Sebuah Pilihan

Oleh : Nining Handajani

Parenting berdasarkan makna atau artinya adalah suatu proses interaksi antara orang tua dan anak yang berlangsung secara terus menerus, sifatnya saling mempengaruhi. Bukan untuk anak saja melainkan juga untuk orang tua, bahkan usia dewasa yang saat ini ataupun nantinya sedang mempersiapkan diri menjadi orang tua. Sehingga parenting tidak hanya pembahasan yang berkisar pada aktivitas dalam keluarga inti saja, tetapi juga lingkungan sekitar, lingkungan keluarga besar, bahkan di dunia maya sekalipun.

Siang itu telepon selulerku berbunyi. “Hai, apa kabar? Lagi repot nggak? Makan siang yuk, sebentar saja”, dari teman sekolah yang sudah lama tidak pernah jumpa. “Tumben nih, kamu apa kabar juga? Hari ini? Bolehlah, kebetulan hari ini lagi nggak ada janji dengan klien”. Akhirnya dia sepakat segera menjemputku. Semasa sekolah, dia sangat populer. Selain cantik, pergaulannya juga sangat luas, kariernya mengalami perkembangan sangat pesat bahkan saat ini sedang menyelesaikan program doktor di salah satu universitas ternama.

“Ini restoran milik keluarga besar suami. Aku pilihkan tempat privat ya, biasanya kolega suami, kita ajak kemari. Sekalian promosilah” ucapnya menjelaskan. Untuk kami yang hanya makan siang berdua, tempatnya cukup luas dan tertutup dari pandangan pengunjung lain. “Yuk pilih menu”. Sembari menikmati makan siang yang nikmat, kami yang sudah lama tidak berjumpa, banyak bercerita tentang masa sekolah yang indah. “Mau nambah?” tanyanya kepadaku yang sudah kekenyangan.

“Ini…”, tiba-tiba temanku mengeluarkan sebuah plastik bening. Diletakkannya di meja perlahan. “Punya siapa?” tanyaku sembari memegang plastik bening berisi dua buah alat test pack yang telah terpakai dengan dua garis merahnya. “Punya anakku”, tangisnya tiba-tiba pecah tanpa ada kata-kata keluar dari lisannya. Kuambilkan tisu yang tersedia di meja. Aku membiarkannya menangis, menyelesaikan emosi yang sejak tadi ternyata ditahannya.

Sepuluh menit berlalu, tangisnya mulai mereda. “Aku nggak nyangka, sungguh nggak ngira”. “Anakku patuh, pendiam, kemana-mana selalu kami antar jemput. Tolong aku!”, sambil menggenggam erat tanganku sangat berharap. “Aku tahu ketika dia jarang keluar rumah, bahkan jarang keluar kamar. Awalnya dia beralasan sedang sekolah online, tapi aku ibunya, ibu yang punya firasat tentang anaknya”. “Aku mengenal sekali siapa anakku, bagaimana pribadinya, dengan siapa pergaulannya. Tapi kenapa ini terjadi? Karma apa ini? Dosa apa yang sudah aku lakukan?”, ucapnya mencampuradukkan rasa kecewa,gelisah dan marah sebagai ibu yang merasa gagal mendidik anaknya. “Sampai saat ini aku juga belum berani menceritakan pada suamiku, apa kata suamiku, apa kata orang”. “Kamu tahu dokter kandungan atau bidan yang bisa menggugurkan kandungan?”, ucapnya tersengal-sengal namun lebih tegas dari kalimat-kalimat yang sedari tadi dilontarkannya. Kupandang wajahnya yang masih lengkap dengan ingus serta linangan air mata. Kuhela nafas panjang. “Apa ini sebuah pilihan? Kamu sudah tahu risikonya?” tanyaku perlahan.

Tiba-tiba kedua tangannya menggebrak meja, keras…sangat keras dan berdiri sembari jari telunjuknya mengarah tepat ke wajahku. Aku tertunduk berusaha mengkoreksi ulang kalimat yang telah aku ucapkan. “Aku pilih kamu sebagai tempat curhatku. Kamu punya pilihan lain? Percuma…percuma!” ucapnya membentak. Kursinya di angkat sedikit, dihentakkan dan segera melangkahkan kakinya keluar ruangan, membanting pintu sangat kuat.

Kutanyakan pada kasir, nota makan siang kami, ternyata sudah terbayar. Makan siang gratis dengan penuh sensasi banyak rasa. Aku pulang sendiri dengan taxi online. Kutelaah lagi kalimat yang telah kuucapkan. Ada batasan bagi kami secara profesional, ketika seseorang dalam keadaan emosional, dianggap belum mampu mendorong terjadinya penyelesaian masalah yang dihadapinya. Sehingga kami akan menunggu klien lebih tenang untuk fokus pada masalah yang dihadapinya dan memiliki upaya penyelesaian masalah tanpa adanya intervensi konselor.

Menjadi seorang konselor pendidikan adalah sebuah pilihan, sedangkan menjadi seorang penulis adalah hobi tambahan, tetapi sebagai seorang ibu rumah tangga adalah sebuah kepuasan juga kebanggaan. Bagaimana tidak, ketika semuanya dijalani dengan senang hati dan ikhlas rasanya sebuah benang merah yang kadangkala kusut, mudah-mudahan dapat diluruskan kembali bahkan bisa terpintal menjadi sesuatu yang lebih berarti.

Satu bulan setelah kejadian itu berlalu, aku mendapatkan pesan singkat “Aku minta maaf ya”. Kupilih membalasnya dengan netral “Semoga mendapatkan jalan keluar terbaik”. Ketika satu kaki berpijak, kaki lainnya terjebak. Sebelum pergi beranjak, pastikan meninggalkan jejak, menjalani pilihan dengan bijak.


test pack : alat uji kehamilan yang bekerja dengan cara mendeteksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin) di dalam urine.
curhat : curahan hati, merupakan saat di mana satu orang mencoba untuk menceritakan sesuatu kepada orang yang dianggapnya dekat dan dapat dipercaya.


Photo by Douglas Lopez on Unsplash

One Comment on “Sebuah Pilihan”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *