Pandemi Punya Cerita

Oleh: Henny Purnawati

Tidak lama lagi dalam hitungan hari tahun ini akan berakhir dan menuju tahun baru, 24 jam kita diberi waktu dalam sehari dan hitungan itu akan tertus berputar dari detik ke menit, kemudian berlanjut menuju hitungan jam, hari bulan dan tahun. Bagiku perputaran itu sangatlah berharga dan waktu tak pernah menunggu , tak mau berhenti bahkan tak mungkin terulang. Waktu adalah satu-satunya hal yang menjadi milik kita meskipun kita tidak memiliki apapun namun pasti memiliki waktu. Memanfaatkan waktu dengan baik dengan melakukan kegiatan positif yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain adalah cara terbaik menggunakannya.

Dua tahun terakhir adalah masa paling berat dalam menghabiskan waktu, ini tidak hanya dialami oleh diriku saja namun juga setiap orang di seluruh dunia. Pandemi tak kasatmata menjadi musuh setiap orang, hingga tahun ini berakhir belum ada suatu kepastian kapan semua akan berlalu dan kembali normal. Sebagai manusia seringkali kita dihadapkan berbagai cobaan untuk menguji kekuatan dan ketabahan, cobaan yang harus kita pandang sebagai pelajaran hidup berharga. Karena kehidupan adalah sebuah rangkaian pelajaran yang harus dialami untuk dimengerti bahwa ada hikmah agar mata hati kita terbuka dalam memaknai peristiwa dalam hidup yang merupakan pelajaran berharga tersembunyi.

Setiap keluarga punya cerita berbeda saat pandemi melanda, berbagai cerita dialami oleh setiap orang dan setiap keluarga. Dari cerita sedih, bahagia hingga perjuangan yang harus dihadapi, semua punya cara masing-masing dalam menghadapinya. Cerita yang terus bergulir dari waktu ke waktu hingga pandemi ini selesai atau terus berlanjut, tak pernah ada yang tahu.

Pandemi adalah situasi terberat kami sebagai keluarga kecil yang hidup terpisah karena kepentingan pekerjaan dan pendidikan. Semua berubah secara tiba-tiba di tahun pertama pandemi datang, terutama saat pembatasan besar-besaran dilakukan di seluruh dunia, semua berubah total hingga ke tatanan hidup sehari-hari.

Rencana yang telah disusun berbulan sebelumnya tidak hanya ditunda tetapi dibatalkan hingga waktu tak terbatas, tiket yang telah dibeli untuk keberangkatan hingga rencana kegiatan menghabiskan waktu bersama saat liburan menyambut hari raya. Suasana hari raya adalah suasana spesial untuk berkumpul dengan semua keluarga tercinta, liburan yang paling ditunggu oleh keluarga kecil kami dan mungkin juga oleh keluarga-keluarga lainnya. Namun kita hanyalah merencanakan yang menurut kita terbaik, namun rencana Allah jauh lebih baik dan lebih indah. Hal itu coba kutanamkan pada anak-anak saat hari pertama lebaran kami hanya bisa bertemu melalui gawai, lebaran penuh air mata dan tak seperti biasanya. Tak ada makan bersama dan menikmati kue-kue khas lebaran lainnya bahkan untuk bersalaman juga tak dapat dilakukan.

“Mama, selamat lebaran mohon maaf lahir dan batin” ucap anak sulungku dengan berlinang air mata melalui sambungan gawai di hari pertama lebaran.

Ucapan sama yang dibarengi kesedihan juga silih berganti datang dari adik-adiknya dan keluarga besarku, lebaran berbeda dan tak terlupakan. Kami hanya bisa menyapa satu sama lain lewat gawai, berkumpul menjadi suatu hal yang langka saat tahun pertama pandemi berlangsung. Namun kami tidak sendiri karena semua juga mengalami kondisi yang sama, teman-teman kerja menjadi keluarga terdekat dan persahabatan yang terjalin semakin erat karena kebersamaan.

Harapan untuk berkumpul di tahun berikutnya ternyata juga tidak dapat dilakukan, kondisi pandemi belum banyak berubah bahkan terus saja bertambah. Peraturan pembatasan pergerakan dilakukan secara besar-besaran agar pandemi dapat dikendalikan. Kembali terulang kejadian seperti tahun sebelumnya, menyapa dan salam hanya dapat dilakukan melalui kotak segi empat yang bernama gawai. Namun kesedihan yang terjadi tidaklah seperti tahun pertama. Kesiapan untuk menghadapinya sudah jauh lebih baik, meskipun kesedihan itu masih menggelayuti hati keluarga kecil dan keluarga besar kami. Teman-teman dengan kondisi sama kembali menjadi keluarga terdekat untuk bersama-sama saling menguatkan satu dengan lainnya serta berbagi pembelajaran tentang hidup berkeluarga. Begitu banyak hal yang terpikir dan direncanakan untuk berbagi bersama keluarga jika nanti berkumpul, melakukan hal-hal kecil yang selama ini mungkin terlupakan namun memiliki arti besar.

Begitu banyak hikmah yang dapat dipetik dari sebuah peristiwa dan ini bukanlah hal yang mudah, diperlukan pemikian yang terbuka dan hati yang tulus untuk mencerna setiap makna mendalam di balik suatu peristiwa. Mengambil hikmah dalam tiap jalan kehidupan dapat membuat diri kita selalu merasa bersyukur dengan apa yang dimiliki.

Di luar sana masih banyak orang-orang yang jauh tidak beruntung karena dampak dari pandemi ini, mereka masih harus berjuang lebih keras untuk tetap bertahan dengan segala keterbatasan. Ada banyak cerita pada setiap perjalanan kehidupan, masalah adalah sebuah anugrah untuk diambil hikmahnya sebagai salah satu cara memperbaiki diri.


Photo by National Cancer Institute on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *