Sinyal Hilang Data Melayang

Oleh: Putri Astrie

Tubuhku terasa penat sekali. Kupatahkan ke sepuluh jari tangan secara bergantian hingga menimbulkan suara.

Kreteg! Kreteg!

Suara yang terdengar bak alunan melodi alami yang sangat dinantikan oleh siapa saja yang melakukan aktivitas ini. Coba saja kalau tidak percaya. Ada sensasi tersendiri kalau jari tangan yang dipatahkan mengeluarkan bunyi tersebut. Pantang menyerah sebelum bunyi tersebut terdengar merdu di telinga.

Tangan mulai kujulurkan ke atas kepala dan mengeleng-gelengkan leher ke kanan dan kiri beberapa kali. Betapa enaknya melakukan aktivitas ini. Tubuh rileksasi sejenak untuk menghilangkan rasa capek yang mendera. Hati ini sebenarnya sudah meronta-ronta ingin menonton drakor kesukaan. Namun, apa daya, selama pekerjaan belum selesai dan demi sebuah kata menjaga profesionalisme, dengan ikhlas drakor tereliminasi harus dinomorduakan.

Pekerjaan banyak sekali. Tumpuk sana tumpuk sini. Kertas berserakan di meja kerja. Satu pekerjaan belum selesai sudah menanti pekerjaan yang lainnya. Balada guru kejar tayang. Bekejaran dengan waktu. Cieelah … waktu kok dikejar Pengumpulan data nilai yang harus segera dikumpulkan membuat tanganku dari tadi pagi tidak bisa diam. Lincah laksana penari yang sedang unjuk kebolehan menari dengan lemah gemulai di pentas. Namun, unjuk kebolehanku lincah di keyboard warna hitam.

“Kalau capek, istirahat saja, Bu. Jangan memaksakan diri. Kesehatan itu nomor satu,” ujar bu Dewi dengan bijak.

“Siap, Bu!” ucapku seraya memberi tanda hormat pada beliau. Tampak senyum yang mengembang di raut wajahnya saat melihat tingkahku ini.

Kulanjutkan pekerjaan mengisi aplikasi kelulusan dan e-rapor sambil berdoa agar sinyal kali ini, bersahabat denganku. Satu persatu mencoba mengisi data yang dibutuhkan. Langkah pertama memasukkan data pribadi siswa. Awal kerja bersemangat karena lancar. Setelah data pribadi tersimpan dan mau melanjutkan tahap berikutnya sulit sekali data tersimpan. Ternyata … oh ternyata sinyal muser terus dari tadi. Berita yang beredar ada gangguan dari satelit.

Memasukkan nilai mata pelajaran tidak semua langsung di klak-klik. Satu per satu mata pelajaran pada tiap kelas mulai semester tujuh hingga semester sebelas. Apabila ada yang dari tadi tidak tersimpan harus diulangi lagi. Mengulang dan mengulangi lagi hingga semua tersimpan di aplikasi. Kuncinya harus sabar. Seandainya saat ini ada jualan sinyal, pasti aku ikut antri di barisan depan.

Melihat teman yang lain masih santai, mengoreksi pekerjaan siswa yang belum selesai PAT, rasanya ingin juga bisa santai. Namun, mana mungkin guru kelas enam bisa santai apabila PPDB SMP sudah menanti di depan mata menunggu dengan penuh cinta. Di sekolahku tidak semua beban menjadi tanggung jawab operator sekolah. Pada SMP atau SMA mungkin ada staf TU yang membantu menanggani hal seperti ini, sedangkan di SD tidak ada. Semua harus ditanggani oleh guru kelas masing-masing.

Saat pikiran sedang fokus menyentuh tombol-tombol warna hitam di keyboard, terdengar nada notifikasi panggilan masuk dari gawaiku. Kuhentikan gerakan lincah jari ini, untuk mengambil gawai yang berada tepat di samping laptop putihku.

“Bu … listrik padam di sini?” tanya bu Nita di ujung telepon.

“Nggak …!” jawabku singkat.

Belum lama kujawab pertanyaan tersebut tiba-tiba kipas angin yang berada di ruang guru berhenti bergerak.

“Mbak … listrik padam?” tanyaku pada teman guru GTT yang berada di sampingku.

“Tidak tahu, bu. Bentar saya cek di luar,” ujarnya seraya berjalan menuju tempat meteran listrik di dinding luar ruang guru.

“Gimana, Mbak.?”

“Ya, Bu … padam,” jawabnya.

Listrik hari ini ternyata mengalami pemadaman. Entah apa yang menyebabkan listrik padam. Listrik dan sinyal ternyata tak bersahabat denganku hari ini. Listrik padam mengakibatkan pekerjaan tidak bisa dilanjutkan. Kesal jadinya dan pikiran menjadi pusing. Maksud hati ingin segera menyelesaikan tugas agar bisa segera mengirim data tepat waktu. Namun, apa daya harus berhenti di tengah jalan. Terpaksa berhenti memasukkan data karena berhubungan dengan aplikasi yang hanya bisa dikerjakan saat terhubung dengan jaringan internet.

Rasanya ingin teriak sekencang-kencangnya untuk protes pada PLN yang membuat listrik padam hari ini. Sebel … deh, pekerjaan tertunda lagi. Akhirnya segera kututup laptop dan menata kembali kertas yang tadi berserakan di meja.

“Itu tandanya harus istirahat, Bu,” kelakar bu Dewi.

“Ya, bu.”

Canda tawa bersama teman-teman seperti ini membuat pikiran yang tadinya galau menjadi segar kembali. Kejadian lampu padam tidak hanya dialami oleh sekolahku saja melainkan beberapa sekolah lainnya yang jalur listriknya sama. Jadi, agak tenang karena yang terlambat mengumpulkan tagihan tugas tidak sendirian melainkan ada sekolah yang lain.

“Terpaksa lembur di rumah.”

Beberapa jam berlalu. Listrik masih juga belum menyala hingga waktu pulang sekolah. Saatnya pulang ke rumah dengan meneteng pekerjaan yang belum selesai. Siapa pun sebenarnya malas membawa pekerjaan ke rumah. Di rumah tentu juga menanti pekerjaan lain yang membutuhkan perhatian. Masak, membersihkan rumah, dan anak yang membutuhkan ibunya.

Anakku yang masih TK kalau tahu ibunya mengetik terus pasti protes. Ia sering mengucapkan kalau ibunya tidak perhatian lebih sayang laptop daripada dirinya. Mendengar hal ini tentu dilema bagi orang tua. Satu sisi ingin menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai di sekolah, di sisi lain juga harus membagi waktu dengan buah hati. Akhirnya jalan satu-satunya mengerjakan pekerjaan tersebut tengah malam saat anak sudah tidur.

“Dik, tidur … sudah malam.”

Segera kuajak anakku untuk tidur saat jam di dinding jarum pendeknya sudah menunjukkan angka Sembilan lebih. Walaupun terlihat belum mengantuk dengan sedikit paksaan akhirnya mau juga untuk tidur. Tidur yang dipaksa karena belum mengantuk diwarnai dengan berbagai drama ala anak. Minta ini dan itulah. Terpaksa aku juga ikut memejamkan mata supaya anak ikut tidur. Eh …, gak tahunya aku yang tertidur beneran. Tak terasa sudah tertidur lebih dari dua jam. Saat terbangun dari tidur segera membasuh muka agar tidak mengantuk lagi. Sebenarnya kalau dituruti juga pilih tidur daripada mengerjakan tugas. Sekali lagi pilihan akhirnya pilihan jatuh menyelesaikan tugas yang belum selesai atas nama sebuah tanggung jawab.

Kubuka laptop dan memastikan jaringan internet sudah tersambung. Untunglah dini hari internet lancar. Saat mebuka aplikasi betapa kagetnya diri ini. Data pribadi dan nilai yang siang tadi sudah separuh jalan tidak tersimpan sama sekali. Sedih sekali melihat data yang tidak ada isinya. Kosong bagaikan kertas yang belum tersentuh goresan tinta. Rasanya ingin menangis saja kalau tidak memiliki rasa malu. Pekerjaan menjadi sia-sia karena sinyal tadi siang. Dataku semua hilang tak tersimpan sama sekali.

Mulai lagi harus kerja dari awal. Memasukkan kembali satu demi satu data tersebut.Tak terasa sudah dua jam lebih berjibaku di depan laptop. Kulihat jam dinding sudah menunjukkan angka dua. Mata ini juga sudah mulai capek melihat angka-angka yang dari tadi harus dimasukkan. Tinggal satu pekerjaan yang memasukkan data kelulusan saja yang belum selesai. Mata ini sudah tidak kuat lagi menatap laptop. Akhirnya menutup laptop dan beranjak untuk tidur karena besuk pagi harus tetap bangun pagi melanjutkan aktivitas sebagai ibu rumah tangga sebelum berangkat kerja.

Waktu berjalan cepat sekali. Azan subuh sudah berkumandang. Aktivitas pagi mulai menyapa walaupun badan masih terasa capek dan mengantuk. Bersih-bersih dan memasak sudah selesai. Anakku masih pembelajaran daring sehingga tidak perlu diantar ke sekolah. Semua kuserahkan pada kakakku yang kebetulan rumahnya bersebelahan untuk mendampinginya.

Tiba di sekolah segera kulanjutkan tugas yang belum selesai. Hari ini batas pengumpulan sampai pukul 15.00 WIB. Untunglah siswa kelas enam hari ini belajar lewat daring. Sambil bekerja memasukkan angka-angka tak lupa mengharap sinyal bersahabat. Lembar demi lembar akhirnya terisi dan tersimpan walau kadang-kadang sinyal muser terus.

Seharian ini tetap menjadi pejuang angka melawan sinyal. Akhirnya setelah enam jam lebih pekerjaan selesai. Alhamdulillah bisa mengirim tugas walau batas akhir. Sinyal …oh … sinyal, tetaplah menjadi sahabat yang baik di kala bermain dengan angka agar data tidak berpaling meninggalkanku.


Photo by Michael Dziedzic on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *