Wanita Berkerudung Sarung

Oleh: Viesilmi

/Salah dan lupa tempatnya manusia
Sering lupa mungkin tanda sudah tua
/

“Gimana nih? Kerudung Bunda basah, tapi lupa bawa ganti!”

Ana dan Ano anak Bunda saling berpandangan. Wajah mereka cemong penuh pasir pantai. Tampak lucu ditambah rambut yang menggumpal kena air pantai.

“Ada apa, Bun?”

Ayah tiba-tiba muncul dari belakang Ana dan Ano.

“Bunda lupa bawa kerudung ganti, Yah! Pakai yang ini gak mungkin, udah basah dan kotor!” katanya. Bunda menunjukkan kerudung merahnya yang penuh pasir.

Hmmm… Ayah melihat sekeliling.

Gak ada yang jualan kerudung di sini! Adanya jualan baju sama mainan!” tukas Ayah.

“Terus Bunda gimana dong?”

Ayah berpikir sejenak. Otak Mc Gyver-nya bekerja.

“Ooh, pake sarung Ayah aja nih!”

Ayah menyerahkan sarung dari tas kecilnya.

“Tuh, Bunda kalian emang jempolan. Dia siapkan semua keperluan kita, sampai-sampai lupa keperluannya sendiri.”

Pujian Ayah membuat semburat merah di wajah Bunda.

Huuuh, bilang aja aku mulai pikun!’ kata Bunda pura-pura ngambek.

Ayah tersenyum jahil.

Setelah mengambil sarung dari tangan Pak Suami, Bunda berlalu menuju kamar bilas.

Siang ini keluarga Bunda sedang berlibur ke pantai Anyer. Jaraknya sekitar 1,5 jam dari kota mereka.

Kasihan Bunda. Akhir-akhir ini jadi tempat curhat temannya. Rupanya masalahnya berat banget. Sampai Bunda stres sendiri. Hikmahnya adalah Bunda sadar ia tidak berbakat menjadi psikolog.

Akhirnya Ayah memutuskan untuk menghibur Bunda pergi ke pantai. Bunda memang paling suka dengan pantai.

Selain Bunda, tentu yang paling senang, ya Ana dan Ano. Sudah setahun lebih sejak pandemi mereka tidak ke pantai. Ayah Bunda ketat sekali soal protokol kesehatan.

Itu juga yang membuat ayah memilih lokasi di Pantai Jambangan, Ayer. Selain dekat, pantainya berpasir dan relatif sepi. Pilihan Ayah tampaknya tepat. Tidak hanya si kembar, Bunda juga sangat menikmati main di pantai.

Yaah!”

Bunda berteriak dari bilik kamar ganti.

Kenapa lagi?”

Tuker sarungnya. Nggak matching sama baju Bunda!”

Ayah geleng-geleng. Di saat seperti ini Bunda masih saja memikirkan keserasian berpakaian. Tetapi ayah turuti juga mau Bunda.

“Nih!” kata Ayah.

Diserahkannya sarung kotak merah pink untuk Bunda.

Ketika Bunda keluar, beberapa penjaga kamar ganti tersenyum. Ayah dan kembar juga. Untung Bunda masabodo saja.

“Kenapa? Lebih mirip maling daripada tutup kepala?”

Ayah tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Biarin lah. Siapa tahu jadi trend tengah 2021,” kata Bunda sambil berlalu.

Sarung yang menutupi kepala Bunda terlihat mengembang karena teksturnya yang tebal.

“Dasar Wanita Berkerudung Sarung,” ujar Ayah jahil.

Sejak saat itu ayah sering menggunakan julukan Wanita Berkerudung Sarung untuk Bunda.


Selasa merupakan giliran Bunda work from office. Bunda memakai seragam hijau lumutnya. Ia pergi diantar Ayah. Ayah masih khawatir melepas Bunda naik kendaraan umum karena kasus covid sedang meningkat. Ayah khawatir OTG.

Saat berhenti di lampu merah, Ayah terkaget!

“Yah, pulang-pulang!”

Ayah menoleh ke Bunda.

“Kenapa, sih?”

Ngg…ini lho, Bunda salah pakai seragam. Harusnya hari ini batik!”

Kali ini ayah sedikit kesal.

Udah, terus ajalah ya? Bos kamu pasti maklum!”

Eits, gak bisa. Bisa-bisa Bunda dibully seharian sama teman sekantor!

Ayah kalah argumen. Akhirnya dengan terpaksa ayah membelokkan motornya kembali. Untung jaraknya masih relatif dekat rumah.

“Dasar Wanita Berkerudung Sarung!” ujar ayah gemas.

Bunda hanya terkekeh mendengar ledekan Ayah.

Hari ini akhir bulan, Bunda pulang lebih sore dari biasanya. Meskipun begitu, Bunda tidak lupa membeli camilan kesukaan Ayah, Ana, dan Ano.

Karena tidak membawa laptopnya, ransel Bunda kosong. Bunda mengisi ranselnya dengan plastik isi belanjaannya itu.

“Haah, sudah datang!”

Bunda terkaget melihat panggilan di ponselnya. Ojek online pesanannya datang cepat sekali. Ia langsung menyambar ranselnya dan dengan sigap menuruni anak tangga menuju si driver ojol.

Baru saja bunda memakai helm, tiba-tiba ia teringat sesuatu.

“Bang, tunggu sebentar ya! Ada yang ketinggalan!”

Tanpa menunggu jawaban si Abang, Bunda kembali menaiki lantai 3 menuju ruang kerjanya. Masih dengan nafas ngos-ngosan, Bunda sibuk mencari-cari sesuatu!

“Aduh, di mana sih plastik belanjaanku?” Bunda bertanya pada dirinya sendiri.

Setelah beberapa menit mencari, Bunda baru tersadar.

“Astagfirulloh, kan ada di ransel. Kenapa aku lupa!”

Bunda pun kembali turun menuju si Driver Ojol.

Sambil senyum-senyum sendiri, Bunda bergumam, “Ayah gak boleh tahu cerita ini. Ledekan si Wanita Berkerudung Sarungnya pasti makin gencar!”


Photo by Joshua Burdick on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *