dan pembelajaran atau kemalangan yang membuatku histeris seakan ingin berteriak melepaskan beban di dada dan ada pula  yang membuatku tersenyum atau malu pada kekonyolan yang aku lakukan. Semuanya meninggalkan bekas dalam hatiku. Jejaknya kekal di dada menjadi pengingat jalanku jika suatu saat nanti aku lupa diri/takabur.

Menapaki 2021 hari per hari, menit per menit, dan detik per detik. Bukan sekelebat saja. Setiap perjalananku dikawal oleh Sang Maha Penjaga.

Semua pencapaian—bahkan ketertinggalan—menuntunku untuk selalu bersyukur padaNya. Berbulan-bulan lalu aku sempat berkeyakinan bahwa hidupku tak berarti. Aku bukan siapa-siapa oleh karena itu aku tak berharga.

Namun, sembari menjalani semua itu Allah juga menghadirkan pesan lewat berbagai momen dan kejadian. Pesan penting bahwa aku adalah ‘seseorang’ dan oleh karena itu aku berharga.

Sudah saatnya aku mengalihkan pandangan dan mengejar berbagai kesempatan yang hadir dalam hidupku. Fokus pada potensi yang ada dalam diriku. Melihat peristiwa dari berbagai angle agar penilaianku tidak timpang.

Jika membicarakan luka, lara, atau duka, bicarakan secukupnya saja sekadar sebagai pemanis drama kehidupan yang kita jalani.

Perbanyak membicarakan nikmat dan kebaikan Allah. Dengan demikian hati akan senantiasa terisi dengan opimisme.

Sudah cukup cerita sedih tentang diriku. Aku akan bertahan bukan menyerah.

Harapan ini juga yang membuatku bertahan hingga detik ini. Bukan karena aku punya banyak uang atau memiliki “orang hebat” di belakangku.

Aku bertahan karena aku memiliki harapan bahwa hidupku akan membaik seiring berjalannya waktu. Aku hanya perlu terus bergerak maju.

Takdirku ada di tanganku. Allah percaya padaku bahwa aku mampu. Dan untuk itu aku memilih untuk bertahan. 


Photo by Alec Moore on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *