Oleh: Dwayne
Peluh mengucur dari kedua pelipisnya. Nafasnya memburu seperti singa terluka. Kaos yang semula berwarna putih bersih menjadi abu-abu. Basah oleh keringat yang mengucur dari seluruh tubuhnya. Sudah tiga bulan terakhir, Raja berusaha keras untuk menempa fisiknya. Mulai dari lari 12 menit, sit up, push up, dan renang dua hari sekali tanpa mengeluh. Dia ingin bergabung dengan Akademi Polisi di Indonesia.
Selain mengolah fisiknya, dia juga mempelajari soal-soal tes tulis, psiko dan kemampuan umum. Dibantu oleh beberapa instruktur dia terus belajar. Niatnya sudah bulat untuk mempersiapkan kemampuan fisik dan otaknya. Kedua orang tuanya juga berusaha mendukung remaja yang baru lulus sekolah tingkat atas ini dengan biaya dan do’a.
“Bagaimana Ra perasaanmu sekarang?” di beranda rumah sore ini Bapak membuka percakapan dengan anak lelaki satu-satunya yang dia banggakan.
“Persiapan Raja sudah melampaui rata-rata target dari calon taruna yang lolos seleksi tahun lalu pak.” Anak laki-laki yang selalu patuh sama orang tuanya tersebut berusaha menjelaskan bagaimana tingkat kesiapannya dalam menghadapai tes yang akan dibuka dua minggu lagi.
“Iya, Bapak juga bisa melihat usaha kamu yang sudah maksimal. Insyaallah dua minggu lagi akan terlihat hasil dari kerja kerasmu selama tiga bulan terkahir. Ibu dan Bapak juga selalu berdo’a untuk kelancaran proses seleksi yang akan kamu jalani. Mudah-mudahan semua berjalan seperti yang kita inginkan. Amin.”
Pembicaraan Ayah dan Anak tersebut terputus karena suara adzan isya’ yang berkumandang dari masjid sebelah rumah. Mereka segera mengambil wudhu dan berdua melakukan sholat isya’ ke masjid.
Ibu yang dari tadi sibuk di dapur juga menghentikan kegiatannya. Segera mengambil wudhu dan mukena untuk menyusul suami dan anaknya pergi ke masjid yang tidak jauh dari rumah. Sepulang dari masjid mereka bertiga berjalan beriringan sambil berbincang ringan.
“Apa Raja selalu memantau di website Polisi Republik Indonesia tentang perekrutan Akademi Polisi?”
“Iya bu, Saya setiap hari selalu update tentang informasi tersebut. Masih belum ada tanda-tanda perekrutan AKPOL.”
Dari pembicaraan teman-teman ibu kok mereka bilang bisa dimajukan pendaftaranya. Virus covid membuat banyak kebiasaan yang berubah. Termasuk perekrutan AKPOL dan sekolah-sekolah kedinasan yang lain.
“Iya bu, Raja juga pernah membaca di artikel kalau perelrutan bisa saja maju. Saya selalu keep in contact dengan teman-teman sekolah yang juga rencana mau ikut seleksi di Akpol. Mereka saling memberi informasi jika ada hal yang berkaitan dengan perekrutan tersebut.
Raja sedang santai di kamarnya, tiba-tiba ada suara instagram message yang masuk. Rio, teman satu kelasnya memberi tahu kalau pendaftaran AKPOL benar dimajukan. Dia melihat sendiri di website. Lalu Raja segera mengecek dan memang benar mulai besok akan dibuka dengan seleksi berkas. Ijazah, dan piagam-piagam yang lain harus di scan dan dikirm ke website Perekrutan AKPOL yang official.
Seleksi pertama berkaitan dengan administrasi, Raja sudah lolos. Sekarang seleksi kedua yaitu fisik. Dimulai dari lari 12 menit, set up, push up, dan renang dilaksanakan dua hari lagi. Raja sudah benar-benar menyiapkan impiannya tersebut. Selain persiapan fisik dia juga tak lupa mengaji atau makan yang seimbang gizinya.
Tiba hari pelaksanaan tes renang. Raja sudah tiba di kolam setengah jam sebelum pelaksanaan tes. Tapi kali ini pemuda pekerja keras tersebut tidak seyakin dengan tes-tes sebelumnya. Satu yang membuat dia ragu adalah beberapa hari yang lalu otot pahanya kram ketika habis lari dan kehujanan.
Tepat jam 8.00 pagi tes renangf dimulai. Satu persatu para calon taruna dipanggil dan di tes. Sekarang giliran Raja. Dia maju dengan percaya diri. Bagi mantan atlit renang tingkat kota tersebut renang sudah menjadi dunianya. Peluit tanda lima peserta yang sudah dipanggil dan siap mengikuti tes telah berbunyi. Melompatlah ke kolam kelimanya.
Lintasan pertama berhasil dia lalui dengan baik. Giliran lintasan ketiga dia mulai merasakan kaku di pahanya. Dalam hati dia berdo’a dengan khusuk semoga dia bisa menyelesaikan dengan baik tes renang tersebut. Biasanya dia bisa mengatasi rintangan-rintangan kecil seperti itu kalau cukup pemanasan. Kali ini dia sudah cukup pemanasannya. Dan benar dia bisa menyelesaikan dengan cukup baik.
Satu bulan tes fisik dan akademi dilaluinya dengan baik. Anak rajin tersebut yakin dengan usaha dan do’a darinya dan kedua orang tuanya akan membuat dia dekat dengan keberhasilan. Hari pengumuman yang dinantikanpun tiba. Semua anggota keluarga berkumpul di ruang kerja Ayah. Setelah website terbuka, Raja melihat nomornyanya tidak ada di deretan yang berhasil. Dia mengulang dua kali, empat dan lima kali tetap tidak ada. Orang tuanya juga bergantian memeriksa dan benar nomor tes Raja tidak ada.
Seketika muka yang semula penuh semangat menjadi meredup dan Raja segera memeluk Ibunya dan rasa sedihnya tertumpah menjadi histeris ketika ada di pelukan ibunya. Dia sangat sedih merasa telah mengecewakan harapan kedua orang tuanya. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin sehingga serasa tak percaya dengan pengumuman bahwa nomornya tidak ada di daftar yang lulus. Lalu gelap menyelimuti.
Terjaga dari pingsannya Raja tidak ingin apapun. Selama sebulan, Raja hanya mengunci dirinya di kamar. Dia menenggelamkan diri dalam dzikir dan ngaji tanpa bicara dengan kedua orang tuanya. Dia hanya sekali minum di dapur ketika adzan magrib berkumandang. Makanan yang disiapkan ibunya tidak disentuh sama sekali.
Teman yang menghubunginya hanya dia diamkan saja. Badannya menjadi kurus, matanya cekung. Ibu dan bapaknya sangat kawatir dengan kesedihan anaknya yang berlarut-larut. Dia yang sebulan lalu banyak senyum, penuh semangat sekarang pucat akibat kekecewaan yang teramat sangat. Badan yang tinggi, padat berisi sekarang tinggal raga yang tidak berdaya akibat sakit di dalam dadanya.
Tepat hari ke-30 Raja menemui Ayah dan ibunya dan minta izin untuk pergi ke pesantren. Anak agamis tersebut ingin menyembuhkan lukanya. Selama berdiam dia meminta petunjuk apa yang harus dilakukannya. Dan dia mantap untuk masuk ke pesantren sampai dia bisa ikhlas menerima semuanya.
Tiga bulan berlalu. Kini anak periang tersebut telah kembali pulang. Dia telah bisa mengiklaskan semua karena dibalik usahanya Allah yang lebih berkuasa. Dia kembali berolahraga dan mencari nilai apa yang kurang bagus saat tes yang lalu. Dipandu oleh seorang kawan lama Bapaknya Raja bersemangat lagi untuk ikut seleksi berikutnya. Dia telah sembuh dari rasa tidak ikhlasnya.
Photo by todd kent on Unsplash