Kehilangan

Oleh: Ida Nurfitriana

Aku baru saja menutup telepon dari kakak kedua, ketika ada notifikasi pesan masuk. “ Mohon doanya buat Mama Ida, Mama lagi dirawat di rumah sakit karena saturasinya turun. Mohon doa juga buat Papa dan Eyang Titi yang lagi dirawat di rumah sakit yang sama. Dan mohon doanya juga buat Eyang Tutung yang meninggal kemarin setelah 5 hari dirawat karena covid ”. Ya Allah, sambil memegang dada kuberkata, “ Benarkah kabar ini?” Dada langsung terasa sesak, detak jantung semakin cepat tak beraturan dan airmata mulai menggenangi pelupuk mata. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, rasa sedih tak terperi kurasakan.

Pesan yang masuk di grup keluarga sesepagi ini, Kamis, 12 Agustus 2021, berasal dari keponakan, putri kakak pertama yang saat ini menetap di Surabaya bersama Eyang, orang tua papanya. Kabar ini tentu mengejutkan kami sekeluarga, grup langsung ramai seketika. Tak sabar hanya menunggu, Aku langsung menelepon keluarga di Surabaya untuk menanyakan cerita lengkapnya. Dengan perasaan dag dig dug tidak karuan, Aku harap cemas menunggu info terbaru. Apalagi tak lama kemudian ada kabar jika kakak segera dipindahkan ke Intensive Care Unit (ICU) karena kondisinya semakin payah. Dengan segala kekuatan, kami berusaha membantu apa yang bisa. Tak lupa juga mengabari sanak keluarga dan sahabat dekat kakak untuk memohon doa, serta menguatkan ketiga keponakan yang juga sedang menjalani isolasi mandiri di rumah.

Kakak dan suami sebenarnya tinggal di Jakarta, kebetulan mereka sedang berada di Surabaya karena mengantar si bungsu yang melanjutkan Sekolah Menengah Atas di sana. Kedatangan mereka di penghujung Juni disambut dengan aturan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat yang berlaku di awal Juli 2021, sehingga belum bisa pulang kembali ke Jakarta.

Hatiku seperti teriris, ingin rasanya terbang ke Surabaya untuk mendampingi mereka di sana, dan mensupport kakak yang terbaring lemah di rumah sakit. Tapi apalah daya, aturan ketat di masa gelombang kedua puncak kasus Covid di Negara kita membatasinya. Sepanjang hari diriku diselimuti rasa tak menentu, dengan terus berusaha memasrahkan diri kepada sang Pencipta, memohon padaNya untuk kesembuhan kakak, kakak ipar, mama mertua dan para keponakan tercinta.

WhatsApp dan telepon dari keluarga dan sahabat kakak pun banyak menghiasi layar ponsel. Hari ini begitu sedih kurasakan, tubuh lunglai tak berdaya. Aku menghubungi suami yang bertugas di luar kota, menangis tergugu mengurai kesedihan rasa yang kualami. Seharian aktivitasku hanya salat-berdoa-mengaji dan tak jauh-jauh dari telepon genggam.

Siangnya kabar menenangkan kami terima, kondisi kakak mulai stabil. Saturasinya meningkat dan sesaknya pun berkurang. Alhamdulillah, ibarat disiram air dingin, hatiku terasa lega. Namun diiringi kabar tak mengenakkan karena kakak ipar (suami kakak) dan mama mertuanya ikut menyusul dirawat ke ruang ICU siang itu juga.

Komunikasi dengan ketiga keponakan di Surabaya terus kami lakukan. Malam hari, sekitar jam 9 (Sembilan), ada kabar jika kakak saturasinya menurun walau sudah menggunakan ventilator. Aku berusaha menenangkan para keponakan dengan mengajak mereka terus berdoa dan melakukan salat Hajat, berharap keajaiban Tuhan. Detik-detik menegangkan terjadi ketika ponselku berbunyi tepat jam 22.40. Kabar buruk itu datang, kakak pertama yang kami cintai dan banggakan, telah berpulang kembali ke pangkuanNya dalam usia 45 tahun, tepat di malam Jumat tanggal 12 Agustus 2021.

Tangis para keponakan di sana terdengar begitu memilukan di telinga, Aku begitu terpukul. Sedih rasanya tak bisa memeluk, merangkul dan berada di samping mereka disaat kondisi seperti ini. Namun, Aku harus tegar dan menguatkan mereka yang telah kehilangan. Kuajak anak-anak beristighfar dan terus berdoa, sambil menunggu informasi untuk pemakaman. Sementara Aku menghubungi sanak keluarga dan kerabat mengabarkan kabar duka ini.

Prosesi pemakaman dilaksanakan tak kurang dari empat jam setelah hembusan nafas terakhirnya, dihadiri para keponakan dan disaksikan oleh kami bersaudara melalui video call. Aku salut atas ketegaran anak-anak almarhumah, tampak kuat hingga proses berakhir. Esoknya pun mereka kembali beraktivitas sambil terus memanjatkan doa untuk kesembuhan papa dan eyang Titi tercinta.

Ucapan duka dan doa terus mengalir mengiringi kepergian kakak, beliau orang baik yang banyak meninggalkan kesan kebaikan bagi siapapun. Banyak yang kaget karena tak pernah mendengar tentang kabar sakitnya, namun kami sampaikan beliau sekeluarga terpapar covid-19. Postingan tulisan di media sosial tentang sosok almarhumah pun membanjiri wall fbku. Saudara, rekan dan murid-murid kelas menulis yang diampunya, masing-masing memberikan kesan mereka tentang sosok dan kebaikan hati kakak. Semua turut mendoakan semoga almarhumah kakak husnul khatimah.

Kabar duka berikutnya datang lima hari setelah kepergian kakak, tepat di hari peringatan kemerdekaan RI ke-76, tanggal 17 Agustus 2021 pukul 09.30, Eyang Titi, atau yang biasa kupanggil Mama Eny turut menyusul kepergian almarhumah kakak. Duka mendalam kembali kami sekeluarga rasakan.

Belum kering rasanya air mata ini, ketika kabar duka berikutnya datang menyusul. Setelah 11 (sebelas) hari berjuang di ruang ICU, tanggal 23 Agustus 2021, kakak ipar yang merupakan suami almarhumah kakak, juga dipanggil keharibaanNya. Kembali hati serasa dicabik-cabik menyaksikan proses pemakaman yang disiarkan langsung melalui zoom serta membayangkan kondisi kejiwaan ketiga keponakan yang kehilangan orang-orang terdekat mereka dalam waktu beruntun.

Semua kejadian ini sungguh berat rasanya, namun Aku, saudara yang lain dan para keponakan di Surabaya yakin dan percaya atas takdirNya. Bahwa jodoh, rezeki dan maut semua adalah takdir yang telah tertulis di Lauhul Mahfuzh, sebagaiman firman Allah swt. dalam surah Al Hadiid ayat 22 :

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ
Artinya, “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.

Kami yakin, ada rahasia dan hikmah baik yang telah dipersiapkanNya bagi kami sekeluarga, terutama bagi anak-anak almarhum/ah. Hati ini ikhlas melepas kepergian mereka sebagai syahid dan syahidah. Insyaallah husnul khatimah karena meninggal akibat terpapar penyakit wabah, sebagaimana hadis riwayat Bukhari dan Muslim berikut :

“ Rasulullah Saw bersabda bahwa orang yang mati syahid ada lima macam, orang yang terkena thaun (wabah), orang yang mati karena sakit perut, korban tenggelam, korban yang tertiban reruntuhan dan orang yang syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari – Muslim).

Selamat jalan Kak Ida Fauziah, Mas Dedy Hermawan Bagus Wicaksono, Mama Eny dan Papa Tardjo. Semoga damai dan tenang di sana. Al-Fatihah.


Photo by Ehimetalor Akhere Unuabona on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *