Oleh : Siti Atikah
“Tik, nih daftar drakor yang lagi tayang, dijamin seru abis. Sesuai sama genre kesukaan lu, yang crime and comedy romance gitu kan.” Begitulah beberapa pesan WhatsApp yang menyambangi saya ketika chatting dengan Tyas, salah satu rekan kerja di sekolah. Hihihi, Tyas memang dikenal sebagai Ratu Drakor (Drama Korea) di sekolah tempat kami bekerja. Mau tanya judul drakor apapun dan minta salinan soft copy dengan berbagai genre pun sepertinya lengkap deh kalau minta sama dia, hehehehehe. Saya termasuk yang pemilih ketika menonton serial TV karena pada dasarnya saya suka cepat bosan. Entah mengapa, Tyas hampir selalu berhasil memilihkan drama yang bisa membuat saya senyum-senyum sendiri karena ada bagian komedi yang membuat saya tak bosan mengikuti alur ceritanya. Yaa, karena hidup ini memang butuh tawa, kan. Kalau nonton yang bikin stress melulu, bisa-bisa jadi double deh stress kita dengan rutinitas pekerjaan yang harus dilakoni. Itulah mengapa, saya sangat pemilih dalam menonton serial drama di TV, termasuk drama Korea.
Ngomong-ngomong soal senyum dan tawa, kalau diingat-ingat setidaknya ada satu-dua momen yang pernah kita alami selama perjalanan hidup kita setiap tahunnya yang mengundang senyum bahkan gelak tawa. Bisa jadi itu akibat kekonyolan diri sendiri atau tingkah polah orang terdekat di sekeliling kita. Asalkan tawa dan canda tersebut dirasakan bersama antara pembuat tawa, target yang ditertawakan, dan penontonnya. Saya pernah ingat pepatah yang pernah saya baca di salah satu buku kumpulan kata bijak yang isinya, “Jangan tertawakan orang lain, tetapi tertawalah bersamanya.”.
Maka, bercanda tentu saja boleh, namun jangan sampai si target candaan malah jadi tersinggung karena merasa menjadi bahan olok-olok.
Sepanjang tahun 2021 ini, saya ingat ada beberapa momen yang setidaknya membawa senyum dan tawa bagi saya pribadi. Ada yang dikarenakan oleh saya sendiri ataupun oleh orang-orang terdekat. Yang jelas semuanya saya rasa layak untuk dirangkum dalam tulisan saya kali ini.
Yang pertama adalah ketika suatu Magrib, saya menemani dan mengajari si kecil lima tahun saya, Hilmy, belajar membaca Iqro’. Saat itu, dia riang dan semangat sekali karena baru memulai lembar Iqro’ 3. “Yeay, aku pintar Bu, sudah masuk Iqro’ 3” ujarnya. Nah, lembaran yang kami baca malam itu adalah belajar membaca tanda kasroh di huruf-huruf Hijaiyah, yang dalam bahas latinnya dibaca sebagai “i”. Sebelumnya saya meminta ia mengulang dua lembar terakhir Iqro’ 2 agar ia ingat mana yang harus dibaca panjang dan pendek. Lembar tersebut lancar dibaca olehnya dengan semangat, diselingi dengan celoteh khas dia setiap kali membaca kata yang dirasa lucu olehnya, seperti : Aaa-ha, Haa-ma, yang dia lanjutkan dengan berkata “Lucu nih Bu, kaya‘ Ahaa! Ada hama, hihihi”. Mendengarnya saya pun ikut tertawa dan takjub, kok bisa ya dia kaitkan dengan hal tersebut. Sampe aja gitu pikirannya. Nah, ketika akhirnya masuk ke lembar Iqro’ 3 dan sudah mulai paham pola membaca tanda kasroh, ia tiba-tiba berkata, “Bu, ini kalo huruf ro’ fathah ditambah huruf ta pakai kasroh, terus huruf ba fathah ditambah huruf sin pakai kasroh, nanti jadinya dibaca roti basi, kaya’ roti yang udah basi di kulkas waktu itu.” Spontan saya dan adik saya yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak. Melihat kami tertawa, Hilmy pun ikut tertawa geli karena sepertinya ia merasa berhasil membuat lelucon untuk ibu dan encingnya. Hehehehe.
Momen yang kedua, masih tentang Hilmy si bungsu, namun kali ini senyum itu datang diakibatkan oleh saya sendiri. Saat saya, adik saya, dan kedua putra saya; Hibban dan Hilmy, menyambangi taman kota beberapa waktu yang lalu, Hilmy merengek agar kami bisa menyewa sepeda. Sayangnya, yang ada saat itu hanya sepeda listrik dewasa, tidak ada sepeda manual untuk anak-anak. Akhirnya, kami coba menyewa satu sepeda listrik. Saya yang memang bernyali kecil untuk urusan mengendarai kendaraan macam itu, akhirnya mencoba memberanikan diri untuk pertama kali mengendarainya. Hilmy saya ajak boncengan dengan saya. Namun, karena baru sekitar 100-200 meter kayuhan saya bergoyang-goyang tak tentu arah di tengah keramaian, Hilmy spontan teriak langsung minta turun karena tidak yakin dengan kemampuan ibunya. Hahahaha, saya menyadari bahwa orang-orang yang melihat momen itu tertawa atau setidaknya senyum-senyum melihat kejadian tersebut. Untuk menutupi malu, saya tetap berusaha mengayuh sepeda tersebut dengan membonceng Hibban, si sulung, yang untungnya lebih percaya pada kemampuan ibunya meskipun bisa jadi ia terpaksa aja sih demi menyelamatkan muka ibunya di hadapan orang-orang. Hahahahaha.
Momen berikutnya terjadi di Yogyakarta saat saya dan beberapa sahabat berlibur di sana dua minggu lalu. Momen senyum ini terjadi ketika saya dan 2 sahabat saya, Annisa dan Winny ingin melakukan perawatan di salon JTT dekat hotel kami, tak jauh dari Plaza Ambarukmo. Sehari sebelumnya Annisa sudah booking untuk kami bertiga. Maka, pada hari H-nya, pada jam 9 pagi kami pun sudah tiba di lokasi. Setelah Annisa konfirmasi ke bagian resepsionis, kami diminta menunggu beberapa menit agar mereka dapat menyiapkan perlengkapan perawatan yang dibutuhkan. Saat sedang menunggu, datanglah sepasang ibu dan anak yang juga hendak melakukan perawatan. Sudah booking pula mereka rupanya. “Atas nama Annisa” begitu ujar si anak. Bingunglah si resepsionis, karena di sistem yang mereka terima hanya ada satu Annisa yang booking perawatan hari itu. Akhirnya, ketika dicek ulang, ternyata Annisa kami justru melakukan booking di JTT cabang lain, yaitu di Kota Gede. Hahahahaha, ternyata kami salah mendatangi lokasi, ngarepnya yang dekat hotel, eeeh bookingnya malah di cabang yang agak jauh. Terlalu bersemangat rupanya. Akhirnya kami pamit dan memohon maaf atas kesalahan yang tak terduga itu.
Nah, momen yang mengundang senyum terakhir bagi saya di 2021 ini ketika beberapa hari menjelang deadline pembagian rapot digital di sekolah. Admin sekolah secara tiba-tiba meminta kami mengisi nilai rapot ke google sheet yang disediakan, yang bernama Summary of Scores. Namun, urutan nama siswa di dalam google sheet tersebut ternyata dibuat secara alfabetik, tidak berdasarkan urutan nama siswa sesuai kelas masing-masing. Maka, mau tak mau kami harus mengisinya satu persatu dengan bolak-balik membuka portal Managebac di mana nilai rapot di sekolah kami rilis di sana untuk memasukkannya ke Summary of Scores. Entah mengapa, tautan google sheet yang diberikan sungguh membuat kami para guru stress saat itu. Bagaimana tidak, hanya untuk membuka tautan saja, layar PC kami hanya menunjukan indikator loading saja. Bisa berjam-jam hal itu terjadi. Sepertinya keberatan formula atau sudah tahunan sheet tersebut dibuat oleh Admin kami sehingga berat untuk diakses oleh puluhan guru dalam waktu yang bersamaan. Tiga hari berlalu dan baru beberapa di antara kami para guru yang berhasil membuka tautan dan mengisi nilai rapot yang diminta ke sheet tersebut.
Hingga pada hari keempat, guru sepuh yang paling rajin di sekolah kami berkomentar di WhatsApp grup mengeluhkan ia yang belum juga berhasil membuka tautan tersebut. Isi pesannya kira-kira seperti ini,” Bapak-bapak Admin, tolong bantu saya. Sudah sejak beberapa hari saya tidak pernah berhasil membuka Summary of Scream, loading terus. Bagaimana ini? Mohon ada kebijakan lain.” Kami yang membaca dan menyadari bahwa beliau typo menjadi tergelak dan saling sahut-menyahut di WhatsApp grup tersebut. Karena typo yang ditulis beliau, yang harusnya Summary of Scores menjadi Summary of Scream, sungguh menggambarkan kondisi kami saat itu. Scream alias berteriak karena tak berhasil juga membuka tautan yang tetap diwajibkan untuk kami mengisinya. Hahahaha typo yang tanpa sengaja malah mewakili keresahan kami saat itu. Akhirnya, Admin kami membuat opsi template lain bagi kami yang masih kesulitan membuka Summary of Score.
Ternyata, mengingat-ingat kembali momen tersebut membuat saya masih tersenyum-senyum sendiri, loh. Kemudian saya tambah menyadari bahwa memang hidup itu tak lurus-lurus saja. Pasti ada gelombang naik-turunnya. Ada kalanya menangis, tertawa, marah, tenang, susah, kemudian berputar lagi sesuai siklus alaminya. Allah sudah atur semuanya untuk kita. Maka, sebagai makhlukNya, ya sudah, kita jalani saja tugas kita sebaik dan semampu yang kita bisa. Serius dan fokus pada rutinitas wajib tentu saja perlu dilakukan. Namun, jangan lupa untuk ikut tertawa bersama mereka yang membawa jenaka di sela-sela perjalanan hidup ini agar lebih berwarna.
-Kaleidoskop2021
-Humor
-CatatanAtik
IG : @atikcantik07