Oleh : Siti Atikah
“Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara tiada Tara adalah keluarga.” – Ost. Keluarga Cemara
Bersyukurlah bagi siapapun yang memiliki keluarga dalam hidupnya. Keluarga kecil, keluarga besar, apapun itu pasti berarti. Keluarga yang saling menopang, mendukung, memberi tawa, bahkan dengan kritikan ataupun omelan yang semata-mata demi kebaikan pun akan bermakna pada akhirnya.
Tak ada keluarga yang sempurna. Pastinya akan selalu ada konflik, baik itu letupan kecil maupun besar yang terjadi di antara para anggotanya. Lumrah. Namanya manusia, yang setiap pandangan, rasa, dan cara berpikirnya berbeda-beda. Meskipun anak kembar sekalipun tetap ada perbedaannya kan, baik dari segi fisik maupun batinnya. Yang terpenting adalah bagaimana agar konflik tersebut tidak menjadi konflik abadi yang tak berkesudahan. Apalagi sesungguhnya bagi mereka yang muslim telah diingatkan agar yang namanya pertengkaran itu tidak lebih dari tiga hari lamanya.
Bagi saya pribadi, saya bersyukur terlahir di tengah-tengah keluarga besar dari pihak ayah dan ibu. Masing-masing terdiri dari sembilan bersaudara dengan sudah beranak-pinak puluhan jumlahnya. Ketika ada pertemuan keluarga, benar-benar harus atur waktu agar tidak bersamaan antara keluarga ayah dan ibu. Namun, selama pandemi yang tanpa kita sadari agak merenggut kebersaman waktu berkumpul dengan keluarga besar, setidaknya itu yang saya rasakan, sungguh kini saya bersyukur bahwa 2021 telah menjadi titik balik bagi kami sadar bahwa pandemi tidak boleh merenggut ikatan persaudaraan di antara kami.
Saya dan keluarga inti yang awalnya sangat khawatir untuk hadir di pertemuan rutin keluarga besar kami, akhirnya sejak Ramadan tahun ini kami sudah lebih memilih berdamai dengan situasi dan mempercayakan semuanya pada Allah SWT. Tetap, protokol kesehatan kami terapkan karena ikhtiar adalah keniscayaan bagi kami umat muslim. Pertemuan demi pertemuan keluarga akhirnya mampu kami lewati bersama di tahun ini. Melepas rindu dengan berbagai cerita receh maupun pelajaran penuh hikmah.
Namun, belum lama kami melepas rindu, Allah menakdirkan mendung menghampiri keluarga dari pihak ayah saya. Allah memanggil paman saya, adik Ayah, ke haribaanNya akibat sakit mag kronis pada Juli. Hingga pertemuan keluarga November lalu, kami seakan masih belum percaya bahwa almarhum telah tiada. Maka, kini tugas kami selanjutnya adalah melanjutkan ikatan persaudaraan ini agar jangan sampai putus meskipun satu persatu Allah akan mengambil kami menghadapNya.
Sementara dari pihak keluarga ibu, saya pun bersyukur tiada terkira pada Allah SWT karena 2021 seakan menjadi momentum yang Ia berikan bagi keluarga kami untuk kembali lengkap bersama. Dimulai dari pernikahan sepupu saya Oktober lalu, saya sangat terharu dan bersyukur karena Allah kumpulkan lagi anak cucu nenek saya yang mungkin sudah hampir tiga tahun tak pernah bertemu secara lengkap.
Meskipun dulu sempat ada letupan dan kekecewaan di antara kami satu sama lain, termasuk saya, sungguh hari itu semua seakan menguap bersama keikhlasan. InsyaaAllah. Yang ada hanyalah rasa bahagia karena kami bisa kembali bersama-sama. Rasa syukur karena Allah masih berikan kami kesempatan untuk mengikat kembali tali persaudaraan yang sempat renggang. Hingga berlanjut pada acara lamaran sepupu saya yang lainnya pada akhir November lalu, yang insyaaAllah akan menikah di awal Januari 2022 nanti. InsyaaAllah diberikan keberkahan dan kelancaran hingga tuntas terlaksana. Aaamiin.
Selain keluarga sekandung, bagi saya keluarga juga termasuk orang-orang terdekat yang hampir setiap saat ada di sekeliling kita. Mereka adalah para tetangga dan sahabat. Tak dapat dipungkiri, merekalah keluarga terdekat bagi setiap manusia sebagai makhluk sosial. Coba deh masing-masing dari kita tengok dan berusaha jujur, siapa yang pertama kali mengulurkan tangan untuk hal-hal yang kita perlukan di rumah atau di tempat kerja? Tetangga dan sahabat, kan. Karena kan tidak semua orang bisa tinggal bertetangga atau berdekatan dengan saudara sekandung ya, toh. Jadi, pastilah para tetangga dan sahabat yang menjadi garda terdepan ketika kita mengalami kesulitan.
Saya sangat merasakannya di tahun 2021 ini. Ketika ayah saya dirawat di rumah sakit karena karena patah tulang bahu dan terdeteksi Covid-19, sementara ibu, adik, dan anak-anak saya harus diisolasi di rumah sebagai suspect, uluran dan bantuan materi maupun morel dari para tetangga dan sahabat kami mengalir seakan tanpa henti. Sungguh kami takjub. Yaa Allah… Betapa besar nikmat yang Engkau berikan pada kami di masa-masa sulit itu. Tak bisa kami bayangkan jika kami harus melalui itu tanpa mereka.
Dengan menengok semua hikmah yang terjadi selama 2021 ini, saya tersadar dan belajar bahwa sehebat apapun manusia, jika tidak ada keluarga di sekelilingnya, maka hidup akan terasa hampa. Maka, manfaatkan dan hargailah waktu yang kita miliki bersama keluarga, tetangga, dan sahabat karena kita tak ‘kan pernah tahu kapan maut akan memisahkan kita. Saling mengingatkan pula dalam kebaikan karena amal dan ibadahlah yang akan mempertemukan kita kembali di haribaanNya kelak. Aamiin.
-Kalaeidoskop2021-
-Hikmah
-CatatanAtik
IG @atikcantik07
Photo by Tyler Nix on Unsplash